Kisah Pengidap Talasemia: Hidup dengan Transfusi Darah Selama 30 Tahun

Konten Media Partner
4 September 2019 22:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadi Mulyono (34) penyandang thalassemia mayor saat diwawancarai Lampung Geh, Rabu (4/9) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Hadi Mulyono (34) penyandang thalassemia mayor saat diwawancarai Lampung Geh, Rabu (4/9) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Hari ini, tim Lampung Geh bertemu langsung oleh Hadi Mulyono (34), seseorang pengidap talasemia mayor yang selama hidupnya harus bergantung dengan setiap kantong darah.
Talasemia merupakan kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Penyakit talasemia terbagi dalam 3 jenis yaitu, talasemia karir (minor), talasemia intermedia, dan talasemia mayor.
Penyandang talasemia karir (minor) hanya sebagai pembawa sifat talasemia dan tidak perlu melakukan transfusi darah.
Penyandang talasemia intermedia terjadi harus melakukan transfusi darah, namun tidak rutin, bisa dilakukan secara 6 bulan sekali.
Penyandang talasemia mayor wajib melakukan transfusi darah minimal 30 hari sekali dan selalu ketergantungan dengan darah.
ADVERTISEMENT
Dalam kisah ini, Hadi yang sudah 30 tahun mengidap talasemia sedikit berbagi cerita kepada Lampung Geh.
"Saya penyandang talasemia mayor, awal mula saya menyandang talasemia pada umur 4 tahun. Waktu itu badan saya pucat, lemas, sering menggigil, mulut terasa pahit, kurang nafsu makan, maunya tidur saja, badan sakit semua," kata Hadi saat diwawancarai eksklusif Lampung Geh, Rabu (4/9).
"Dua bulan saya periksa ke rumah sakit itu dirawat sampai 2 bulan lebih. Dicek darah dan ambil darah, tapi belum ada hasilnya. Ketika umur saya 4 tahun, darah saya diambil untuk dicek ke Jakarta, ternyata saya menyandang penyakit talasemia mayor," lanjut Hadi.
Setelah mendengar keterangan dokter bahwa dirinya menyandang talasemia mayor, hatinya merasa terpukul dan sempat putus asa atas kenyataan yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
"Waktu dengar saya menyandang talasemia, saya sedih, putus asa, merasa minder, kayaknya kenapa kok saya begini. Lainnya sehat kok saya begini, perut saya makin membuncit. Muka saya pucat, kenapa yang lainnya sehat," ucap Hadi.
Berkat dukungan dari orang tua dan kerabat, Hadi bisa bangkit dari keterpurukannya atas penyakit yang diidapnya, meski dia tahu talasemia tidak dapat disembuhkan.
"Tapi lama kelamaan saya merasa yang sakit begini bukan saya saja. Tapi masih banyak di luar sana ada yang lebih parah dari saya. Kenapa saya harus minder, saya harus bisa bangkit dan semangat hidup untuk mencapai cita-cita saya," ujar Hadi.
Hadi menjelaskan, penyakit talasemia merupakan keturunan dari orang tuanya yang juga menyandang talasemia sejak lama.
ADVERTISEMENT
"Saya bisa terkena ini karena salah satu orang tua saya yaitu bapak saya menyandang talasemia tapi belum tahu mayor atau minor. Jadi talasemia saya ini bawaan dari orang tua, sekarang sampai saya umur 34 tahun ini, saya terus transfusi darah," kata Hadi sembari tertunduk-tunduk.
Maka dari itu, setiap 30 hari sekali Hadi harus melakukan transfusi darah untuk menyambung kehidupannya hari demi hari.
"Saya transfusi darah setiap 30 hari, itu 3 kantong darah kadang 2 kantong. Tergantung dari HB (hemoglobin), kalau HB saya 8 bisa 3 kantong, kalau HB 9 bisa 2 kantong. Tapi kalau kebanyakan aktivitas HB-nya rendah, transfusinya bisa 3 kantong," jelas Hadi.
ADVERTISEMENT
"Saya transfusi HB minimal 7, ketika di bawah 7 itu sakit semua terasa badannya. Kalau mulut makan sedikit saja sudah terasa pahit itu tanda-tanda saya harus transfusi darah," kata Hadi.
Sebagai salah satu dari ribuan orang pengidap talasemia, Hadi memberi motivasi untuk tetap semangat melawan penyakitnya meski selama masa hidupnya memiliki ketergantungan kepada sekantong darah.
"Pesan saya buat adik-adik penyandang talasemia di mana saja di seluruh Indonesia jangan mudah patah semangat dan jangan mudah bosan minum obat. Rutin harus diminum dan transfusi jangan ditunda-tunda, HB 9 harus transfusi supaya badan dan tubuh kita bisa normal seperti yang lain," pungkasnya memotivasi.(*)
----
Reporter: Obbie Fernando Editor: M Adita Putra