Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Psikolog Lampung, Ingatkan Orang Tua Waspadai Pelecehan Anak di Ruang Publik
4 Februari 2025 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung — Menanggapi kasus dugaan pelecehan terhadap dua bocah di sebuah minimarket di Bandar Lampung, Psikolog Octa Reni Setiawati menegaskan pentingnya meningkatkan kewaspadaan orang tua terhadap anak-anak, terutama saat berada di ruang publik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan video yang diterima Lampung Geh, terlihat seorang pria berada di lorong minimarket bersama dua anak kecil di dekatnya. Octa Reni menjelaskan, pelecehan seksual merupakan perilaku menyimpang yang kerap menyasar kelompok rentan, seperti perempuan dan anak-anak.
“Dalam banyak kasus, pelaku biasanya mencoba melakukan tindakan pelecehan di tempat privat atau minim pengawasan. Namun, korbannya tetap didominasi kelompok rentan, termasuk anak-anak,” jelasnya.
Ia menambahkan, anak-anak menjadi target karena memiliki tingkat kerentanan yang tinggi.
“Anak-anak belum sepenuhnya memahami situasi yang mengancam, sehingga lebih mudah menjadi korban,” katanya.
Menurut Octa, tindakan pelecehan di ruang publik kerap terjadi karena sikap abai dari orang-orang di sekitar.
“Di ruang publik seperti minimarket, banyak orang cenderung cuek atau tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Ini membuka celah bagi pelaku untuk bertindak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Octa menegaskan bahwa pelecehan seksual terhadap anak dapat menimbulkan dampak psikologis serius, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Dalam jangka pendek, anak bisa mengalami syok atau kebingungan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi, tetapi tetap merasakan ketidaknyamanan dan ketakutan,” terangnya.
Sedangkan dalam jangka panjang, korban berisiko mengalami trauma. “Trauma ini bisa terbawa hingga dewasa, memengaruhi kepercayaan diri, hubungan sosial, bahkan kesehatan mental mereka,” lanjutnya.
Octa juga menekankan pentingnya pendidikan seksual sejak dini sebagai upaya pencegahan.
“Orang tua harus terbuka dan positif dalam berkomunikasi tentang isu ini. Seks edukasi bukan hal tabu. Anak-anak perlu tahu apa itu pelecehan, bagaimana bentuknya, dan apa yang harus dilakukan jika mengalaminya,” tegasnya.
Ia mengimbau orang tua untuk lebih waspada saat anak berada di ruang publik, seperti toilet umum atau area minimarket.
ADVERTISEMENT
“Jika anak terlihat pucat, diam membisu, atau menunjukkan perubahan perilaku, segera tanyakan dan cari tahu apa yang terjadi,” katanya.
Tak hanya keluarga, lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam mencegah pelecehan seksual.
“Kita harus membangun budaya peduli, bukan individualis. Masyarakat, komunitas, hingga sistem sosial harus berperan aktif menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak,” ujar Octa.
Ia berharap ada penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pelecehan seksual, tanpa kompromi.
“Pelecehan seksual bukan perkara sepele. Tidak bisa diselesaikan hanya dengan damai. Penegakan hukum harus menjadi prioritas agar ada efek jera dan perlindungan nyata bagi korban,” tutupnya. (Put/Ansa)