Konten Media Partner

Ns Padri, Putra Way Kanan Bangun Epitel Indonesia untuk Mengatasi Luka Kronis

18 Desember 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ns. Padri Setiawan salah satu pendiri Epitel Indonesia yang berasal dari Way Kanan, Lampung | Foto : Ist
zoom-in-whitePerbesar
Ns. Padri Setiawan salah satu pendiri Epitel Indonesia yang berasal dari Way Kanan, Lampung | Foto : Ist
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bekasi – Bermula dari keprihatinan mendalam atas tingginya angka amputasi pada pasien diabetes, seorang putra daerah Way Kanan, Lampung, Ns. Padri Setiawan bersama rekannya, Asrul mendirikan Epitel Indonesia, pelopor perawatan luka modern di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdiri pada 1 Desember 2017, Epitel Indonesia telah menjadi solusi terpercaya dalam menangani luka kronis seperti diabetes, dekubitus, dan luka pasca-operasi dengan metode berbasis teknologi medis terkini.
Ns. Padri Setiawan, yang lahir dan besar di Kabupaten Way Kanan, Lampung, mengungkapkan bahwa pengalaman bertemu dengan banyak pasien diabetes yang harus menjalani amputasi menjadi motivasi utamanya mendirikan Epitel Indonesia.
"Sebagai perawat dengan latar belakang di bidang keperawatan bedah, saya sering bertemu pasien yang terpaksa diamputasi karena luka kronis yang tidak tertangani dengan baik. Hal ini menggugah hati saya untuk mencari cara agar pasien dapat sembuh tanpa amputasi," jelas Padri.
Padri juga ingin mengubah stigma masyarakat terhadap profesi perawat, yang sering kali dianggap hanya sebagai pembantu dokter.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin menunjukkan bahwa perawat memiliki kemampuan dan peran penting dalam penyembuhan pasien. Lewat Epitel, kami berupaya memperbaiki citra profesi ini dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat," tambahnya.
Epitel Indonesia mengusung konsep modern dressing, metode perawatan luka terkini yang berbasis bukti ilmiah dan teknologi medis modern.
Teknik ini memungkinkan penanganan luka yang lebih efektif dan aman, mengurangi risiko komplikasi dan amputasi.
"Dalam perawatan luka, setiap kasus itu unik dan memerlukan pendekatan yang personal. Kami memastikan pasien mendapatkan perawatan yang sesuai, tidak hanya untuk penyembuhan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup mereka," ujar Padri.
Ia juga mengungkapkan, sejak didirikan, Epitel telah berkembang dari sebuah klinik kecil di Karawang menjadi jaringan 19 cabang klinik yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, layanan e-Visit (HomeCare) memungkinkan pasien mendapatkan perawatan langsung di rumah tanpa mengurangi kualitas pelayanan.
Menyadari kebutuhan masyarakat Lampung, Epitel berencana membuka cabang di provinsi tersebut pada tahun 2025.
"Sebagai putra daerah Way Kanan, saya merasa terpanggil untuk membawa layanan ini ke Lampung. Kami ingin masyarakat di sana, terutama pasien diabetes dan luka kronis, mendapatkan akses perawatan modern yang selama ini belum tersedia," ungkap Padri.
Padri menegaskan, tiga misi utama menjadi landasan berdirinya Epitel:
1. Memberikan solusi bagi pasien diabetes agar bisa sembuh tanpa amputasi.
2. Meningkatkan citra profesi perawat di mata masyarakat.
3. Memperkenalkan perawatan luka modern yang selama ini kurang diakses di Indonesia.
Dengan visi untuk memperluas jangkauan layanan ke wilayah-wilayah yang minim akses terhadap perawatan luka berkualitas, Epitel Indonesia terus berinovasi untuk menjadi mitra kesehatan terpercaya bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Epitel bukan sekadar bisnis, tetapi sebuah misi untuk memberikan harapan dan kehidupan yang lebih baik bagi pasien. Kami ingin masyarakat Indonesia tahu bahwa luka kronis dapat ditangani dengan cara modern, aman, dan tanpa rasa takut akan amputasi,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu pendiri Asrul yang berasal dari Makassar menyampaikan, bahwa, Epitel tidak hanya fokus pada pelayanan medis, tetapi juga aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan luka yang tepat.
Melalui seminar, pelatihan, dan program edukasi rutin dilakukan untuk memberdayakan masyarakat serta tenaga medis lokal.
“Kami percaya bahwa edukasi adalah langkah awal untuk mencegah komplikasi luka. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat, kami berharap angka kasus luka kronis yang tidak tertangani dapat diminimalkan,” kata Asrul. (Cha/Ansa)
ADVERTISEMENT