Melihat Rumah Daswati yang Terabaikan, Bukti Sejarah Berdirinya Provinsi Lampung

Konten Media Partner
6 Agustus 2020 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah Daswati Lampung yang kini semakin rapuh termakan usia, Kamis (6/8) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Daswati Lampung yang kini semakin rapuh termakan usia, Kamis (6/8) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Rumah Daswati, sebagai salah satu bukti sejarah terbentuknya Provinsi Lampung kondisinya semakin memprihatinkan, termakan usia, dan kini tertutup pagar beton, Kamis (6/8).
ADVERTISEMENT
Daswati merupakan singkatan Daerah Swatantra Tingkat, dan Rumah Daswati sendiri dahulu pernah dijadikan sebagai tempat berkumpulnya tokoh-tokoh Lampung dalam perumusan berdirinya provinsi Lampung. Dimana saat itu, yakni pada tahun 1963, Provinsi Lampung masih menjadi bagian dari Daswati I Sumatera Bagian Selatan, yang disebut sebagai Keresidenan Lampung. Kemudian pada 18 Maret 1964, keresidenan Lampung resmi memisahkan diri dari Daswati I Sumatera Bagian Selatan, menjadi Daswati I Lampung (sekarang Provinsi Lampung).
Rumah Daswati terletak di Jalan Tulang Bawang Nomor 175 A Tanjungkarang, atau yang sekarang dikenal Jalan Tulang Bawang Nomor 11 Enggal, Bandar Lampung. Dimana alamat tersebut dahulu dijadikan sebagai alamat kantor koordinasi surat menyurat oleh Panitia Daswati. Namun, saat ini bangunan tua khas zaman kolonial tersebut nyaris tak terlihat karena tertutup oleh pagar beton. Sang penjaga Rumah Daswati, yakni Priyono mengatakan bahwa pagar beton tersebut sudah 3 minggu didirikan atas perintah sang pemilik tanah dan bangunan.
Rumah Daswati Lampung kini tertutup oleh pagar beton setinggi 2 meter sehingga nyaris tak terlihat oleh masyarakat yang melintas di sekitar jaman Tulang Bawang Nomor 11 Enggal Bandar Lampung, Kamis (6/8) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
"Sudah sekitar 3 minggu, awalnya mau dipasang pagar besi, tapi tahunya dibeton. Yang tadinya, katanya mau dipasang pagar beton pendek, ini ditinggikan lagi, jadi memang nggak kelihatan dari luar," ujar Priyono yang sudah 2 tahun menjaga Rumah Daswati.
ADVERTISEMENT
Priyono meneruskan perjuangan penjaga Rumah Daswati sebelumnya, yakni Ijaz yang sudah meninggal dunia. Dia menuturkan, sebelum meninggal, Ijaz berpesan kepada dirinya agar meneruskan jejaknya untuk menjaga rumah bersejarah tersebut. "Pak Ijaz berpesan, kalau kondisi fisik saya sudah tidak memungkinkan lagi, nanti kamu yang menjaga rumah ini. Jangan sampai rumah ini dihancurkan, karena ini rumah bersejarah," tutur Priyono.
Bagian dapur Rumah Daswati yang terlihat usang dan tua, Kamis (6/8) | Foto: Sidik Aryono/Lampung Geh
Rumah Daswati yang berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 1000 meter persegi ini sangat memprihatinkan. Rumah yang menjadi saksi berdirinya Provinsi Lampung tersebut kini sebagian besar atapnya mulai rapuh, bahkan ada beberapa bagian yang sudah nyaris roboh. Setiap kali turun ujan, air dengan leluasa menembus dan membasahi bagian dalam rumah, dikarenakan atap yang bocor.
ADVERTISEMENT
Di balik kerapuhanya, Rumah Daswati masih menampakkan keaslian bangunan era kolonial. Atap berbentuk limas dengan dua menara, serta bentuk jendela dan daun pintu yang panjang turut menambah kesan klasik bangunan tersebut. Di rumah ini terdapat beberapa ruang kamar yang sekarang digunakan Priyono sebagai kamar tidur. Di bagian pintu belakang, terdapat lorong penghubung ke dapur dan kamar mandi, yang kondisinya juga sudah mulai rapuh. Tampak jelas atap dari genting-genting jaman lampau.
Bagian dalam Rumah Daswati yang terlihat usang dan tua, Kamis (6/8) | Foto: Sidik Aryono/Lampung Geh
Bagian kamar mandi dan dapur rumah ini sudah tak beratap, karena ambruk termakan usia. Di samping dapur, terdapat ruangan berukuran sekitar 4x4 meter, yang menurut Priyono, kamar ini dulunya digunakan untuk pertemuan dan rapat. Dan kondisinya sekarang hanya sisa puing-puing dengan semak pohon alpukat yang nyaris menutupinya.
ADVERTISEMENT
Kemudian di belakang bangunan dapur dan kamar mandi, ada sebuah sumur tua yang airnya cukup jernih, dengan akar-akar pohon yang telah menembus bagian dinding sumur. Pohon tua itu masih berdiri kokoh menaungi sumur tersebut. Menurut pengakuan Priyono, sumur tersebut tidak pernah kekeringan, bahkan di musim kemarau sekalipun.
Sumur tua yang ada di bagian belakang Rumah Daswati Lampung, Kamis (6/8) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Rumah Daswati kini hanya menyisakan cerita sejarah. Bangunan ini hanya tinggal bangunan saja, pasalnya di dalam rumah ini tidak ada bukti-bukti barang ataupun dokumen pada masa perumusan berdirinya Provinsi Lampung di kala itu. Priyono menceritakan bahwa sejak awal rumah ini dimiliki oleh perorangan, kemudian sertifikat tanah dan rumahnya digadaikan. Singkat cerita, sekarang tanah dimana tempat berdiri rumah tersebut telah menjadi milik salah seorang pengusaha.
Puing-puing bangunan ruang pertemuan di bagian belakang Rumah Daswati Lampung, Kamis (6/8) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
"Nggak tahu bagaimana ceritanya sekarang sudah jadi milik pengusaha itu. Kita nunggu rumah ini ya rumahnya saja, isinya sudah tidak ada," jelas Priyono.
ADVERTISEMENT
Priyono bersama seorang rekannya, yakni Aril menunggu Rumah Daswati tanpa imbalan sepeserpun. Semata-mata meneruskan Almarhum Ijaz agar jangan sampai rumah bersejarah tersebut dihancurkan. "Nggak dibayar, kita nunggu ya nunggu saja sukarela. Biar rumah ini nggak dihancurkan," ucapnya.
Priyono, penjaga Rumah Daswati Lampung saat ini, Kamis (6/8) | Foto : Dimas Prasetyo Lampung Geh
Dan kini bangunan tersebut ditutupi pagar beton dengan tinggi sekitar 2 meter, yang sewaktu-waktu bisa saja bangunan rumah di dalamnya dihancurkan oleh sang pemilik lahan. "Ini sudah ditutup pagar tinggi, ya mungkin mau dihancurkan, untuk dibangun apa saya nggak tahu. Kalau sudah ditutup begini kan kalau dihancurkan nggak ada yang tahu dari luar," ungkap Priyono.
Priyono hanya bisa berharap, pemerintah daerah setempat tergerak untuk berupaya mempertahankan dan melestarikan bangunan bersejarah tersebut. "Harapan saya ya jangan sampai dihancurkan, dari Pemda (Provinsi Lampung) terutama, ada upaya untuk melestarikan bangunan ini. Diperbaiki supaya lebih layak dan dapat diketahui banyak orang bahwa di sinilah salah satu tempat dirumuskannya Provinsi Lampung," harapnya.
ADVERTISEMENT
Rumah Daswati kini hanya menjadi saksi bisu, termakan zaman, di tengah majunya peradaban dan pembangunan Provinsi Lampung. Bangunan tua yang kini terabaikan di tengah gedung-gedung megah yang mengelilinginya. Bangunan bersejarah yang kini butuh upaya dari pemerintah daerah untuk mempertahankan dan melestarikannya, agat dikenal oleh generasi yang akan datang. (*)