Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Menilik Peninggalan Letusan Krakatau di Museum Lampung
21 Agustus 2019 23:28 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung- Menilik peninggalan sejarah letusan gunung Krakatau yang terjadi di Selat Sunda 1883 silam di Museum Lampung.
ADVERTISEMENT
Letusan gunung Krakatau yang saat itu terjadi menelan banyak korban jiwa dan material. Peristiwa tersebut meninggalkan beberapa benda bersejarah sebagai saksi meletusnya Krakatau.
Kepala Seksi Pelayanan UPT Museum Negeri Provinsi Lampung, Budi Supriyanto, mengatakan menurut catatan sejarah yang sebagian besar dimiliki oleh pemerintah kolonial yang waktu itu berada di Indonesia, letusan Gunung Krakatau pada 1883 berdampak sangat dahsyat.
"Dari kondisi yang ada waktu itu ketinggiannya sekitar 600 meter di atas permukaan laut, kemudian bagian Gunung Krakatau amblas membentuk kaldera (kawah besar)," ujarnya.
Ia menuturkan terbentuknya kaldera tersebut mengakibatkan terjadinya tsunami pada saat itu.
"Terbentuknya kaldera itu artinya seluruh tubuh dari Krakatau ambrol ke laut yang mengakibatkan tsunami, yang diperkirakan ketika itu tingginya sekitar 20-40 meter, sehingga akibat kejadian itu menelan hampir 40.000 korban jiwa dan sekitar 500 desa rusak di wilayah selatan Lampung maupun sisi barat Pantai Banten," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia memaparkan sekitar tahun 1929, terdapat aktivitas di tengah bekas letusan yakni di tengah kaldera, terjadinya letusan kecil yang terus menerus pada saat itu.
"Setelah itu pada tahun 1930 banyak pelaut yang melihat adanya daratan seukuran mungkin lapangan bola yang sekarang kita sebut sebagai Anak Krakatau," ujarnya.
Ia mengatakan ketinggian Anak Gunung Krakatau sekitar 300 meter di atas permukaan laut sebelum terjadinya longsor.
"Sekarang sudah agak turun dan masih aktif, dengan letusan Krakatau yang dahsyat Gunung Anak Krakatau dijadikan sebagai salah satu objek yang dianggap menarik bagi ilmuwan peneliti kegunungapian," ungkapnya.
Peninggalan letusan Gunung Krakatau di Lampung, saat ini ada yang sudah tidak ada seperti Kapal Bero. Namun beberapa masih terjaga di Museum Lampung seperti lampu laut, fosil lava, dan lava bom.
ADVERTISEMENT
"Kapal itu sudah tidak ada lagi, pernah dilakukan tapak tilas itu sudah tidak utuh lagi, salah satu tinggalan yang kita punya itu rambu laut yang diperkirakan terlempar sampai di daerah Teluk Betung saat ini kita pamerkan di halaman museum, temuan lain itu ada di Taman Dipangga juga rambu laut," paparnya.
Sementara itu, Anak Gunung Krakatau yang terbentuk terus membangun diri dengan segala keindahannya yang eksotis. Namun, tetap berbahaya karena masih aktifnya anak gunung tersebut, maka kawasan Anak Gunung Krakatau saat ini merupakan kawasan yang dilindungi.
"Menurut penelitian geologi yang dilakukan di sisa-sisa Krakatau, sekitar abad ke 4 Krakatau purba pernah mengalami letusan, kalau untuk sekarang aktivitas Anak Gunung Krakatau selalu bisa diawasi dengan beberapa pos pengamatan," paparnya.
ADVERTISEMENT
----
Laporan reporter Lampung Geh Rafika Restiningtias
Editor : M Adita Putra