Penyebab Kematian Napi Anak di Lampung, Tim Forensik: Ada Pendarahan di Kepala

Konten Media Partner
23 Juli 2022 14:41 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Tim Forensik, dr. Jiem Ferdinan Tambunan saat menerangkan hasil autopsi jenazah narapidana anak yang dianiaya di Lapas Anak. | Foto: Bella Sardio/ Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Tim Forensik, dr. Jiem Ferdinan Tambunan saat menerangkan hasil autopsi jenazah narapidana anak yang dianiaya di Lapas Anak. | Foto: Bella Sardio/ Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Penyebab kematian Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandar Lampung mulai terungkap.
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian mengungkapkan adanya empat tersangka dugaan penganiyaan anak di bawah umur hingga menyebabkan kematian. Penyebab kematiannya mulai ditemukan tim forensik RS Bhayangkara Polda Lampung.
Keempat tersangka atas tewasnya RF atau Rio Febrian (17) warga Langkapura, Bandar Lampung, yang juga ABH di Lapas Anak tersebut, yaitu IA (17) warga Tanggamus, NP (16) warga Bandar Lampung, RB (17) warga Lampung Utara, dan DS (17) warga Way Kanan.
Dokter Forensik RS Bhayangkara Polda Lampung, dr. Jiem Ferdinan Tambunan, selaku Ketua Tim Ekshumasi dan Autopsi mengungkapkan bahwa hasil sementara dari dugaan tewasnya Rio berdasarkan keilmuan medis.
"Kegiatan autopsi yang dilakukan berdasarkan fakta temuan dan analisa pengetahuan (medis) sejujur-jujurnya demi penegakan hukum," kata dr. Jiem pada konferensi pers di GSG Polda Lampung, Sabtu (24/7).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan surat perintah dan permintaan visum pihak keluarga, dr.Jiem bersama timnya melakukan ekshumasi dan autopsi di TPU Darussalam, Langkapura, Kota Bandar Lampung, pada 20 Juli 2022.
"Awalnya, kami pastikan bahwa makam RF masih steril dan belum ada pembongkaran sebelum kami. Kemudian, ditemukan banyak tanda-tanda yang mengarah ke unsur kekerasan," katanya.
Menurutnya, luka yang didapati dari pemeriksaan awal jenazah Rio Febrian hampir di seluruh bagian kepala, anggota gerak, dan organ vital seperti dada dan perut.
"Dari dahi, pelipis, rahang, kepala kanan kiri, daun telinga, lengan kanan kiri, sampai ke punggung tangan kanan kiri. Ada di dada, perut, anggota gerak tungkai paha, depan belakang," terangnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam guna memastikan adanya unsur kekerasan, tim forensik juga melakukan uji laboratorium. Hal ini dilakukan untuk menegaskan penyebab karena korban sudah masuk proses pembusukan.
ADVERTISEMENT
"Kami lakukan pemeriksaan darah, pemotongan tubuh jenazah atau autopsi. Pun demikian kita dapat juga memiliki korelasi luka di kepala," terang dr. Jiem.
Berdasarkan ilmu pengetahuan medis yang dimiliki, dr. Jiem mengungkapkan adanya temuan menemukan gambar dan warna cenderung mengarah kepada tindak kekerasan.
"Ada beberapa kerusakan organ di kepala, yang sudah bercampur dengan proses pembusukan. Dengan ini menunjukkan adanya pendarahan di kepala korban," ungkapnya.
Lebih meyakinkan, dr. Jiem juga melakukan pemeriksaan tambahan di bagian syaraf jaringan tubuh otak. "Ditemukan di daerah dada, Rahang, kulit kepala dalam puncak atau dekan dengan dahi. Rongga kepala ada gambaran mengarah ke unsur kekerasan," imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan korban Rio Febrian sempat di rawat di rumah sakit sebelum meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
"Ini sudah mencakup hukum pidana dan hukum kesehatan," ungkap dr. Jiem.
Dikarenakan gambaran kerusakan di otak berakibat fatal terhadap jiwa manusia, dr. Jiem berharap agar hasil dari pemeriksaan yang dilakukan sesuai prosedur baik langsung maupun laboratorium tersebut segera didapatkan.
"Nanti kami nyatakan penyebab kematian, setalah hasil fix nya keluar," pungkasnya. (*)