Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Penanganan Sampah di Pulau Pasaran, Masyarakat Harus Kompak
26 Juni 2019 10:02 WIB
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Persoalan sampah menjadi polemik yang tiada berkesudahan meski berbagai upaya sudah dilakukan, baik oleh pihak pemerintah, swasta, dan organisasi kemasyarakatan. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga di wilayah perairan, terutama di laut.
ADVERTISEMENT
Menilik persoalan sampah di laut, yaitu di kawasan Pulau Pasaran masih ditemui cukup banyak sampah teronggok di dermaga dimana kapal nelayan berlabuh dan bersandar. Sampah-sampah yang teronggok berasal dari sampah plastik kemasan makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti, plastik mie instan, plastik makanan ringan, plastik sabun, shampo, deterjen dan masih banyak lagi.
Zen (79) salah satu warga Pulau Pasaran yang mengaku sudah sekitar lima puluh tahun bermukim di sana mengatakan bahwa pencemaran oleh sampah tidak terlalu mengganggu kehidupan masyarakat Pulau Pasaran, terutama kesehatan juga tidak ada efeknya.
"Kalau terganggu tidak, menimbulkan bau yang tidak sedap juga tidak, penyakit-penyakit juga tidak ada alhamdulillah. Sampah yang ada di laut, di dermaga Pulau Pasaran, kebanyakan dari sampah yang terbawa aliran air dari kali. Kalau sampah yang d isini diangkut Tossa (motor bak roda tiga) dibawa ke daratan. Tapi memang untuk waktu sebulan terakhir, Tossa pengangkut sampahnya tidak beroperasi lagi," jelas Zen saat ditemui Lampung Geh, Selasa (25/6).
Berdasarkan keterangan Basari selaku Ketua RT di Pulau Pasaran mengatakan bahwa masyarakat memang tidak terganggu dengan adanya sampah-sampah yang ada di dermaga Pulau Pasaran.
ADVERTISEMENT
"Untuk masalah sampah, di sini kebanyakan ada yang dibakar, ditimbun, dan ada juga yang dibuang ke laut langsung. Kalo sampah yang di laut, di dermaga itu dari aliran kali. Kita siasati dengan memasang jaring untuk menahan sampah agar tidak masuk ke sini," kata Basari pada Lampung Geh, Selasa(25/6).
"Kalau masalah terganggu ya sebenernya terganggu, tapi kembali lagi karena merasa diri juga membuang sampah ke laut, sama-sama merasa berbuat kesalahan, jadi ya nggak berani ngomong. Memang di sini juga ada Tossa pengangkut sampah, saya sendiri petugasnya, sempat berjalan beberapa bulan. Setelah saya berhenti kemudian ganti petugas, dan nggak berjalan lagi sampe sekarang. Jadi ya itu, sampahnya dibakar, ditimbun atau dibuang langsung ke laut," jelas Basari.
Basari berharap, kalau Tossa pengangkut sampah itu diaktifkan lagi, masyarakat Pulau Pasaran agar kompak dalam menjaga kebersihan lingkungan. "Terutama untuk tidak membuang sampah ke laut dan sampah yang ada dikumpulkan untuk diangkut Tossa pengangkut sampah. Jadi dimulai dari kita sendiri, masyarakat kompak dalam mendukung program-program untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah." (*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan Reporter Lampung Geh Sidik Aryono
Editor : M Adita Putra