Konten Media Partner

Tersangkut di Rel, Mobil Ini Nyaris Tertemper Kereta Api

12 Maret 2019 13:51 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potongan rekaman video masyarakat membantu mobil yang terjebak di rel kereta jalan Sultan Agung (11/3) | foto: ist.
zoom-in-whitePerbesar
Potongan rekaman video masyarakat membantu mobil yang terjebak di rel kereta jalan Sultan Agung (11/3) | foto: ist.
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Senin malam (11/3) marak beredar sebuah rekaman video amatir yang memperlihatkan penyelamatan dramatis sebuah mobil oleh warga, lantaran terjebak di perlintasan saat kereta hendak lewat di jalan Sultan Agung, Way Halim, Bandar Lampung.
ADVERTISEMENT
Rafi Muhammad (18), salah satu saksi mata yang saat itu melintas berkata, "itu kejadiannya maghrib, sekitar jam 18.30-an, mobil Toyota Calya putih yang dikendarai laki-laki menyangkut di rel karena batu koralnya habis," tututnya saat dihubungi Lampung Geh selasa pagi (12/3).
Berdasarkan video, diperlihatkan bahwa warga yang tengah melintas petang itu, begitu sigap membantu mobil putih yang tidak dapat bergerak, dengan beramai-ramai mencoba mendorong ke arah depan.
Bersamaan dengan suara kereta yang terdengar kian dekat, orang-orang yang membantu semakin banyak jumlahnya, namun mobil putih itu enggan bergerak. Beruntung saat warga yang membantu pindah haluan, dengan mendorong mobil dalam posisi sebaliknya, mobil itu dapat bergeser.
Aksi heroik masyarakat di detik-detik terakhir di mana mobil nyaris tertabrak kereta, membuahkan hasil. Dengan mengangkat palang pintu perlintasan yang sudah tertutup, mobil itu berhasil menjauh dari rel yang akan dilalui kereta.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulilah, tidak ada korban jiwa saat kejadian. Mobil selamat, penumpang selamat. Soalnya orang-orang yang di sekitar langsung bergerak, berusaha mendorong mobilnya," imbuh Rafi.
Kekompakan dan solidaritas tinggi yang ditunjukan masyarakat sore itu memang patut diapresiasi dan diacungi jempol, namun di balik cerita itu, terselip peringatan keras untuk siapapun agar lebih peduli pada kereta yang hendak melintas.
Kereta yang Hendak Melintas Adalah Prioritas
Faqih Tayaman, selaku Petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL) Kereta Api yang selasa pagi (12/3) ditemui reporter Lampung Geh tengah berjaga, menuturkan bahwa jalur kereta di jalan Sultan Agung tersebut merupakan jalur yang menghubungkan Tanjung Enim dan Tarahan, sepanjang lebih dari 400 KM.
Fakih Tayaman, salah satu petugas PJL yang tengah mengamankan jalur kereta di Jalan Sultan Agung | foto: Latifah Desti Lustikasari/Lampung Geh
"Biasanya hal seperti itu (mobil yang terjebak di rel kereta) terjadi karena faktor yang membawa mobil grogi, apalagi kalau perempuan. Human error, lah. Apalagi semalam itu usai hujan ban karet kalau bertemu besi akan licin," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menambahkan, "yang paling patut diwaspadai, gaya magnet dari pergerakan kereta sudah ada sejak kereta berada sejauh 500-700 meter, semakin dekat gaya magnet yang timbul semakin kuat. Pada mobil dapat membuat mesin mati secara mendadak. Paling fatal kalau mobil tidak bisa didorong ke depan maupun ke belakang," pungkasnya.
Sebab itu ia juga mengimbau agar pengguna jalan raya lebih meningkatkan kesabaran dan kesadaran diri. PJL yang masuk ke dalam Divisi JJ (Jalan dan Jembatan), di bawah naungan SM (Senior Manager) senantiasa bekerja sesuai dengan standar SOP yang berlaku.
Di mana tugas pokok PJL yang paling utama mengamankan jalur saat kereta akan melintas, baru kemudian mengamankan pengguna jalan, agar kereta dapat melintas dengan lancar.
ADVERTISEMENT
Selain itu palang pintu yang ada di jalur kereta bukanlah rambu-rambu lalu lintas. Melainkan alat bantu pengamanan saja.
Hal itu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Di sana jelas dikatakan bahwa yang memperoleh prioritas utama yakni kereta api yang melintas.
"Maka tidak ada istilah kereta api menabrak orang, menabrak kendaraan roda dua, atau menabrak kendaraan roda empat. Jika sampai tertabrak, kami menyebutnya tertemper kereta. Karena si mobil yang menabrak, bukan keretanya. Itu kan memang jalurnya dan sudah waktunya kereta melintas," jelas Faqih.
Oleh sebab itu ia juga menyayangkan pola pikir masyarakat yang masih saja bersikap egois. Terlebih beberapa rekan kerja sesama PJL acap kali menjadi sasaran amuk oknum pejabat yang hendak lewat bersamaan dengan jadwal kereta melintas.
ADVERTISEMENT
Dalam tugasnya, seorang PJL tidak pernah berhenti bekerja selama 24 jam beroperasi, dengan sistem shift 3 kali sehari, ada sebanyak empat orang yang bekerja di pintu perlintasan kereta api di jalan Sultan Agung.
Ia juga mengatakan bahwa kedatangan kereta api tidak dapat diprediksi, faktor alam juga dapat menjadi penghalang. Biasanya sekali shift ada sekitar 12-14 kereta yang melintas, baik kereta babaranjang isi, babaranjang kosong, kereta penumpang, maupun loselock (lokomotif tunggal tanpa rangkaian).
Itu artinya dalam sehari ada kurang lebih 42 kereta yang melintas dan wajib didahulukan oleh pengguna jalan Sultan Agung setiap harinya.
Pengguna Jalan Sultan Agung yang tengah mengantre di balik palang pintu saat kereta hendak lewat | foto: Latifah Desti Lustikasari/Lampung Geh
Dewi Nurcahya (22), salah seorang pengguna jalan yang tengah menunggu kereta lewat mengungkapkan, "jengkel aja kalau pas lewat barengan sama babaranjang. Apalagi kalau pagi gini, keburu telat ngampus."
ADVERTISEMENT
Meski ia tahu perihal bahaya gaya magnet yang timbul saat kereta api melintas, namun Dewi mengaku acap kali nekat meberobos palang pintu kereta yang sudah bergerak turun. Karena merasa kepalang tanggung dan dalam keadaan terburu-buru.
Memerhatikan baik-baik palang pintu di perlintasan jalan padat serupa jalan Sultan Agung memang tampak seperti hal yang sepele, padahal jalur yang sedang didahulukan lajunya adalah rangkaian kuda besi berkecepatan tinggi yang jika menemper siapapun, nyaris tidak ada nyawa yang bisa terselamatkan. (*)
---
Laporan Reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra