Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Sisi Mistis 12 Kerajaan Gaib di Balik Eksotisme Gua Matu, Pesisir Barat
31 Desember 2020 16:07 WIB
Diperbarui 27 Januari 2021 8:19 WIB

ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Pesisir Barat - Gua Matu, destinasi wisata yang ada di Pesisir Barat ini memiliki sisi lain, yakni sisi mistis tentang adanya kerajaan gaib yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Kali ini Lampung Geh berkesempatan mengunjungi salah satu destinasi wisata yang ada di Pesisir Barat, yaitu Gua Matu. Wisata Gua Matu terletak di Desa Way Sindi, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat. Dapat ditempuh melalui jalur darat Jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatera dalam waktu sekitar 5 jam 30 menit dengan jarak 253 kilometer dari Bandar Lampung.
Juru Kunci Gua Matu
Wisata ini tidak terlalu sulit untuk ditemukan, dikarenakan letak gerbang masuknya di sebelah kiri Jalinbar Sumatera jika dari arah Krui. Memasuki gerbang, pengunjung disambut tenangnya suasana hutan, dan beberapa suara satwa khas di sana. Untuk memasuki wisata Gua Matu, pengunjung tidak dikenai tiket masuk, melainkan memberikan uang seikhlasnya kepada juru kunci yang akan memandu wisata ini.
Sesampainya di tempat wisata ini, kami menemui Pak Makmur selaku juru kunci wisata Gua Matu. Pak Makmur ini lah yang akan memandu pengunjung menuju ke Gua Matu.
Asal Usul Nama Gua Matu
Sebelumnya, untuk diketahui, nama Matu sendiri merupakan sebutan bagi mahluk gaib penguasa laut, seperti Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan yang dipercayai oleh masyarakat Pulau Jawa. Masyarakat setempat memercayai, di Gua Matu ini menjadi tempat pertemuan 12 Kerajaan Matu (penguasa laut).
ADVERTISEMENT
"Bahkan Nyi Ratu Roro Kidul pun ikut meeting di sini. Kalau dia datang, pasti ombak laut ini pasang, karena beliau menggunakan kereta kencananya," kata Makmur.
Makmur menceritakan, Gua Matu ditemukan oleh kakek moyangnya yang bernama Sawaluddin pada masa penjajahan Inggris.
"Ditemukan oleh moyang kami pada zaman penjajahan Inggris. Sampai beliau masuk dan bersemedi di sini. Alhamdulillah atas izin Allah, bertemu dengan Tuyuk Dewa Pangeran Hyang pemimpin 12 Kerajaan Matu. Sedangkan ratunya bernama Permaisuri Ratu Putri Gudung Sakti. Panglimanya bernama Poyang Panglima Haji Saleh, alhamdulillah beliau ada di hadapan saya," tuturnya.
Gua Matu sendiri terletak di bawah tebing yang langsung menghadap ke laut. Bersama Pak Makmur, kami menyusuri anak tangga berkelok dan menurun sampai ke mulut gua. Menurut sang juru kunci, jumlah anak tangga menuju mulut gua ini sebanyak 299 anak tangga. Konon, untuk membangun anak tangga atau akses jalan beton menuju gua matu ini tidak mudah, selain hal-hal ganjil, kondisi medan juga turut mempersulit.
ADVERTISEMENT
Sepanjang perjalanan menyusuri anak tangga menuju mulut gua, aroma khas dari kotoran kelelawar sudah cukup menyengat. Suara ombak Samudera Hindia terus menderu, semakin menurun suaranya semakin jelas.
Masuk Gua Matu Harus Izin Terlebih Dahulu
Sesampainya di mulut Gua Matu, Makmur tidak langsung mengizinkan pengunjung untuk masuk. Dia terlebih dahulu duduk bersila di sebuah batu besar di depan mulut gua. Menurut dia, ada doa-doa khusus yang dipanjatkan dan meminta izin kepada penunggu gua yang tak kasat mata.
Di bagian atas mulut gua ini, terdapat tiga ular yang konon jelmaan sang penunggu gua. Namun, tidak semua pengunjung bisa melihatnya. Karena sesekali nampak, dan bersembunyi di antara celah batu.
Setelah berdoa, Makmur mengatakan bahwa kehadiran kami disambut baik oleh penguasa Gua Matu. Lalu, atas arahan sang juru kunci, kami memasuki mulut Gua Matu melalui tangga menurun. Mulut Gua yang kami masuki ini, konon dipercaya sebagai jendela, jika Gua Matu diibaratkan sebuah rumah. Sedangkan pintunya, ada di bagian lain.
Suasana di Dalam Gua Matu
Di dalam gua, aroma amoniak khas kotoran kelelawar semakin menyengat. Kelelawar yang merasakan kehadiran kami pun terbang kian kemari di atas kami. Kondisi tanah yang kami pijak cukup lembab dan berair. Selain karena minimnya udara dan cahaya matahari yang masuk ke gua ini, juga disebabkan oleh air laut yang masuk ke tempat ini kala gelombang pasang.
Selanjutnya, Pak Makmur memandu kami menuju bagian pintu gua yang justru ukurannya lebih kecil dan hanya bisa dimasuki satu orang secara bergantian. Pintu ini mengantarkan kami ke bagian depan gua yang langsung menghadap ke laut lepas. Setelah puas memotret, kami pun kembali masuk gua untuk selanjutnya keluar menuju pos peristirahatan.
Benda Keramat Pemberian Sang Penguasa Kerajaan Gaib
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sesampainya di pos, Makmur kembali mengisahkan banyaknya orang-orang yang berdatangan ke Gua Matu dengan berbagai tujuan. Mulai dari mencari kekayaan hingga jabatan. Dia juga menunjukan benda kecil menyerupai keris berwarna kuning keemasan. Menurutnya, benda tersebut adalah pemberian dari sang penguasa kerajaan gaib di Gua Matu.
"Ini bukan beli atau saya buat sendiri, tapi pemberian langsung dari Poyang penguasa Kerajaan Matu. Dan ini tidak sembarangan orang saya kasih lihat benda ini," ucapnya sembari menunjukan benda mirip keris berwarna kuning keemasan.
Selain benda mirip keris, Makmur juga menunjukan cincin dengan mata berwarna merah delima. Jika diperhatikan dengan seksama, ada guratan di dalamnya menyerupai angka sembilan. Menurutnya, angka sembilan ini menjadi dasar pembuatan anak tangga menuju Gua Matu yang berjumlah 299 anak tangga.
Selepas berkisah, apapun tujuan pengunjung ke Gua Matu, tidak akan tercapai jika dilandasi niat yang tidak baik dan hati yang tidak bersih. Dia pun mewanti-wanti, karena tidak sedikit orang yang datang ke tempat tersebut dengan tujuan yang tidak baik, akhirnya tidak dapat memasuki Gua Matu. Menurutnya, dimanapun berada, pengunjung harus tetap menjaga perilakunya, termasuk di Gua Matu. (*)
ADVERTISEMENT