Malaman Buka Dibi, Budaya Lampung Barat untuk Menyambut Roh di Lebaran

Konten Media Partner
5 Juni 2019 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyusunan batok kelapa untuk menyambut roh-roh yang telah meninggal agar kembali ke rumah keluarga | Foto : Ist.
zoom-in-whitePerbesar
Penyusunan batok kelapa untuk menyambut roh-roh yang telah meninggal agar kembali ke rumah keluarga | Foto : Ist.
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Barat -'Malaman Buka Dibi' merupakan budaya khas di Lampung Barat ini selalu dilaksanakan pada malam ke-27 Ramadan yang dipercaya dapat menyambut roh-roh yang telah meninggal untuk kembali ke rumah keluarga.
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Panitia Acara Malaman Buka Dibi, Ifat Labib Saputra yang diwakili oleh Dian Saeasa menuturkan, tradisi sudah dilakukan turun temurun sejak jaman nenek moyang.
"Itu dari jaman dulu biasa diadakan masyarakat Lampung sini, karena ada kepercayaan pada malam 27 Ramadan ke atas seluruh keluarga (yang sudah meninggal) akan pulang ke rumah," tuturnya saat dihubungi Lampung Geh, Rabu (5/6).
Tradisi ini dilakukan dengan cara menyusun batok kelapa meninggi di depan rumah warga lalu dibakar hingga menghasilkan api yang menerangi setiap rumah.
"Jadi karena dulu belum ada lampu dan listrik, maka dia buat itu batok kelapa yang disusun lalu dibakar untuk menerangi roh-roh yang pulang ke rumah mereka," terangnya.
Terlihat rumah-rumah warga kompak menyusun batok kelapa depan rumahnya | Foto : ist.
Menurut kepercayaan warga setempat, semakin tinggi batok kelapa yang disusun, semakin jelas roh keluarga yang telah meninggal untuk kembali ke rumah.
ADVERTISEMENT
"Itu dilihat tinggi-tinggian batoknya, kalau makin tinggi rohnya semakin jelas," katanya.
Tradisi ini kembali dilaksanakan dengan tujuan untuk melestarikan budaya yang sudah menjadi ciri khas di beberapa kecamatan di Lampung Barat ini.
"Tradisi itu ada di Kecamatan Kebun Tebu, Batu Brak dan Balik Bukit. Kami membuat acara ini agar kaum milenial tahu budaya ini, dengan harapan bisa melestarikan budaya yang ada di Lampung Barat," jelas Dian.
Sebagai anggota panitia acara tersebut, Ia mengharapkan agar masyarakat tetap menjaga tradisi ini sebagai bentuk kelestarian budaya di Lampung Barat.
"Harapan saya dijaga tradisi ini, karena Lampung Barat ini asal muasal suku Lampung. Jadi budaya itu banyak di Lampung Barat. Saya mengharapkan kaum milenial melestarikan budaya yang ada di Lampung Barat," tandas anggota Muli Meghanai Kebun Tebu tersebut.(*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : M Adita Putra