Tapis Negeri Katon, Pesawaran: Kearifan Lokal, Potensi Pembangkit Ekonomi

Konten Media Partner
15 Februari 2020 22:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembuatan kain tapis di Tapis Jejama, Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan kain tapis di Tapis Jejama, Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Pesawaran - Tapis merupakan sebuah kerajinan asli Provinsi Lampung berbahan dasar kain yang biasa digunakan untuk acara adat dan acara resmi.
ADVERTISEMENT
Namun di tangan para pengerajin yang berada di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, kais tapis ini bisa dikreasikan dengan berbagai turunan produk yang berkualitas dan berkelas.
Koordinator Tapis Jejama Desa Negeri Katon, Redawati, bahwa home industri tapis di desa tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1980 dan turun temurun hingga saat ini.
Koordinator Tapis Jejama Desa Negeri Katon, Redawati, saat ditemui dan diwawancarai Lampung Geh, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Tahun 80 memang sudah ada pengerajin tapis di Negeri Katon, tahun 2014 baru saya koordinir sampai sekarang. Itu awalnya secara iseng ternyata sampai sekarang malah menghasilkan," ungkapnya saat ditemui Lampung Geh, Sabtu (15/2).
Pada zaman dahulu, tak banyak pengrajin tapis di Desa Negeri Katon mengingat harga penjualan tapis cenderung murah. Namun saat ini sudah mulai berkembang hingga akhirnya hampir seluruh penduduk di desa tersebut menjadi pengrajin tapis.
ADVERTISEMENT
Saat ini, para pengrajin tapis di Desa Negeri Katon ini didominasi oleh para ibu-ibu rumah tangga sebagai penghasilan tambahan untuk ekonomi keluarga.
"Waktu dulu masih murah sih tapisnya, upahnya saja hanya Rp5 ribu seminggu. Sekarang ibu-ibu di sini yang mengerjakan untuk sambilan (sampingan), jadi selesai masak dan beres-beres rumah baru buat tapis," kata Redawati.
Kain tapis di Desa Negeri Katon ini merupakan khas Pepadun, dan di Lampung sendiri ada dua kabupaten yang memproduksi tapis yaitu Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pesisir Barat.
"Ini tapis Pepadun, bedanya dengan tapis Pesisir pembuatannya juga sudah beda. Kalau Pepadun itu pakai papan tekang (alat pembuat tapis), kalau Pesisir itu pakai meja. Motifnya pun beda, kalau kami banyak tapis Abung," terang dia.
Kampung Tapis Jejama di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Tapis yang dahulunya hanya menjadi produk berupa selendang dan sarung saat ini sudah mulai divariasikan menjadi berbagai turunan produk.
ADVERTISEMENT
"Jadi sekarang gak hanya sekedar sarung dan selendang saja. Ada juga produk turunan seperti bros tapis, jilbab tapis, peci tapis, dompet tapis, sendal tapis, pernik-pernik tapis, jadi segala macam kita buat," jelas wanita tersebut.
Produk turunan tapis berupa kopiah yang diproduksi di Tapis Jejama, Desa Negeri Katon, Pesawaran, Sabtu (15/2) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Harganya tapis hasil produksi Desa Negeri Katon ini pun bervariatif, mulai dari Rp55 ribu hingga Rp3 juta disesuaikan dengan jenis kain dan tingkat kesulitan pembuatannya.
Para pengerajin tapis di desa ini mulai membuat tapis pada pukul 10.00-20.00 WIB. Jika pesanan sedang banyak, tak sedikit juga para ibu-ibu tersebut lembur hingga larut malam.
Para pengerajin saat membuat tapis di Tapis Jejama, Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Pesanan kita juga banyak, terakhir pesanan dari Bandung itu 1000 pcs, dikerjakan selama sebulan setengah. Kita juga sudah kerjasama dengan desainer Bandung dan Jakarta," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pemasaran tapis asal Desa Negeri Katon juga cukup luas, tak hanya dalam negeri bahkan sudah sampai negara-negara tetangga yang memesan di tempat produksi tersebut.
"Kalau pemasaran itu sudah ke Bandung, Jakarta, Medan, Papua, Mimika, Sulawesi. Kalau dari Dinas Perdagangan Provinsi (Lampung) kita punya anjungan di luar negeri, itu di Hongkong, Malaysia, Singapura, Australia," beber Redawati.
Pengrajin di desa itu juga menyambut baik dengan adanya usaha sampingan ini lantaran bisa membantu ekonomi keluarga sekaligus menjadi Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik.
"Kalau di kelompok saya ada 25 hampir 30 orang yang membuat tapis, ada yang buat di sini (rumah Redawati) ada juga di rumah masing-masing. Jadi kita bukan hanya itu saja, kita sudah menjadi CSR, saya kasih benang, bahan, dan upah, mereka yang kerjakan," urai dia.
ADVERTISEMENT
Meski Redawati menjadi honorer di Kantor Pemerintah Kabupaten Pesawaran, melalui Tapis Jejama ia dapat meraup omzet hingga Rp150 juta.
"Omzet saya per bulan kadang hampir Rp150 juta lebih itu kotor, bersihnya Rp80 juta. Kalau rata-rata Rp10 juta itu pasti per bulannya. Suami saya juga cukup mendukung, alhamdulilah kita sudah sedikit ada rezeki melalui ini," bebernya.
Menurutnya Pemeritah Kabupaten Pesawaran pun juga cukup menaruh perhatian ke Desa Negeri Katon, hal itu terbukti melalui pembangunan Galeri Tapis dan beberapa bantuan pendukung lainnya.
Galeri Tapis Kabupaten Pesawaran sebagai tempat penjualan dan pameran hasil produksi tapis di Desa Negeri Katon, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Galeri Tapis Kabupaten Pesawaran sebagai tempat penjualan dan pameran hasil produksi tapis di Desa Negeri Katon, Sabtu (15/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Dari Pemkab Pesawaran melalui Bupati Pak Dendi ini begitu banyak bantuan, seperti diberikan mesin jahit dan papan tenun. Banyak support-nya, dari koperasi juga ada dana hibah yang kami kelola," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Redawati mengharapkan kepada Gubernur Lampung untuk turut mempromosikan tapis ke kancah nasional bahkan internasioal dan juga mengajak masyarakat lokal untuk gemar menggunakan kain tapis.
"Harapan saya kepada gubernur, hand made berada di kabupaten harus kita populerkan. Pengen ke depannya anak sekolah dari SD, SMP, dan SMA menggunakan emblem tapis yang hand made. Kalau bisa itu kebijakan Pak Gubernur sebagai identitas Lampung," harap dia.
Ia juga berkeinginan jika Desa Negeri Katon tak hanya sekedar menjadi Kampung Tapis namun bisa menjadi Kampung Wisata untuk edukasi para wisatawan yang mengunjungi desa tersebut.
"Harapan lainnya juga ke depannya Kampung Tapis kami menjadi Kampung Wisata, jadi tidak hanya tapisnya saja tetapi budayanya juga. Orang mau belajar Bahasa Lampung kita ajarkan, menderes karet kita ajarkan, kuliner kita ada. Planing ke depannya harapannya seperti itu," pungkasnya.(*)
ADVERTISEMENT