Tak Disarankan Ikut Sewa Pacar, Psikolog Lampung: Bertentangan dengan Norma

Konten Media Partner
3 November 2022 14:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sewa pacar. | Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sewa pacar. | Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lampung Geh, Bandar Lampung - Selain adanya kemungkinan bahaya mengikuti tren 'Jasa Sewa Pacar', ternyata tindakan ini juga bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mengikuti Jasa Sewa Pacar, dari pandangan Psikolog Lampung, Octa Reni Setiawati, tindakan ini merupakan bentuk pergeseran norma-norma.
"Tren pacar kontrak ini sebuah pergeseran value ya atau norma-norma, yang di sekitar kita," kata Octa Reni kepada Lampung Geh.
Fenomena ini, lanjutnya, terjadi tak lepas juga dari faktor ekonomi. Tak terbatas kemungkinan dari orang yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
"Jika ada fenomena seperti ini maka bisa kita analisa karena faktor ekonomi, atau dari perempuan/pria nya yang buka jaksa hubungan sehingga dia dapat keuntungan berupa uang," katanya.
Menurut Kepala Prodi Psikologi Universitas Malahayati Lampung, hubungan yang dijalin keduanya ini tanpa tujuan atau tidak untuk ke jenjang pernikahan. Bahkan, tak membutuhkan adanya kedekatan yang erat satu sama lain.
ADVERTISEMENT
"Hubungan ini tanpa tujuan, hanya untuk kesenangan saja. Orang-orang yang butuh ditemenin tapi gak butuh kelekatan ke orang tersebut," lanjut Octa Reni.
Bagi 'pelanggan', kemungkinan yang terjadi adalah adanya rasa kesepian yang akhirnya menyewa pacar.
"Bisa jadi, karena sekarang pun masih banyak orang yang butuh ditemani tapi nggak butuh hubungan itu ada masa depan," katanya.
Meski perilaku ini tak masuk dalam penyakit gangguan jiwa, atau belum tentu juga gangguan kepribadian. Beberapa kasus 'pelanggan' dalam jasa sewa pacar ini mengalami kesulitan membangun relasi.
"Mungkin gangguan yang lain hingga kesulitan berelasi," lanjutnya.
"Tapi dengan membuat atau menjual relasi itu (Jasa Sewa Pacar), norma sosial maupun agama tidak berkembang dengan baik dalam dirinya," imbuh Octa Reni.
ADVERTISEMENT
Psikolog Lampung ini mengingatkan, jangan sampai kebutuhan yang diciptakan orang lain (harus punya pacar) menjadi salah satu target.
"Kita hidup itu kan kadang-kadang kebutuhan diciptakan orang lain. Kalau bisa ini nggak ada di list menu kita," ujarnya.
Hubungan yang dijalin, harus yang memang aman dan bukan karena tuntutan yang diciptakan orang-orang lain. Apalagi, menjalani hubungan yang bertentangan dengan norma sosial, yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum.
"Bangunan relasi perkembangan dengan baik. Lakukan tugas saat remaja hingga dewasa muda ini dengan baik. Kita bisa lewati massa ini dengan berteman (berkomunikasi dengan sesama) atau punya komunitas, apa pun agar tidak kesepian, percaya diri, dan eksistensi diri," jelas Octa Reni.
Pasalnya, berkomunikasi dengan sesama, eksistensi diri, dan percaya diri termasuk ke dalam kebutuhan sekunder manusia.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau menambah kebahagiaan Hidup. Kebutuhan ini merupakan penunjang hidup. (*)