Masjid Jami Al Yaqin, Saksi Bisu Peran Ulama di Lampung Pertahankan Kemerdekaan

Konten Media Partner
25 Maret 2023 10:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gapura utama Masjid Jami Al Yaqin yang berada di Jalan Raden Intan, Kecamatan Enggal, Kota Bandar Lampung. Foto: Bella Sardio/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Gapura utama Masjid Jami Al Yaqin yang berada di Jalan Raden Intan, Kecamatan Enggal, Kota Bandar Lampung. Foto: Bella Sardio/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Peran para ulama tak pernah terlepas dalam kisah memperjuangkan hingga mempertahankan kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu peran tersebut adalah Masjid Jami' Al Yaqin, salah satu masjid tertua di Lampung.
Keterlibatan masjid yang diperkirakan sudah ada sejak 200-an tahun ini sangat lekat dengan Agresi Militer Belanda I tahun 1947 dan Agresi Militer Belanda II tahun 1948
Sebelum membahas lebih jauh peran adanya masjid ini kala itu, kita akan mengetahui lebih jauh dulu bagaimana masjid ini masih kokoh di abad ke-21.
Lampung Geh berkesempatan melihat Masjid Jami Al Yaqin yang berada di Jalan Raden Intan, Kecamatan Enggal, Kota Bandar Lampung.
Masjid Jami Al Yaqin yang berada di Jalan Raden Intan, Kecamatan Enggal, Kota Bandar Lampung. Foto: Bella Sardio/Lampung Geh
Lokasi masjid ini sangat strategis, karena dekat dengan kegiatan perekonomian masyarakat di Lampung. Bahkan, tak jauh dari masjid ini mega proyek apartemen, Grand Marcure yang tingginya lebih dari 200 meter.
ADVERTISEMENT

Cikal bakal terbentuknya Masjid Jami Al Yaqin.

Tahun 1808

Pada tahun 1808, masjid ini merupakan sebuah bangunan berupa surau dari pelupuh bambu. Atapnya, dari rumbia (alang-alang) hanya digunakan untuk kepentingan pribadi.

Tahun 1882

Pada tahun 1882, Orang-orang Bengkulu yang merantau membentuk bangunan ini menjadi Mushola yang letaknya persis di Simpang 4, Pasar Bawah (lokasinya ditempati pos polisi pertama Kota Tanjung Karang).

Tahun 1912

Pada tahun 1912, tepatnya bulan September, warga Kampung Enggal bergotong royong memindahkan mushola dengan cara digotong atau diangkat dan dipindah ke tanah negara yang di pinggir kali (tempat wudu yang sekarang). Lokasinya juga bersebelahan dengan tanah milik alm H Muchyiddin (suku Lampung) dan alm H Muhammad Yaqin (suku Bengkulu). Akhirnya, keduanya sepakat untuk mewakafkan tanah mereka menjadi bagian dari mushola tersebut.
ADVERTISEMENT

Tahun 1932

Pada tahun 1923, mushola diperbesar menjadi sebuah bangunan masjid dengan tanah berukuran 30x37 meter dan luas 1.107 meter². Bangunannya masih semi permanen, tanpa kubah dan menara. Masjid ini diberi nama Masjid Enggal Perdana.

Tahun 1965

Pada tahun 1965, masjid ini diubah menjadi Masjid Al Yazid. Pemberian nama masjid Al Yaqin juga tidak terlepas dari usul yang dirayakan konsulat Jenderal Kedutaan Kerajaan Arab Saudi, H Umar Murot.

Tahun 2000

Pada tahun 2000, nama masjid ini ditambahkan nama Jami. Sehingga, sejak saat itu hingga sekarang bernama Masjid Jami Al Yaqin.
Masjid Jami Al Yaqin yang berada di Jalan Raden Intan, Kecamatan Enggal, Kota Bandar Lampung. Foto: Bella Sardio/Lampung Geh

Masjid Jami Al Yaqin sebagai Salah Satu Saksi Bisu Peran Ulama menentang Agresi Militer Belanda

Selain untuk beribadah, keberadaan Masjid Jami Al Yaqin di Tanjung Karang (Bandar Lampung) diyakini juga sebagai pusat kekuatan masyarakat dalam menentang Belanda.
ADVERTISEMENT
K.H. Ali Tasim, salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan syiar dan perjuangan kala itu. K.H. Ali Tasim sebagai salah satu santri K.H. Gholib. Bahkan, K.H Tasim juga menjadi panglima Hizbullah Tanjung Karang pada masa Agresi Militer Belanda I tahun 1946
Pergerakan Hizbullah adalah pergerakan para ulama yang turut menentang penjajah. Bahkan, kelompok ini paling sering terlibat bentrok dengan penjajah.
Hingga Agresi Militer Belanda II tahun 1948, tempat ini masih menjadi memperkuat para pejuang yang terdiri dari umat muslim.
Para ulama dan masyarakat sempat kocar-kacir karena serangan Belanda, apa lagi negeri kincir angin itu pakai senjata tercanggih. Untungnya, ulama bersama umat mampu mempertahankan markasnya, Masjid Jami Al Yaqin.
Kegiatan Masjid Jami Al Yaqin yang sangat menonjol adalah pengajian halakah atau halaqoh, yakni cara belajar atau mengajar dengan duduk melingkar atau berjejer.
ADVERTISEMENT
Pengajian halaqah menjadi fasilitas ulama mengumpulkan umat muslim untuk bersatu melawan penjajah setelah Merdeka. Akhirnya, Masjid Jami Al Yaqin ini juga menjadi pusat syariat Islam bahkan tidak jarang ulama datang dari luar Lampung ke masjid ini. (Ans/Red)