Intip Pembangunan Kebun Raya Itera, dari Zona Konservasi Hingga Wisata

Konten Media Partner
13 November 2019 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pintu gerbang Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Pintu gerbang Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera (Itera) merupakan salah satu forest campus untuk keberlangsungan habitat dan juga beberapa hewan endemik yang ada di Pulau Sumatera.
ADVERTISEMENT
Kali ini, Lampung Geh mencoba untuk melihat langsung beberapa spot yang ada di Kebun Raya Itera bersama Tenaga Pendidikan UPT Konservasi Flora Sumatera Kebun Raya Itera, Alawiyah.
Alwiyah mengatakan jika pembangunan secara fisik berikut vegetasi tanaman di Kebun Raya Itera ini dimulai sejak 2018 lalu.
Tenaga Pendidikan UPT Konservasi Flora Sumatera Kebun Raya Itera, Alawiyah (kanan) saat ditemui Lampung Geh | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Jadi memulai kebun raya ini semua mulai dari nol, yang tadinya sawah dengan kondisi lahan yang kesuburannya bisa dikatakan minim. Kita punya tanah dengan top soil yang rendah, biasanya kedalaman 30 cm baru ketemu tanah cadas, di sini 5 cm sudah ketemu (tanah cadas). Jadi hanya 5 sampai 10 cm yang bisa diolah jadi pertanian selebihnya kita harus membuat lubang tanam," katanya saat ditemui Lampung Geh, Selasa (12/11).
Taman Estetika Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Dalam perawatannya, Kebun Raya Itera langsung didampingi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI juga secara serius untuk mengembangkan kebun raya yang ada di Provinsi Lampung ini, hal itu dibuktikan dengan memberikan 2 pendamping tidak tetap selama satu tahun.
ADVERTISEMENT
"Ada juga pegawai teknis selama 1 bulan, kemarin juga ada peneliti ahli seniornya datang juga yang bantu eksplorasi tanaman di Tahura (Taman Hutan Raya)," jelasnya.
Kebun raya yang memiliki luas 75,52 hektare ini dibagi dalam beberapa zona yaitu, zona wisata, zona konservasi, dan zona pengelola.
Taman Estetika Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Pada zona wisata semua orang bisa memasuki wilayah itu untuk menikmati keindahan taman, ada labirin, selebihnya ada lapangan hijau tempat orang piknik, kolam air mancur, taman tematik hias, taman tematik obat, sama taman tematik liana," papar dia.
Labirin Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Untuk zona koservasi, sambung Alwiyah, mungkin hanya orang tertentu yang bisa masuk ke wilayah itu. Bagi orang umum mungkin boleh tetapi kalau harus didampingi agar tahu, karena tanaman itu yang dikonservasi status di alam juga sudah mulai terancam punah.
ADVERTISEMENT
"Ada lagi zona pengelola, jadi itu ada kantor, pemeliharaan tanaman dan pembibitan isinya. Rencananya ada rumah adat tapi untuk cottage, itu nanti rumah adat yang ada di Sumatera. Di situ rumah paranetnya baru dibangun 1, rencananya dibangun 8 dan rumah kacanya juga akan dibangun 2 lagi, ini baru 1," terang dia.
Rumah Paranet Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Saat ini, kebun raya tersebut telah mendapat bantuan berupa Embung dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Embung ini salah satu sumber cadangan air kita selama musim kemarau terlepas dari sumur bor yang ada. Jadi tanaman yang dapat sumbangan dari Bogor kita tanam di sana airnya dari sini (embung). Selebihnya ada bantuan dari Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR," urainya.
Embung Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Kebun Raya Itera sendiri memiliki 5 fungsi yaitu, fungsi konservasi, fungsi jasa penelitian, fungsi pendidikan, fungsi wisata, dan fungsi lingkungan yang diharapkan kelima fungsi tersebut bisa tercapai.
ADVERTISEMENT
"Mengapa kebun raya mau menggandeng Itera, karena dari awal punya visi kita akan menghijaukan kampus jadi kita mau melakukan konservasi jadi kita punya apalagi yang terancam punah. Jadi kita bangun kebun raya," kata Alwiyah.
Rumah Kaca Kebun Raya Itera | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Perbedaan kebun raya dan kebun biasa itu terletak dalam manajemen tamannya, jadi setiap tanaman yang berada di kebun raya sudah pasti tertata, terdata, dan terdokumentasi.
"Kita harus mendata siapa yang menanam, siapa yang mengambil tanamannya di hutan dengan ketinggian dan kelembapan udara berapa, itu terdata semua," jelasnya.
Sementara itu, Rektor Itera, Prof. Ir. Ofyar Z Tamin, M.Sc., Ph.D sedikit bercerita awal mula pembangunan Kebun Raya Itera yang berlokasi di wilayah kampus terbesar di Sumatera tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dulu ceritanya daerah kita ini adalah hutan karet, tapi pada waktu diserahkan ini pohon karet ini sudah ditebang karena diperuntukkan menjadi Itera. Tapi kita juga mempunyai PR untuk mengembalikan kampus ini menjadi salah satu kampus smart and friendly forest campus yang berarti kampus cerdas dan mempedulikan lingkungan dan juga masyarakat," ujar Ofyar.
Rektor Itera, Prof. Ir. Ofyar Z Tamin, M.Sc., Ph.D (kiri) saat ditemui Lampung Geh | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Melalui kebun raya ini, dirinya mencoba melestarikan tamanan yang asli Pulau Sumatera sekaligus melakukan konservasi tanaman dan air.
"Kebun raya kita itu ada 75,52 hektare, kita sedang berusaha dengan pemerintah provinsi untuk memajukan yang ada di kampus kami," tambah dia.
Direncanakan, Kebun Raya Itera akan diresmikan pada Oktober 2020 mendatang dengan harapan kebun raya ini dapat memberikan kontribusi kepada Provinsi Lampung.
ADVERTISEMENT
"Harapannya Kebun Raya Itera ini bisa memberikan kontribusi terhadap pengayaan, pengetahuan anak SMP dan SMA bahwa di sini lengkap dalam satu tempat. Jadi tidak perlu pergi jauh, karena Kebun Raya Itera ini akan menjadi pusat laboratorium dari beberapa prodi terkait dan menjadi ikon Pulau Sumatera," pungkasnya.(*)