Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Melihat Tempat Budidaya Ikan Cupang Seharga Rp 6 Juta di Kota Bandar Lampung
19 September 2020 21:22 WIB
Diperbarui 27 September 2020 11:47 WIB

ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Budidaya ikan cupang di tangan yang tepat rupanya memberikan keuntungan tersendiri. Di Kota Bandar Lampung ada sebuah tempat budidaya ikan cupang yang terkenal memiliki harga yang cukup mahal yakni jenis giant betta.
ADVERTISEMENT
Tempat budidaya ikan cupang itu bernama Yared Betta yang berlokasi di Jalan HM Ryacudu, Nomor 27, Kelurahan Way Dadi, Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung.
Owner Yared Betta, Jeconiah Lukandow, mengatakan bahwa memulai usaha budidaya ikan cupang jenis giant ini sejak 2017 lalu.
Kala itu dirinya hanya sekedar hobi untuk memelihara ikan cupang dengan memiliki satu pasang ikan. Rupaya dari sepasang cupang tersebut berkembang biak hingga saat ini menjadi sebuah bisnis menguntungkan.
"Awalnya hobi cuma punya sepasang, dari situ mulai berkembang biak. Pertama kali dari sepasang itu beranak 600 ekor," ungkapnya saat ditemui Lampung Geh di kediamannya, Sabtu (19/9).
Perbedaan jenis giant betta dengan ikan cupang pada umumnya ini terletak pada postur tubuhnya. Biasanya ikan cupang hanya memilki panjang tubuh 3-4 cm, namun ukuran tubuh giant betta ini di atas normal, hingga mencapai 7-7,5 cm.
ADVERTISEMENT
"Giant ini mempunyai postur tubuh yang besar daripada yang lainnya, makanya dinamakan giant. Giant paling besar itu 7,5 cm yang pernah ada di kita," jelas pria 40 tahun ini.
Di tangan Jeco, ikan yang biasanya dijual pada kantin sekolah dasar ini rupanya bisa naik kelas. Dirinya menuturkan, hal yang membuat ikan hias ini mahal adalah perpaduan warna sisik dan siripnya serta ukurannya.
"Yang buat mahal itu balance (warnanya), jadi perpaduan warnanya diatas, belakang dan bawah (sirip). Kalau dikenal sudah dorsal dan anal itu biasanya mahal," tutur dia.
Ikan yang juga dikenal memiliki sirip panjang ini rupanya berbeda dengan jenis ikan di budidaya Jeco. "Kalau yang biasanya disebut jambrong itu jenis halfmoon atau HM, kalau kita ini plakat atau sirip pendek," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada lebih dari 1.000 toples dan akuarium pada budiaya ikan cupang di Yared Betta, yang mana seluruhnya adalah jenis giant betta. Jeco pun berencana akan menambah rak baru untuk lebih banyak menampung ikan teritorial ini.
"Ini masih sedikit, mau buat rak lagi. Satu baris ini 900 toples lebih. Kalau toples dibolong-bolongin ini agar sirkulasi airnya gampang, ini juga kalau ada air hujan biar gak langsung penuh," terang dia.
Di tempat budidaya ini juga terlihat ada beberapa bak penampungan untuk indukan ikan cupang. Selain itu ada ember-ember bekas cat tembok dengan ukuran besar yang digunakan Jeco sebagai pembesaran ikan cupang.
"Kalau bekas wadah kulkas (lemari pendingin) ini untuk burayak atau anak ikan. Nah yang ember untuk pembesaran, jadi ikan yang ukurannya tanggung dibesarkan di ember ini," bebernya.
Ember ini juga dapat digunakan sebagai tempat penetasan bibit ikan cupang. Ketika telur-telur ikan sudah menetas, sang betina dipisahkan dari ember tersebut. Sedangkan sang jantan akan ditinggalkan untuk menjaga anak-anaknya hingga membesar.
ADVERTISEMENT
"Kalau cupang ini kalau ikan jantannya yang menjaga anak-anaknya, kalau betinanya nanti makan anak-anaknya," kata Jeco.
Permintaan pehobi ikan cupang ini ternyata tidak hanya warga negara Indonesia saja, dirinya pun sering mendapatkan pesanan dari beberapa negara Eropa dan Asia.
"Eropa itu Amerika, Kanada. Kalau Asia ada dari Malaysia, Singapura. Di Indonesia itu pulau Jawa permintaan paling banyak, biasanya Jakarta, Bandung, Surabaya. Lampung banyak juga," ungkapnya.
Setiap ikan cupang jenis giant betta yang dijualnya ini memiliki harga bervariatif, dengan ukuran panjang tubuh ikan 5 cm, Jeco menawarkan harga dimulai dari Rp 1 jutan dengan ketentuan warna dan bentuk ikan bagus.
"Harga paling mahal yang pernah kita jual itu Rp 6 juta, itu perpaduan warnanya bagus banget. Tapi itu sudah laku ikannya, dibeli sama orang Lampung," ucap Jeco.
ADVERTISEMENT
Dalam budidaya ini, omzet Jeco per bulan bahkan mencapai Rp 40 hingga 50 juta. Tetapi omzet tersebut tidak selalu stabil, ada kalanya dirinya merugi lantaran ikan-ikannya terkena penyakit.
"Kalau kena penyakit rugi, penyakit biasanya finrot, white spot atau jamuran. Sekarang kita juga sudah ada 6 binaan budidaya ikan cupang di Bandar Lampung," pungkasnya.(*)