Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Pers Unila Diteror 50 Order Makanan Online Sebelum Diskusi soal Papua
12 Juni 2020 20:57 WIB
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Sebelum menggelar diskusi daring dengan tema 'Diskriminasi Rasial terhadap Papua' di kanal YouTube-nya, Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) mendapat beberapa teror berupa pesan WhatsApp hingga order makanan online.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yang dialami Pemimpin Redaksi (Pemred) Teknokra Unila, Mitha Setiani Asih, bahwa mendapat teror berupa Go-Food yang tidak tahu dari mana asalnya.
"Kita gak hitung semua (pesanannya), tapi kurang lebih sampai 50-an. Saya gak merasa klik link apa pun di HP saya, pokoknya Rabu (10/6) kemarin jam 19.39 WIB saya dapat telepon dardriver i mau anterin makanan," ungkapnya kepada Lampung Geh, Jumat (12/6).
Saat mendapatkan telepon pertama Mitha tidak merasa curiga, ia tetap berfikir positif jika telepon genggam miliknya mengalami error atau terpencet secara tidak sengaja.
"Awalnya saya gak curiga apa pun, mungkin gak sengaja kepencet atau gimana," sambung wanita yang menjadi host dalam diskusi daring itu.
ADVERTISEMENT
Tetapi Mitha kembali mendapat telepon melalui WhatsApp jika ada driver yang hendak mengirimkan makanan kepadanya.
"Lalu ada telepon masuk lagi, dia telepon via WA," ucap dia.
Dalam pemesanan tersebut, pelaku yang meneror Mitha sengaja menempatkan titik yang berbeda-beda.
"Itu gak ke titik di mana saya berada tapi disebar, ada yang di Kedaton ada di Unila juga," paparnya.
Bahkan sebagian driver merasa kesal terhadap Mitha lantaran dicurigai jika dirinya sengaja untuk melakukan order fiktif.
"Driver sudah marah-marah karena wajar juga, karena mereka anterin tapi saya gak respon," ucap Mitha.
Tetapi Mitha mencoba menemui salah satu driver dan menjelaskan peristiwa yang sebenarnya tengah dialaminya. Kemudian sang driver menyarankan agar Mitha menghubungi call center Gojek.
ADVERTISEMENT
"Tapi ada yang saya respon saya temui dia terus saya jelasin, dia sarankan untuk hubungi call center agar membatalkan pesanan itu agar dana yang dikeluarkan driver bisa dikembalikan lagi," jelasnya.
Makanan yang dipesan oleh pelaku ini jenisnya seperti ketoprak, pecel lele, mie ayam dan lainnya. Pelaku juga sengaja memesan beberapa bungkus yang diperkirakan nominal total per pesanan mencapai Rp 20 sampai Rp 30 ribu.
"Kalau ditotalkan lebih dari Rp 500 ribu, yang dibeli juga makanan mahasiswa pada umumnya," kata dia.
Pada akhirnya Mitha tetap tak membayar teror Gofood yang dikirimkan kepadanya, dirinya langsung mematikan data selulernya agar teror itu tidak terus berlanjut.
"Saya gak bayar sama sekali, saya langsung nonaktifkan data waktu itu karena diminta drivernya 'matikan data aja mbak' biar gak ditelepon driver Gojek," paparnya.
ADVERTISEMENT
Lalu Mitha mengamankan diri ke rumah rekannya agar tak dicari oleh driver Gojek. "Saya langsung pergi ke rumah untuk mengamankan diri," ungkap dia.
Ia juga sempat mendapat pesan protes dari driver melalui WhatsApp yang dikirimkan melalui telepon genggam milik temannya.
"Itu anehnya dia gak WA ke saya, tapi ke teman saya Chairul. Bilang 'Ini dari aliansi ojek online, bayar makananmu. Padahal gak ada sangkut pautnya dengan si Irul," ujar Mitha.
Disinggung apakah peristiwa ini telah dilaporkan ke pihak Gojek, Mitha menuturkan jika telah melakukan pengaduan ke Mapolda Lampung.
"Saya gak laporan ke Gojek, tapi saya buat pengaduan kemarin ke Polda Lampung," jelas dia.
Saat ini teror itu tidak terjadi kembali dan telepon genggamnya juga berfungsi secara normal tanpa ada gangguan apa pun.
ADVERTISEMENT
"Kondisi HP saat ini masih berfungsi pada biasanya, gak ada orderan lagi," katanya.(**)