Seminar Leadership Jaman Now Ajak Gen Y dan Z di Lampung Berkolaborasi

Konten Media Partner
1 Juli 2019 22:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dimas Surojo dari Mark Plus Institute saat menerangkan materi pada seminar Leadership Jaman Now, Senin (1/7) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Dimas Surojo dari Mark Plus Institute saat menerangkan materi pada seminar Leadership Jaman Now, Senin (1/7) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Persaingan ekonomi di masa percepatan teknologi terus menuntut pembaharuan ilmu pengetahuan, baik hard skill maupun soft skill. Pada era milenial digadang-gadang terjadi gap antar lintas generasi, antara generasi X dan generasi Y yang memang pada saat ini adalah masa dimana kedua generasi tersebut mendominasi dalam segala bidang.
ADVERTISEMENT
Bertajuk Leadership Jaman Now, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung menggandeng Mark Pluss Institute dalam kegiatan seminar yang diadakan pada Senin (1/7) di Balai Keratun, Kantor Pemerintah Provinsi Lampung. Acara ini dihadiri mulai dari berbagai kalangan dan latar belakang, mulai dari mahasiswa, pegiat usaha, perusahaan, hingga beberapa startup yang ada di Lampung.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung Isron Fadtricar mengatakan generasi milenial di Lampung kedepannya harus mampu menjadi pengusaha yang tangguh dalam kondisi apapun.
Sambutan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung dalam acara Seminar Leadersip Jaman Now di Balai Keratun Provinsi Lampung, Senin (1/7) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
"Generasi milenial saat ini memegang peranan penting, termasuk dalam dunia perekonomian berbasis startup. Tentunya ini harus didukung dan difasilitasi agar dapat turut serta mengentaskan kemiskinan. Para kaum muda yang sekarang sangat akrab dengan istilah online harus terus didukung untuk mengembangkan potensinya dalam pengembangan bisnis berbasis online," kata Isron dalam sambutan dan sekaligus membuka acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun yang menjadi tantangan adalah perbedaan sudut pandang antara generasi X dan generasi Y. Keduanya memiliki potensi, generasi X diunggulkan dari pengalaman-pengalamanya, sedangkan generasi Y diunggulkan dengan teknologi informasi yang semakin maju sehingga memudahkan segala pekerjaan, dalam waktu yang relatif singkat. Dimas Surojo dari Mark Plus Institute yang menjadi fasilitator pada seminar tersebut mengatakan, "generasi X terbiasa dengan budaya kerja keras, atau mengedepankan proses, cenderung berani mengambil resiko. Sedangkan generasi Y, lebih suka dengan kerjasama tim, multitasking dan menghindari konflik, dan cenderung santai karena dia tahu bahwa pekerjaan yang dibebankan kepadanya dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat."
Dimas Surojo juga menambahkan jika generasi Y lebih suka jadi pengusaha, terutama startup. Kelebihan generasi Y adalah multitasking dan kreatif serta penuh ide. Namun sisi kelemahannya adalah tidak konsisten terhadap satu ide lantaran banyaknya ide sehingga tidak fokus, jadi di sinilah peran generasi X untuk mengontrol dan mengarahkan. Maka dalam suatu perusahaan harus kompleks, bervariasi bagian-bagiannya.
Suasana Seminar Leadership Jaman Now di Balai Keratun Provinsi Lampung, Senin (1/7) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
Perbedaan lintas generasi pada saat ini bukanlah menjadi ancaman, tetapi justru peluang yang harus dimaksimalkan. Generasi X dan generasi Y pada dasarnya memang berbeda dari prinsip dan pengalaman. Maka hal ini harus dikombinasikan. Kembali lagi kepada sisi leadership jaman now, mengatasi perbedaan lintas generasi tersebut, Dimas mengatakan seorang leader harus mampu menyesuaikan dengan keadaan. Seorang pemimpin harus memahami situasi dan kondisi lingkungan serta orang-orang yang dipimpinnya, sehingga bukan kelemahan saja yang didapat, tapi juga kekuatan dari perbedaan yang mengayakan potensi sebuah organisasi.
ADVERTISEMENT
Dimas menjelaskan bahwa seorang leader harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, phisicality (PQ), intelectuality (IQ), emotionality (EQ), dan morality (SQ). Keempat aspek itu tidak dapat dipisahkan, tetapi saling melengkapi dan harus ada pada diri seorang leader.
Dalam penutupnya Dimas Surojo mengatakan, generasi X dan Ggnerasi Y dapat dikolaborasikan dan keduanya harus sama-sama membuka diri. Ada saatnya generasi Y memimpin generasi X yang memang lebih tua, dan hal itu harus dibekali morality yaitu kesopanan. Sedangkan generasi X yang memang membutuhkan generasi Y, harus dengan kehangatan sehingga merasa dianggap dan dihargai keberadaannya.
"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang ditakuti dan dicintai oleh timnya. Keduanya seimbang, bukan timpang salah satunya," tutup Dimas Surojo." (*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan Reporter Lampung Geh Sidik Aryono
Editor : M Adita Putra