Kenalan dengan Musik Klasik Lampung, Melalui Karya Nayah Cawa Band

Konten Media Partner
6 Maret 2019 11:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Personil band musik klasik Lampung, Nayah Cawa | foto: Dokumentasi Nayah Cawa
Lampung Geh, Bandar Lampung - Dalam perkembangannya, kekayaan seni dan budaya adat Lampung memiliki banyak sekali jenisnya. Salah satunya yaitu musik klasik yang terdiri dari jenis gitar gambus dan gitar tunggal.
ADVERTISEMENT
Lagu tradisional Lampung yang dalam penyajiannya diiringi dengan gitar klasik ini, merupakan suguhan musik berharmonisasi tinggi, memadukan antara syair lagu yang sarat akan makna kehidupan serta petika nada yang indah pula mendalam.
Dalam masyarakat suku Lampung baik Pepadun maupun Saibatin sendiri, gitar klasik dan lagu tradisional Lampung ini merupalan bagian dari kehidupan sehari-hari, dibawakan seperti pada saat upacara adat hingga perayaan pesta pernikahan.  
Namun, seiring dengan perkembangan jaman, penikmat musik tradisional Lampung ini hanya datang dari kalangan tertentu saja, tidak banyak milenial yang menggandrungi musik budaya daerahnya tersebut. Padahal budaya merupakan identitas suatu bangsa.
Kurangnya perhatian khusus dari pemerintah daerah dalam mempromosikan budayanya, diduga merupakan salah satu pemicunya, di sisi lain banyak event musik klasik Lampung yang selama ini diselenggarakan masih kurang untuk menimbulkan suasana budaya Lampung yang kental di muka publik.
ADVERTISEMENT
Tiga orang pemuda yang sadar akan itu lantas membentuk sebuah grup band beraliran musik klasik Lampung bernama Nayah Cawa pada 9 Januari 2016 silam. Di awal berdiri Nayah Cawa hanya mengcover lagu-lagu Lampung untuk diunggah ke kanal Youtube Nayah Cawa TV.
Namun seiring berkembangnya waktu, band yang digawangi Rey sebagai melodi dan vokal, Akuan sebagai rhythm dan Agung sebagai bassist mulai menciptakan lagu sendiri. Saat ini Nayah Cawa sudah memiliki enam lagu dan akhir tahun 2019 bahkan hendak meluncurkan abum ke duanya.
Rey, salah satu personil Nayah Cawa, mengungkapkan pada Lampung Geh (5/3) bahwa, selain hendak melestarikan budaya daerahnya, ia juga menyukai segala hal yang berkaitan dengan tradisional, baik dari daerah Lampung maupun daerah lain.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah seorang putra daerah yang memiliki potensi di dunia musik, Rey merasa harus mengambil andil dalam pelestarian budaya daerahnya. Terlebih Bahasa Lampung diprediksi akan punah dalam tiga atau empat generasi ke depan.
Menurutnya, penciptaan produk-produk budaya, seperti lagu daerah oleh para seniman, sulit untuk diperluas ke ranah umum tanpa ada andil besar dari pemerintah. Karena kebijakan pemerintah sejauh ini masih sebagai pemengaruh yang paling kuat terhadap masyarakat.
Menurut Rei kaum milenial saat ini bukan tidak suka terhadap budayanya sendiri, namun karena faktor ketidaktahuan. "Lagu-lagu Nayah Cawa yang kami unggah selalu mendapat respon baik dari teman-teman, namun jangkauannya saja yang belum cukup luas," ungkapnya.
Bahkan beberapa teman Rey yang berasal dari luar negeri tertarik untuk mengetahui arti syair lagu yang pemuda itu nyanyikan setelah melihat dan mendengarkan lagu klasik Lampung yang Nayah Cawa band bawakan.
ADVERTISEMENT
Salah satu lagu Nayah Cawa band yang berjudul "Lampung Kaya Raya" ciptaan Rey, bercerita tentang kekayaan Lampung dari segala aspek. Mulai dari alam, budaya dan kesenian. Hasil inspirasi atas kecintaan pada tanah kelahiran.
Cuplikan lirik lagu:
Lampung sai kaya raya
sangon jak jaman timbai
alami khik budaya
unyin hulun kak pandai
Artinya:
Lampung itu kaya raya
sejak jaman dahulu
alam dan budayanya
semua orang suda tahu
Berikut versi lengkap lagu Lampung Kaya Raya :
Satu lagi lagu milik Nayah Cawa band yang bagi Rey memiliki makna amat dalam, berjudul Pisaan Nabi (Sejarah Nabi), yang ia buat atas kecintaannya pada Rasulullah SAW. Berkisah tentang Nabi Muhammad yang hingga menjelang wafat masih memikirkan umatnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Rey di tahun 2018 mulai banyak pemusik klasik daerah bermunculan. Tentu hal ini merupakan angin segar yang patut disambut dan didukung oleh semua pihak. Sebab musisi-musisi milenial inilah tonggak kelestarian budaya bangsa.
Rei bercerita saat pertama kali terjun di dunia musik tradisional Lampung baik saat masih solo maupun sudah bersama Nayah Cawa, sangat sulit untuk mencari panggung pentas. Kendati sekarang sudah lebih baik, namun keadaannya masih memprihatinkan.
Masih ada saja orang yang menganggap sebelah mata musik klasik Lampung. Tak jarang panitia penyelenggara event menawarkan panggung tanpa budget, padahal jika ditelisik lagi, event tersebut mampu mengundang penari hingga artis lokal.
Rey menuturkan bahwa gitar klasik dan gitar gambus memiliki teknik permainan yang berbeda. Dalam konteks sejarah gitar klasik lebih dipengaruhi oleh bangsa Portugis sebagai akibat dari jaman penjajahan. Sementara gitar gambus lebih dipengaruhi oleh musik Arab dan Batang Hari Sembilan.
ADVERTISEMENT
Rey berpesan kepada generasi muda, untuk mengapresiasi seniman lokal dengan tidak merasa cukup puas dengan hanya menguasai lagu Sai Bumi Ruai Jurai, Cangget Agung atau Tanoh Lado semata, sebab ketiganya merupakan musik beraliran pop. Namun cobalah untuk mulai mendengarkan musik klasik Lampung seperti yang Nayah Cawa bawakan. (*)
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra