Konten Media Partner

Modal Rp 120 Ribu, Budikdamber Jadi Pilihan Pelihara Ikan di Lahan Terbatas

5 Juli 2020 23:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa tanaman Budidamber milik Juli Nursandi saat dikunjungi Lampung Geh, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa tanaman Budidamber milik Juli Nursandi saat dikunjungi Lampung Geh, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lampung Geh, Bandar Lampung - Sebuah inovasi dilakukan oleh salah satu dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang menciptakan Budikdamber atau Budidaya Ikan di Dalam Ember.
ADVERTISEMENT
Juli Nursandi yang berprofesi sebagai Dosen Budidaya Perikanan Polinela ini mengawali percobaan Budidamber sejak tahun 2015 dan melanjutkan dengan penelitian.
"Penelitiannya 2016, dari 2016 kita share ke masyakarat via medsos, ternyata sambutannya bagus sampai sekarang," ungkapnya saat ditemui Lampung Geh di kediamannya, Minggu (5/7).
Penelitian Budidamber yang ia jalani ini sudah mencapai hampir pada tahapan keempat, dimulai dari Budidamber 1.0, Budidamber 2.0, Budidamber 3.0, dan budidamber 4.0.
"Masing-masing penelitiannya yang pertama ikan dari kecil tanamannya pakai tanaman kangkung. Yang kedua kita beli ikan lele dari pasar dan kita masukkan ke dalam ember jadi sebagai kulkas hidup. Jadi menyimpan ikan dan sayuran dalam keadaan hidup," papar Juli.
Menurutnya cara ini sangat bermanfaat untuk ditetapkan pada lahan yang terbatas, selain itu juga tidak menggunakan listrik sehingga lebih hemat.
ADVERTISEMENT
"Rekomendasi ikan untuk Budidamber ini, ikan betok, sepat, gurame, patin, lele, dan gabus. Keenam ikan ini yang tidak butuh oksigen tinggi. Ikan nila dan emas tetap bisa, tetapi harus kita tambah aerator alat penambah oksigen, karena kalau gak ada dia mati," jelasnya.
Saat ini Budidamber yang ada di rumah Juli ada beberapa jenis tanaman, seperti sawi, kangkung, dan cabai. Juli menerangkan, jika media tanam pada Budidamber ini juga menggunakan dua cara.
Beberapa tanaman Budidamber milik Juli Nursandi saat dikunjungi Lampung Geh, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Sebenarnya ada dua media, media arang, dan kedua ini namanya AKT (arang, kain, tanah). Kalau ini (media arang) hanya tanaman yang akarnya terendam, seperti genjer, bayam Brazil. Kalau media tanah semua tanaman bisa, tanahnya kita rancang gak becek, yang terendam hanya arangnya saja," terang dia.
ADVERTISEMENT
Ide ini tercetus lantaran Juli melihat metode hidroponik harus menggunakan berbagai alat dan cukup rumit, seperti filter air, mesin pompa air, dan listrik.
"Sedangkan lahan pertanian kita semakin sedikit, jadi pada saat itu kita pikirkan gimana caranya membuat medianya sama seperti tabulampot (tanaman buah dalam pot), jadi pilihannya ember," ungkap Juli.
Juli Nursandi (kiri, salah satu dosen Polinela yang berhasil membuat inovasi Budidamber di Lampung, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Setidaknya dalam satu liter air, Budidamber ini bisa menghidupkan satu ikan. Sedangkan rata-rata ember yang digunakan oleh Juli ini berkapasitas 80 liter di mana bisa diisi air 60 liter. Sehingga dapat menampung kurang lebih 60 hingga 100 ikan.
"Jadi aquaponik ini memanfaatkan ikannya nanti kita kasih makan, kotoran ikan atau feses dan sisa pakan jatuh ke dasar, nanti diurai oleh bakteri. Bakterinya menguraikan menjadi nitrogen, fosfor, dan kalium alias pupuk," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Maka, sambung Juli, pupuk itu yang akan diserap oleh akar tanaman, menjadikan simbiosis mutualisme. Ada hubungan timbal balik antara ikan, pakan, dan tanaman.
Saat ditanya apakah ikan dan tanaman dalam Budidamber tersebut tahan terhadap panas matahari, Juli menuturkan jika keenam ikan yang telah disebutkan tadi memang jenis ikan yang tahan terhadap cuaca.
"Sejak tahun 2016 kita amati bahwa untuk enam ikan ini kena panas asal airnya tidak lebih dari 33 derajat celsius itu aman. Sementara ini penelitian kita baru ikan konsumsi, dan sekarang baru saya garap ikan hias," tutur dia.
Cara menanam tanaman di Budidamber ini mula-mula Juli menyiapkan beberapa batang kangkung, arang, dan gelas bekas minuman. Kemudian ia memasukkan beberapa batang kangkung ke dalam gelas minuman yang telah dilubangi di beberapa bagian, lalu dilanjutkan dengan memasukkan arang.
ADVERTISEMENT
"Untuk penanaman kangkung biasanya ibu-ibu nyayur kangkung batang bawahnya dibuang, ini bisa kita tanam ulang kita harus menyisakan mata tunas minimal 2-3 tunas," ucapnya.
Beberapa batang kangkung sebagai bibit tanaman Budidamber, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Alasannya menggunakan media arang lantaran arang banyak mengandung unsur karbon yang mampu menyerap unsur lain termasuk gas racun dari sisa pakan. Sehingga membantu memperbaiki kualitas air itu sendiri.
Setelah itu, tanaman yang sudah disiapkan tersebut dapat diletakkan di atas tutup ember yang sudah dilubangi atau dikaitkan dengan sebuah kawat.
Sedangkan pada media tanah, Juli menggunakan sebuah pipa paralon bekas yang juga sudah dilubangi di beberapa bagian.
"Lalu kita masukkan arang setebal 2-3 jari, baru kita lapiskan kain, terakhir kita kasih tanah. Fungsi kain ini agar mencegah tanahnya turun ke bawah," ujar Juli.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak berbagai keunggulan Budidamber ini juga memiliki kelemahan. Dengan media ember yang tidak terlalu besar tentunya dapat memengaruhi daya tumbuh tanaman dan ikan.
"Tentu tidak bisa kita bandingkan dengan tanaman di tanah. Termasuk juga ikan, ketika pelihara di ember ikannya tidak secepat di bak besar. Kalau di bak besar 2 bulan panen, kalau di ember 2,5-3 bulan baru panen," beber dia.
Dalam Budidamber juga ini pun memiliki risiko, jika pemilihan bibit ikan dan tanaman yang kurang tepat hal itu dapat membuatnya mati.
"Ciri ikan yang bagus contohnya lele, usahakan pilih ikan yang sehat. Cirinya kulit ikan mulus tidak ada seperti cacar, kumisnya lurus tidak putus, kalau keriting itu ciri ikan yang sakit, mulutnya tidak sariawan, lalu dia lincah saat di aquarium atau bak," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita habis serok ikan yang sakit, usahakan serok yang kita pakai jangan kita gunakan lagi ke (aquaponik) sebelah, karena bisa nular," imbuh Juli.
Ia pun menyarankan jika ada ikan di sebuah Budidamber yang terkena penyakit dapat diobati dengan cara menguras air secara total. Kemudian diganti dengan air yang baru dan ditambahkan garam dengan dosis 3 sampai 5 gram per liter.
"Ikannya pun dalam 10 sampai 15 hari ikannya harus disortir sesuai ukurannya, itu harus kita pisahkan. Jadi tidak ada persaingan, kanibalisme, dan rebutan pakan antara yang besar dengan kecil," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman Juli, tanaman di Budidamber ini jika dengan media tanah dapat diberikan pupuk tambahan.
"Kelebihannya ketika kita gunakan media AKT, ketika kita tanam tomat, tomatnya itu bisa kita tambah pupuk. Bisa saja tidak ditambah (pupuk),tetap buah tapi tidak sebanyak kalau pakai pupuk tambahan," terang dia.
Contoh tanaman Budidamber dengan media tanah, Minggu (5/7) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Juli mengucapkan pembuatan awal ini juga cukup terjangkau, hanya bermodal Rp 120 hingga 150 ribu dapat membuat Budidamber ini.
ADVERTISEMENT
"Kalau hitungan kasar di Bandar Lampung satu ember harganya Rp 55-88 ribu. Kalau totalnya Rp 120-150 ribu sampai panen, itu sudah termasuk bibit, ikan, dan pakan," pungkas Juli.(*)