Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Rindu Arini: Film Berbahasa Lampung yang Angkat Isu Kepunahan Bahasa Daerah
6 Februari 2025 7:28 WIB
·
waktu baca 2 menit![Proses produksi film "Rindu Arini" yang di produksi oleh Genia Visinema | Foto: Ist](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkb9vpkdr61pz2pd0q3s9em7.jpg)
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Industri film Indonesia kembali menghadirkan karya yang mengangkat kekayaan budaya daerah. Genia Visinema secara resmi mengumumkan produksi film layar lebar berjudul Rindu Arini, sebuah film yang sebagian besar menggunakan bahasa Lampung dalam dialognya.
ADVERTISEMENT
Film ini menjadi upaya untuk melestarikan bahasa daerah yang semakin terpinggirkan di tengah modernisasi.
Disutradarai oleh Rizqon Agustia Fahsa, Rindu Arini mengisahkan perjuangan seorang gadis kecil bernama Arini (10 tahun) yang merindukan kedua orang tuanya yang telah lama merantau ke Jakarta.
Demi mewujudkan keinginannya untuk bertemu mereka, Arini berusaha mengumpulkan uang dengan membantu Abah Musa (60 tahun), seorang penjual soto keliling di kampungnya.
“Film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi alat edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda, agar lebih mengenal dan mencintai bahasa serta budaya Lampung,” ujar Rizqon Agustia Fahsa, sutradara Rindu Arini, dalam pernyataan resminya.
Film berdurasi 120 menit ini menampilkan beragam nilai kehidupan masyarakat Lampung, seperti semangat gotong royong, kerja keras, dan eratnya hubungan kekeluargaan.
ADVERTISEMENT
Menurut Rizqon, penggunaan bahasa Lampung dalam lebih dari separuh film adalah keputusan yang bertujuan untuk membangkitkan kembali kebanggaan terhadap bahasa daerah.
“Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga identitas. Ketika bahasa mati, kita kehilangan lebih dari sekadar kata-kata; kita kehilangan sejarah, kebijaksanaan, dan cara pandang hidup yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,” tambahnya.
Film ini dibintangi oleh Humaidi Abas sebagai Abah Musa dan Adzkia Ayuandira sebagai Arini. Kedua aktor tersebut dipercaya mampu menghidupkan karakter mereka dengan kedalaman emosi yang kuat.
Selain itu, sejumlah nama lain seperti Deddy Sulaimawan, Parles, Gilang Robbani, dan Ulil Amri MB turut berkontribusi dalam produksi film ini.
Dukungan terhadap Rindu Arini datang dari berbagai pihak, termasuk komunitas budaya dan pemerhati bahasa daerah.
ADVERTISEMENT
Menurut Rizqon, proses produksi film ini menjadi perjalanan yang berkesan karena melibatkan banyak individu yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian bahasa Lampung.
“Kami bekerja dengan penuh semangat untuk menghadirkan visual yang autentik dan menggambarkan keindahan kehidupan sehari-hari di Lampung. Harapan saya, Rindu Arini bisa menjadi lebih dari sekadar tontonan. Saya ingin film ini menjadi bagian dari gerakan pelestarian bahasa dan budaya Lampung,” jelas Rizqon.
Dalam beberapa dekade terakhir, bahasa daerah di Indonesia mengalami penurunan jumlah penutur akibat globalisasi dan modernisasi.
Rindu Arini hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap fenomena ini dengan harapan dapat membangkitkan kembali rasa bangga terhadap bahasa ibu.
Film ini dijadwalkan tayang dalam waktu dekat di berbagai bioskop dan platform pemutaran film. (Cha/Put)
ADVERTISEMENT