Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Intip Proses Lahirnya Kain Cantik dari Daun Asli di Kahut Sigerbori Lampung
27 Agustus 2021 18:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Melihat proses ecoprint dengan bahan dari alam yang menghasilkan motif cantik di Ecoprint Natural Dye Kahut Sigerbori Lampung. Kain motif cantik kesayangan dan kebanggaan masyarakat Lampung berbahan alami dengan mengusung kearifan lokal, Jumat (27/8).

Ecoprint Natural Dye Kahut Sigerbori beralamat di Jalan ZA Pagar Alam, Gang Ken Arok Nomor 10/22, Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Dari tempat inilah, kain bermotif cantik berbahan alami dan ramah lingkungan tersebut dihasilkan.
Ecoprint sendiri merupakan teknik memberi pola atau motif pada bahan atau kain, menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, akar, atau bagian tumbuhan lainnya yang mampu menghasilkan pigmen warna. Di Kahut Sigerbori sendiri, menggunakan teknik steam ecoprint untuk menghasilkan produk utamanya.
Adalah Anggraini Kumalasari, sosok di balik cantiknya motif-motif kain yang dihasilkan di industri berbasis UMKM bernama Kahut Sigerbori. Kata Kahut sendiri berasal dari bahasa pesisir yang berarti cinta atau kesayangan, siger yang merupakan mahkota khas masyarakat Lampung, sedangkan bori berarti teknik memotif kain negara Jepang. Jadi, produk dari Kahut Sigerbori diharapkan dapat menjadi kecintaan dan kebanggaan bagi masyarakat Lampung, dengan tetap membawa kearifan lokal, serta ramah lingkungan dengan bahan-bahan yang digunakan.
Anggra, sapaan akrabnya, merintis usahanya sejak 2018. Berawal melihat motif-motif ecoprint di pinterest, kemudian mulai mempelajarinya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Bahkan, hingga saat ini Anggra masih terus mengikuti perkembangan ecoprint demi meningkatkan kualitas produknya, agar dapat bersaing di sektor bisnis.
Di awal kiprahnya, Anggra mengaku tidak mudah mengenalkan motif ecoprint yang belum populer di masyarakat Lampung saat itu. Sembari terus memproduksi, Anggra mengenalkan produknya dengan menggunakannya dalam berbagai kegiatan, melalui tootbag hingga busana.
"Baru lah setelah orang-orang tau ecoprint sudah populer di daerah Jawa, ecoprint dari Kahut Sigerbori mulai dikenal, diterima dan diminati masyarakat," ujar Anggra.
Dalam memproduksi, Anggra dibantu oleh lima orang pegawai dengan spesialisasi masing-masing, mulai dari teknis pembuatan hingga proses menjahit.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Anggra, motif ecoprint mempunyai keunikan tersendiri. Dimana setiap kain memiliki motif yang unik, tergantung bahan yang digunakan, warna yang dihasilkan, hingga motif yang melekat pada serat kain. "Ecoprint ini unik, setiap daun, bunga yang kita gunakan sebagai bahan, memiliki motif dan serat yang berbeda, maka tidak ada kesamaan yang identik antara kain yang satu dan lainnya," kata Anggra.
Lalu, bagaimana pembuatan kain bermotif cantik di Kahut Sigerbori? Sebelum teknis produksi, dipersiapkan kain berbahan serat alam, yang digunakan di Kahut Sigerbori adalah kain katun berbahan dasar dari kapas. Yang digunakan adalah kain katun berwarna putih, kemudian dipotong sesuai ukuran tertentu. Tahap selanjutnya yaitu pencucian untuk menghilangkan residu kimia dari pabrik, menggunakan soda abu, dan deterjen ramah lingkungan, lalu direbus selama 30 menit.
Proses selanjutnya yaitu mordanting yang bertujuan untuk membuka serat-serat kain agar dapat menyerap warna. Teknik mordanting paling sederhana yang digunakan adalah mordanting dengan tawas. Caranya, tawas dicampurkan dengan tawas kemudian kain direbus selama 30 menit dengan panas api yang sangat kecil. Kemudian, air beserta kain yang tadi direbus dipindahkan pada wadah plastik, ditutup dan dibiarkan selama tiga hari. Adapun penggunaan wadah berbahan plastik karena plastik sangat minim reaksi dibandingkan bahan lainnya.
Kemudian, tahap selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan bahan alami, bisa dari batang, kulit, biji-bijian, dan lainnya, serta bunga dan dedaunan sebagai motif. Bahan pewarna tadi direndam semalaman, lalu direbus dengan dicampur garam kasar tanpa kandungan yodium. Jika takaran air yang digunakan sebanyak 10 liter, maka harus mangalami proses perebusan hingga menyusut menjadi 5 liter.
Kain putih yang sudah dicuci bersih kemudian dibentangkan di atas plastik khusus untuk diberi motif menggunakan bunga dan dedaunan. Bunga dan dedaunan yang digunakan sangat beragam, mulai dari daun jati, kelor, jarak wulung, suring, daun singkong, serta bunga sepatu atau bunga lainnya sesuai hasil yang diinginkan. Setelah motif yang diinginkan tertata, dan jika diinginkan kain dasar berwarna, maka daun dan bunga yang sudah ditata tadi akan diselimuti menggunakan kain yang telah direndam bahan pewarna. Proses penyelimutan ini disebut blanket ecoprint. Kemudian, ditutup lagi menggunakan plastik jenis yang sama tadi digunakan sebagai alas, diinjak-injak untuk meratakan bagian kain. Jika sudah rata, kain yang terbungkus plastik tadi digulung kemudian diikat dan dikukus selama 90-120 menit dengan panas api yang sangat kecil.
Setelah dikukus, kain dalam bungkusan plastik yang direbus tadi sudah dapat dibuka dan dilihat hasilnya. Jika sudah dibuka, maka akan terlihat hasil motif dari serat daun dan bunga yang melekat. Bersihkan sisa bunga dan dedaunan kemudian dikeringkan di tempat terbuka. Proses pengeringan tersebut juga berfungsi sebagai proses oksidasi agar motif ecoprint semakin kontras. Jika sudah kering, tahap selanjutnya adalah fiksasi, melalui proses pencucian menggunakan tawas atau deterjen ramah lingkungan tanpa busa (PRO). Setelah dikeringkan dan disetrika, hasil ecoprint tadi sudah siap dipasang di galeri untuk konsumen. Serangkaian proses panjang ecoprint di Kahut Sigerbori, kurang lebih memakan waktu 15 hari.
ADVERTISEMENT
Selain proses yang cukup panjang tadi, di Kahut Sigerbori juga ada proses ecoprint lainnya, yaitu Hakozume. Teknik ini adalah pemotifan dengan cara menempelkan bahan daun atau bunga, kemudian dipukul perlahan agar motif merekat pada serat kain. Hakozume adalah teknik paling sederhana pada ecoprint. Di Kahut Sigerbori, teknik ini biasanya digunakan untuk pemotifan tootbag.
Kain bermotif unik nan cantik di Kahut Sigerbori dapat dijadikan baju pria dan wanita, jaket, wadah tisu, tootbag, hingga jilbab. Untuk harganya mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 1,2 juta tergantung bahan yang digunakan. Untuk satu helai jilbab dibanderol seharga Rp 100.000, untuk baju pria dan wanita mulai Rp 350.000-375.000. Informasi selengkapnya bisa menghubungi kontak yang tertera di akun Instagram @kahut_sigerbori atau datang langsung ke galery Ecoprint Natural Dye Kahut Sigerbori Bandar Lampung. (*)
ADVERTISEMENT