Konten Media Partner

Hiking Mingguan dan Menikmati Kuliner di Gunung Betung Pesawaran, Lampung

16 Februari 2020 18:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalur tanjakan licin pun cukup menantang untuk ditaklukan dalam perjalanan hiking kali ini, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Jalur tanjakan licin pun cukup menantang untuk ditaklukan dalam perjalanan hiking kali ini, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Pesawaran - Gunung Betung yang terletak di Kabupaten Pesawaran, Lampung memang cocok dijadikan jalur hiking di akhir pekan, sisi lainnya, ada kuliner tradisional yang patut dicoba di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Minggu (16/2) pagi, tim Lampung Geh sudah siap dengan agenda hiking di jalur Gunung Betung, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Namun, bukan jalur yang biasa ditempuh melalui jalur pendakian yang sering digunakan para pendaki umumnya. Biasanya, jalur pendakian yang ditempuh ke Gunung Betung melalui Desa Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Pesawaran. Kali ini, tim Lampung Geh akan menempuh jalur dari Desa Talang Mulya , Kecamatan Teluk Pandan, Pesawaran, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dari Kota Bandar Lampung.
Kota Bandar Lampung dan Teluk Lampung menjadi pengobat lelah dalam perjalanan hiking, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Sisi lainnya adalah, melalui jalur tersebut terdapat akses jalan yang dulunya direncanakan menjadi akses jalan menuju ke lokasi Teropong Bintang atau Itera Astronomical Observatorium (IAO) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rahman, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Untuk diketahui, bahwasannya pembangunan Observatorium yang digadang-gadang akan menjadi yang terbaik di Asia tesebut dimulai pada 2018 pada masa jabatan Gubernur Lampung, Ridho Ficardo. Namun, karena pergantian tampuk kepemimpinan, yakni pada awal 2020 pembangunan tersebut dinyatakan dihentikan oleh Gubernur Lampung pada saat ini, yakni Arinal Djunaidi dengan alasan bahwa pembangunan tersebut merusak kawasan hutan di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rahman.
Jalan dengan tanah merah yang becek memberikan sensasi tersendiri dalam hiking Lampung Geh kali ini, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
Terlepas dari itu semua, akses jalan yang membelah gunung tersebut cukup menantang untuk dijadikan sarana olahraga alam bebas. Jalur tanjakan dan turunan, tanah basah yang licin, serta beberapa bebatuan terjal memberikan sensasi tersendiri bagi penggemar olahraga alam bebas. Bahkan tidak jarang jalur ini digunakan untuk olahraga motor trail bagi para penggemarnya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan dimulai, dan benar saja, di awal perjalanan kami sudah disambut dengan tanjakan dengan tekstur tanah merah yang pastinya tidak segan menempel di sepatu. Jadi untuk keamanan dan kenyamanan disarankan memakai sepatu trekking atau sepatu gunung. Tanjakan, turunan, tikungan, dengan jalur batu terjal, satu demi satu terlewati. Dan ketika beristirahat, kami disuguhkan pemandangan kota yang tampak dari ketinggian ini, pemandangan kota Bandar Lampung dan eksotisme Teluk Lampung tampak jelas dari sini. Meskipun cuaca sedikit mendung, masih cukup jelas untuk diabadikan dan dipajang di media sosial. Rasa lelah dan pegal mulai terasa di kaki, namun itu semua selaras dengan segarnya udara pagi pegunungan dan keindahan pemandangam yang turut mengobati.
Jalur terjal dan berbatu menantang pada hiking di jalur Gunung Betung menuju lokasi Teropong Bintang,Pesawaran, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Sepanjang perjalanan, selain disuguhi dengan pemandangan alam, kami juga disambut dengan banyaknya pohon buah durian yang memang saat ini sedang musim. Dan jika beruntung, akan menemukan buah durian yang jatuh ke sisi jalan. Selain itu, karena perjalanan kami tempuh di waktu pagi, kabut khas pegunungan sesekali akan menyambut dengan rasa dingin yang khas membelai wajah. Perjalanan panjang, lelah dan berkeringat pun segera terbebas dari rasa panas.
ADVERTISEMENT
Setelah sekitar 2 jam berjalan kaki melewati jalur yang cukup menantang, sampailah kami untuk beristirahat di satu warung sederhana di Gunung Betung. Warung di atas pegunungan dengan dinding kayu dan bambu dengan pelataran yang cukup luas. Menurut Pak Sugito sang pemilik warung mengatakan, di sekitar warungnya sering digunakan untuk camping. Dan di sisi lain, warung Pak Sugito yang menyediakan logistik dan makanan yang dapat dipesan kapan saja. Meskipun, kata Pak Sugito, warungnya akan lebih ramai saat akhir pekan.
Pemandangan kabut yang memanjakan mata sepanjang perjalanan di jalur Gunung Betung, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
"Jadi semenjak dibuka jalur untuk pembangunan Teropong Bintang, saya buka warung di sini, karena mulai ramai, baik pekerja ataupun orang yang sengaja camping, motor trail dan hiking," jelas Pak Sugito.
Warung Pak Sugito menyediakan dagangan seperti warung pada umumnya. Namun, selain dagangan tersebut, Pak Sugito juga melayani pesanan makanan bagi para pengunjung. Dan pada kesempatan ini kami disuguhi berbagai macam menu makanan, jadi meskipun di gunung, rasanya malah seperti di warung prasmanan. Mulai dari opor ayam kampung, ikan asin goreng, telur sambal balado, sayur rebung, tumis pare, karedok, tahu goreng, tempe goreng, sambal terasi, dan lalapan seperti petai,mentimun, serta jengkol pun tersedia. Rasanya lelah dan lapar sepanjang perjalanan pun segera diredakan dengan masakan warung Pak Sugito. Dan soal rasa, jangan ditanya, tidak kalah nikmat dengan makanan yang ada di kota. Keunggulan lainnya, makanan di sini dimasak menggunakan kayu bakar, jadi memiliki rasa yang khas ala dapur tradisional. Ditambah lagi gerimis sendu, dinginnya udara gunung, mengiringi kami menikmati makanan di tengah lapar mendera.
Menu makanan di warung Pak Sugito, di Gunung Betung Pesawaran, Minggu (16/2) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Pak Sugito mengatakan, selain menu masakan yang disuguhkan kepada kami, dia juga melayani masakan lainnya sesuai dengan pesanan pengunjung. Bisa pesan di tempat, ataubisa juga memesannya sebelum melakukan perjalanan.
ADVERTISEMENT
"Bisa dipesan, mau ayam kampung, entok, atau yang lainnya bisa kami layani. Minumanya mau kopi, teh, atau susu jahe juga ada," kata Pak Sugito dengan logat suku Jawa yang khas.
Dari warung Pak Sugito, tuntaslah hiking Minggu kami. Perut sudah terisi, energi sudah pulih, dan cukup untuk menempuh perjalanan pulang yang masih lumayan menguras energi. Dan itu dia sekilas hiking Minggu pagi bersama Lampung Geh, olahraga di alam bebas yang pastinya menyehatkan. Menguak sisi lain jalur Gunung Betung, dan menikmati kuliner warung tradisional pegunungan milik Pak Sugito. (*)