Konten Media Partner

Peneliti Itera: Banjir Bandar Lampung Dapat Dikendalikan dengan Pendekatan Tepat

18 Januari 2025 22:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arif Rohman peneliti banjir sekaligus Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera. | Foto: Humas Itera
zoom-in-whitePerbesar
Arif Rohman peneliti banjir sekaligus Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera. | Foto: Humas Itera
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Peneliti banjir dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) menyatakan bahwa banjir di beberapa wilayah Bandar Lampung dapat dikendalikan dengan pendekatan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Hujan deras yang mengguyur kota pada Jumat (17/1) memicu banjir bandang di sejumlah lokasi hingga menelan korban jiwa.
Arif Rohman, peneliti banjir sekaligus Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Itera, menjelaskan banjir menjadi fenomena tahunan akibat musim hujan, yang sering diikuti oleh meluapnya sungai dan genangan di kawasan perkotaan.
Menurutnya, banjir adalah bagian dari siklus hidrologi yang alami. Namun, urbanisasi yang cepat menyebabkan hilangnya area resapan air.
"Sehingga aliran permukaan meningkat drastis dan memicu genangan,” kata Arif.
Ia menekankan bahwa manusia memiliki andil besar dalam perubahan lingkungan yang memperburuk banjir.
“Sering dilupakan bahwa banjir bukan hanya fenomena alam, tetapi juga hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan. Oleh karena itu, tanggung jawab kita adalah mengelolanya secara bijak,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Arif menyatakan, banjir perkotaan dapat dikendalikan melalui penerapan strategi Disaster Risk Reduction (DRR). “Upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas drainase, penerapan konsep kota spons (sponge city), dan optimalisasi lahan hijau sebagai daerah resapan, menjadi langkah konkret dalam mengurangi risiko banjir,” tegasnya.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa perubahan tata guna lahan di wilayah yang tidak terdampak banjir dapat memengaruhi wilayah lain.
“Kawasan yang tergenang banjir sering kali merupakan dampak dari perubahan tata guna lahan di tempat lain. Contohnya, deforestasi di daerah hulu meningkatkan limpasan air ke hilir, sehingga debit sungai naik dan risiko banjir meningkat. Dengan prinsip yang sama, jika banjir terjadi di Way Lunik, Panjang, maka perlu diidentifikasi area mana saja yang berkontribusi dalam aliran air ke sana,” jelasnya. (Put/Dwk)
ADVERTISEMENT