Konten Media Partner

Pemekaran Bandar Negara Ancam PAD Lampung Selatan, Kuatkan Sektor Pariwisata

10 Februari 2025 20:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera), Surya Tri Esthi | Foto : Ist
zoom-in-whitePerbesar
Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera), Surya Tri Esthi | Foto : Ist
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Rencana pemekaran Kabupaten Bandar Negara yang mencakup lima kecamatan di Lampung Selatan diperkirakan berdampak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten induk.
ADVERTISEMENT
Akademisi Institut Teknologi Sumatera (Itera), Surya Tri Esthi, menilai bahwa wilayah yang akan masuk dalam kabupaten baru merupakan pusat ekonomi strategis yang berkontribusi besar terhadap PAD Lampung Selatan.
“Kecamatan-kecamatan seperti Natar, Jati Agung, Tanjung Bintang, Merbau Mataram, dan Tanjungsari memiliki potensi ekonomi yang besar. Di dalamnya terdapat Bandara Radin Inten II, Institut Teknologi Sumatera, serta Kawasan Industri Tanjung Bintang yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Jika pemekaran terjadi, PAD Lampung Selatan akan berkurang secara signifikan,” ujar Surya pada Senin (10/02).
Menurutnya, pemekaran ini juga dapat mempengaruhi daya tarik investasi di wilayah Lampung Selatan yang ditinggalkan.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah daerah mulai berfokus pada pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kelautan sebagai alternatif sumber pendapatan.
ADVERTISEMENT
“Bila pemekaran terjadi, salah satu potensi terbesar Lampung Selatan untuk menggerakkan perekonomiannya adalah sektor pariwisata. Kabupaten ini memiliki garis pantai yang panjang dengan potensi besar di bidang perikanan dan pariwisata. Jika dikelola dengan baik, sektor ini bisa menjadi sumber PAD yang baru,” tambahnya.
Surya yang juga merupakan anggota Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI) menjelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, Lampung Selatan memiliki Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), termasuk kawasan Gunung Krakatau.
“Lampung Selatan adalah pintu gerbang utama Pulau Sumatera, dan dalam konteks nasional, wilayah ini masuk dalam KSPN. Dengan optimalisasi pengelolaan destinasi wisata, sektor ini dapat meningkatkan perekonomian daerah serta memperluas lapangan pekerjaan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu proyek yang dinilai memiliki potensi besar adalah pengembangan Bakauheni Harbour City, kawasan terpadu yang menghubungkan sektor pelabuhan, transportasi, komersial, dan pariwisata.
“Dengan posisi strategisnya, proyek ini dapat menarik minat investor di berbagai sektor, seperti infrastruktur, perhotelan, perdagangan, hingga industri kreatif. Jika dikembangkan secara optimal, ini bisa menjadi salah satu faktor penopang PAD Lampung Selatan pascapemekaran,” ujarnya.
Selain itu, Surya juga menyoroti potensi pengembangan destinasi wisata yang telah ada, seperti Pantai Bakauheni, Pantai Rio By The Beach, dan Pantai Minang Rua. Dengan manajemen yang baik dan konsep wisata berkelanjutan, kawasan ini diyakini mampu menarik lebih banyak wisatawan dan investasi.
Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengelolaan sektor pariwisata dan ekonomi kelautan agar manfaat ekonomi tidak mengorbankan keseimbangan ekosistem.
ADVERTISEMENT
“Pengembangan sektor ini harus memanfaatkan potensi alam dan budaya yang ada tanpa merusak lingkungan. Dengan menerapkan konsep wisata berkelanjutan, multiplier effect-nya akan sangat besar, termasuk bagi sektor transportasi, perdagangan, dan jasa,” ujarnya.
Sebagai langkah strategis, Surya mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan yang mendukung investasi di sektor pariwisata, baik melalui regulasi, infrastruktur, maupun kemudahan investasi.
“Pemerintah daerah harus fokus pada kebijakan tata ruang yang mendukung investasi sektor ini. Dengan pengembangan yang terarah dan berkelanjutan, pariwisata tidak hanya mampu meningkatkan PAD Lampung Selatan tetapi juga memperbaiki kesejahteraan masyarakat lokal,” pungkasnya. (Cha/Put)