Konten Media Partner

Pendidikan Alternatif, Kunci untuk Kemerdekaan Belajar di Era Modern

3 Agustus 2024 19:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
DialoKlasika dengan tema "Merayakan Kemerdekaan Belajar: Masih Pentingkah Pendidikan Alternatif?" yang di selenggarakan oleh Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung | Foto : Ist
zoom-in-whitePerbesar
DialoKlasika dengan tema "Merayakan Kemerdekaan Belajar: Masih Pentingkah Pendidikan Alternatif?" yang di selenggarakan oleh Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung | Foto : Ist
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung mengadakan DialoKlasika Chapter 1 dengan tema "Merayakan Kemerdekaan Belajar: Masih Pentingkah Pendidikan Alternatif?" Acara yang berlangsung di Rumah Ideologi Klasika, Bandar Lampung, pada Sabtu (3/8).
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Anggota DPD RI Bustami Zainudin, jurnalis Lampung Juwendra Asdiansyah, dan Direktur Klasika Ahmad Mufid.
Anggota DPD RI, Bustami Zainudin menekankan bahwa kurikulum merdeka belajar merupakan wujud dari pendidikan alternatif yang dapat menjawab tantangan zaman.
Ia mengkritik sistem pendidikan formal yang cenderung menghasilkan keseragaman dan kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Pendidikan harus dilihat sebagai perjalanan yang membutuhkan banyak alternatif untuk mencapai tujuan,” ujarnya.
Juwendra Asdiansyah, turut memberikan pandangan bahwa pendidikan alternatif saat ini sangat mendesak, mengingat lembaga formal sering terjebak dalam materialisme dan kehilangan esensi pendidikan.
Ia menegaskan bahwa akses pendidikan yang lebih luas belum tentu diiringi dengan peningkatan kualitas, dan menekankan pentingnya pengembangan soft skills sebagai bagian dari proses pendidikan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ahmad Mufid menggarisbawahi bahwa pendidikan tidak boleh hanya dilihat sebagai institusi fisik, melainkan sebagai proses yang melibatkan nilai dan tindakan nyata.
Ia mencatat bahwa meskipun pengetahuan kini melimpah, minat masyarakat untuk belajar cenderung menurun.
Dialog ini menjadi pengingat bahwa pendidikan alternatif masih sangat relevan dan diperlukan dalam menghadapi tantangan sosial dan pendidikan di Indonesia saat ini.
Kegiatan seperti ini diharapkan dapat mendorong diskusi yang berkelanjutan mengenai masa depan pendidikan di tanah air. (Cha/Put)