Konten Media Partner

LPPM Itera Ajak Warga Cungkeng dan Sinar Laut, Lampung, Memetakan Kampung

25 Maret 2022 19:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Tiga orang dosen, 20 mahasiswa dan 3 orang alumni arsitektur ITERA yang tergabung dalam tim pengabdian kepada masyarakat melalui program hibah Pengabdian kepada Masyarakat 2022 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITERA, mengajak warga Kampung Cungkeng dan Sinar Laut, Teluk Betung, untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemetaan kampung Kota Bandar Lampung.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Dalam hal ini Arsitekur ITERA bermitra dengan Yayasan Arkom Indonesia sebagai fasilitator pendamping, yang sudah berpengalaman bekerja pada arsitektur komunitas, masyarakat miskin dan pasca-bencana dibuktikan dengan berbagai penghargaan dunia diantaranya Indonesian Institute of Architects Award 2014, The Mynistry of Public Work, International Habitat Day 2014, Indonesian Institute of Architects Award 2018, Dubai Int’l Award for Best Practices 2008 dan Bronze winner of World Habitat Award 2020.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Kegiatan pemetaan partisipatif diawali dengan pembekalan tim pendamping lapangan oleh Arkom Indonesia untuk melakukan pendekatan dengan warga kampung. Selama 4 minggu tim pendamping lapangan yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan alumni masuk ke kampung (ngampung) dan bersosialisasi secara rutin dengan warga Cungkeng dan Sinar Laut. Partisipatif adalah metode yang digunakan dengan menempatkan warga sebagai aktor utama dalam pemetaan kampung, karena warga kampunglah yang paling mengenal seluk beluk sekitar tempat tinggalnya, tidak hanya mengenal lingkungan sekitar secara fisik, namun juga isu-isu sosial yang berkembang di dalam masyarakat.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Hal ini dipertegas oleh Direktur Arkom Indonesia, Yuli Kusworo, yang mengemukakan bahwa pemetaan menjadi cara atau alat spasial untuk memberdayakan masyarakat dengan membangun kesadaran dan membangun pengetahuan bersama dengan masyarakat. Menggambar lebih mudah bagi warga untuk mengekspresikan pengetahuannya tentang lingkungan sekitar tanpa harus bisa menulis atau merangkai kata-kata, peran fasilitator dan pendamping lapangan adalah mengajak masyarakat dan kelompok yang lemah untuk menuangkan gagasan atau pendapat dalam wujud gambar.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Manfaat utamanya adalah agar warga mengenali lebih detail tentang kampungnya sendiri, yaitu melalui sumbangan pengetahuan dari masing-masing warga yang dikumpulkan dan dituangkan dalam satu lembar gambar peta. Di sisi lain, mahasiswa sebagai arsitek muda menjadi tahu persis dengan tantangan yang dihadapi secara real saat ini, berarsitektur komunitas dengan bergerak bersama masyarakat untuk menata pemukiman, menata kampung-kampung tradisional yang ada di Lampung.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Antusias Nurzukhrufa selaku ketua tim kegiatan pengabdian ini menyebutkan bahwa, dalam proses pendekatan dengan warga itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi bagi mahasiswa yang berperan sebagai pendamping lapangan, kegiatan ini adalah pengalaman baru bagi mereka, awalnya ada kecanggungang untuk berkomunikasi, malu-malu, takut dan mungkin tertekan ketika ada konflik atau berbenturan dengan warga, karena memang yang dihadapi tidak hanya satu orang tapi berbagai watak dan latar belakang, mulai dari perangkat desa, tokoh-tokoh masyarakat, juragan kapal, nelayan, pedagang, ibu-ibu, pemuda desa, sampai anak-anak kecil.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Selama ngampung itu mahasiswa berproses dan belajar secara langsung dari pangalaman mereka bermasyarakat, secara tidak langsung kemampuan berkomunikasi dengan orang lain menjadi lebih baik, kepedulian mahasiswa sebagai kaum intelektual lebih terasah dan peka, dimana hati dan pikiran mereka ikut berperan dalam proses pendekatan ini, dan yang tidak kalah penting adalah wawasan mereka juga jadi lebih terbuka setelah melihat sisi lain dari kota Bandar Lampung, sehingga lebih menjiwai perannya ketika berarsitektur dengan komunitas.
ADVERTISEMENT
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Setelah kegiatan pendekatan dan menemukan faktor kunci di masyarakat, selanjutnya adalah pemetaan kampung yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut. Dalam pelaksanaan pemetaan, tim pendamping lapangan yang sudah dibagi berdasarkan zona, yaitu zona 1 terdiri dari RT 04 dan 05, zona 2 terdiri dari RT 06 dan 07 Kampung Cungkeng, Kelurahan Kota Karang, dan zona 3 yang memetakan RT 07 dan 08 Kampung Sinar Laut, Kelurahan Kota Karang Raya, mendampingi warga melakukan pemetaan secara berkelompok di beberapa titik zona yang sudah disepakati oleh warga. Secara teknis, beberapa warga dari masing-masing RT dikumpulkan untuk membuat peta kampung dengan mengikuti arahan tim Arkom Indonesia selaku fasilitator, peta yang dibuat oleh warga di atas kertas menunjukkan letak rumah-rumah warga serta nama pemilik dan jumlah penghuninya, letak dan lebar jalan utama dan setapak, letak drainase, lampu jalan dan fasilitas umum termasuk kondisi fisiknya saat ini, sehingga terpetakan kondisi kampung yang sebenarnya.
Foto: Fadhil Syafiq (Mahasiswa Arsitektur ITERA)
Dipetakan juga oleh warga berbagai permasalahan yang ada di sekitar mereka, di antaranya masalah sampah laut yang menumpuk, masalah listrik, air bersih dan toilet cemplung tanpa septictank, drainase yang tersumbat, masalah bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran, serta berbagai potensi SDM dan SDA dintaranya memetakan tempat mengambil kerang laut dan memancing ikan, potensi industri kreatif, industri kecil rumah tangga serta potensi pariwisata pesisir. Lebih dari 60 warga yang didominasi oleh kaum perempuan berpartisipasi dalam kegiatan menggambar peta kampung.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya kegiatan presentasi hasil pemetaan oleh warga Kampung Cungkeng dan Sinar Laut di depan pejabat desa dan pihak Bappeda. Kegiatan presentasi dilaksanakan di Aula Kantor Lurah Kota Karang dan dihadiri oleh perwakilan warga Kampung Cungkeng dan Sinar Laut, Kabid Perencanaan Ekonomi dan SDA Bappeda Kota Bandar Lampung, Kasi pembangunan selaku perwakilan Camat Teluk Betung, Lurah Kota Karang, Lurah Kota Karang Raya serta ketua-ketua RT Cungkeng dan Sinar Laut. Selama kurang lebih 3 jam warga bergantian memaparkan hasil pemetaan yang mereka buat sendiri, lalu ditanggapi secara bergantian oleh pihak Bappeda Kota Bandar Lampung, pejabat kecamatan serta pejabat desa.
Dari hasil pertemuan ini terungkap perbedaan sisi pandang mengenai setiap isu atau permasalahan kemasyarakatan, dari sisi warga maupun dari sisi pejabat pemerintahan yang diakhir pertemuan didapatkan titik temunya. Setiap permasalahan yang diangkat akan ditindaklanjuti dan dikawal prosesnya untuk diselesaikan secara bersama-sama, diantaranya permasalahan sampah laut dan drainase yg tersumbat diselesaikan dengan mengajak seluruh warga untuk ikut kerja bakti di sekitar rumah masing-masing setiap hari selasa dan kamis, kemudian masalah pengaduan masyarakat tidak hanya akan sampai di tingkat RT (Rukun Tetangga) saja namun akan diteruskan ke tingkat atas dengan mempertimbangkan urgensi masalah untuk di prioritaskan, dan penjelasan mengenai bantuan dari pemerintah yang bertahap sehingga masyarakat diminta untuk lebih kreatif dan aktif secara swadaya dalam menyelesaikan masalah kemasyarakatan.
ADVERTISEMENT
Hasil dari pemetaan kampung membukakan jalan untuk program-program lanjutan pembangunan desa, misalnya sebagai masterplan desain jembatan dengan menggunakan material yang ada, proses desain dan dokumentasi dalam bentuk maket atau 3-dimensi yang nantinya akan dikomunikasikan dan diajukan ke pemerintah untuk dibangun dan dikerjakan secara bersama. Selain itu terpetakan juga potensi-potensi lain yang bisa meningkatkan taraf hidup dan perbaikan ekonomi masyarakat Cungkeng dan Sinar Laut.
Pemetaan ini bertujuan agar Kampung Cungkeng dan Sinar Laut tidak lagi dipandang sebagai kampung kota yang kumuh, sebaliknya menjadikan Kampung Cungkeng dan Sinar Laut sebagai kampung yang unik dengan kearifan lokalnya sebagai kampung Bugis dan pesisir sebagai daya tariknya. Karena menurut Yuli Kusworo, Cungkeng dan Sinar Laut merupakan sebuah kawasan yang cukup menarik yang menjadi bagian dari kota Bandar Lampung. Cungkeng dan Sinar Laut adalah kampung nelayan yang butuh sentuhan tangan arsitek dan pemerintah sehingga menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi kita bersama untuk bisa berkreasi dan berfikir lebih keras agar arsitektur pesisir di Cungkeng dan Sinar Laut bisa dipertahankan keberadaannya sebagai identitas Kota Lampung, dipertahankan dalam artian diperbaiki dan menjadi lebih layak.
ADVERTISEMENT
Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk menyelesaikan setiap permasalahan masyarakat, tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah atau warga kampung saja, namun juga peran akademisi bahkan masyarakat umum juga menjadi penting untuk menjadikan kampung kota yang lebih baik sebagai bagian dari Kota Bandar Lampung. (*)
Penulis: A Dwi Eva Lestari S.T., M.Sc. (Dosen Arsitektur ITERA)