Konten Media Partner

Pemkot Bandar Lampung Siapkan 31 Puskesmas Layani PrEP, Pemanfaatan Masih Rendah

24 April 2025 19:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Liskha | Foto : Eka Febriani / Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Liskha | Foto : Eka Febriani / Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Dinas Kesehatan menyiapkan layanan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) di 31 puskesmas sebagai langkah pencegahan penularan HIV bagi kelompok berisiko.
ADVERTISEMENT
Meski layanan ini telah tersedia sejak April 2024, pemanfaatannya masih jauh dari target yang ditetapkan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Liskha mengatakan, program PrEP telah dijalankan hampir satu tahun namun masih belum mendapatkan respons optimal dari masyarakat.
“Target kami pada tahun 2024 adalah 669 orang. Namun hingga akhir tahun, baru 102 orang yang ditawarkan PrEP dan semuanya memulai konsumsi. Artinya baru sekitar 15 persen dari target,” kata Liskha saat diwawancarai, pada Rabu (23/4).
Ia menambahkan, rendahnya pemanfaatan ini disebabkan oleh minimnya pemahaman masyarakat terkait manfaat PrEP yang sebenarnya digunakan sebagai upaya pencegahan, bukan pengobatan.
“Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa karena mereka tidak sakit, maka tidak perlu minum obat. Padahal PrEP ini untuk mencegah penularan HIV bagi individu yang memiliki risiko, seperti memiliki pasangan dengan HIV atau bekerja di sektor yang rawan penularan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Liskha menyebutkan, akses terhadap layanan PrEP di Bandar Lampung saat ini sangat mudah.
Semua puskesmas telah memiliki kapasitas memberikan layanan, dan obat tersedia secara gratis.
“Secara logistik kami siap. Kendalanya ada pada persepsi masyarakat. PrEP dianggap sebagai obat untuk orang sakit, padahal tujuannya adalah mencegah infeksi sejak awal,” jelasnya.
Layanan PrEP, menurut Liskha, ditujukan untuk populasi berisiko seperti pasangan dari orang dengan HIV (ODHIV), pekerja seks, serta anak-anak dari orang tua yang mengidap HIV.
Obat ini dikonsumsi satu kali sehari dan harus rutin agar efektif dalam mencegah infeksi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, kunjungan rutin pengguna PrEP juga masih rendah. Hanya 18 orang tercatat melakukan kunjungan lanjutan di bulan pertama.
Di bulan ketiga, kedelapan, dan kedua belas tidak ada kunjungan tercatat, dan hanya satu orang yang melakukan kunjungan di bulan kesembilan.
ADVERTISEMENT
“Program ini sebenarnya dimulai sejak akhir 2023, dan resmi dijalankan di seluruh puskesmas pada April 2024. Namun kami masih membutuhkan upaya sosialisasi yang lebih intens agar masyarakat tahu dan mau menjalani program ini,” kata Liskha.
Ia juga menegaskan pentingnya peran serta masyarakat dalam pencegahan HIV dan mengimbau kelompok berisiko untuk memanfaatkan layanan PrEP yang sudah tersedia.
“Kami terus berupaya melakukan promosi kesehatan, baik melalui media maupun pendekatan langsung kepada masyarakat. Kami imbau kelompok yang termasuk berisiko untuk datang ke puskesmas terdekat dan memanfaatkan layanan ini secara rutin,” pungkasnya. (Cha/Put)