Konten Media Partner

UBL Gelar Simposium Internasional SDGs, Soroti Inovasi Perkotaan

30 April 2025 15:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembukaan Simposium Internasional SDGs dengan tema “Urban Innovation & Collaborate for SDGs” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Center), bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan | Foto: Eka Febriani / Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Pembukaan Simposium Internasional SDGs dengan tema “Urban Innovation & Collaborate for SDGs” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Center), bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan | Foto: Eka Febriani / Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Universitas Bandar Lampung (UBL), melalui Pusat Studi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs Center), bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan, menyelenggarakan Simposium Internasional SDGs ke-3 dengan tema “Urban Innovation & Collaborate for SDGs” di Hotel Emersia, Bandar Lampung pada Rabu (30/4). Kegiatan ini menyoroti pentingnya inovasi dan kolaborasi multi-pihak dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Simposium ini menghadirkan pembicara dari berbagai lembaga internasional dan nasional, yaitu Shoko Ando dari Institute for Global Environmental Strategies (IGES), Frans Stel dari Netherlands Senior Experts (PUM), Sarah Queblatin dari Green Releaf Initiative, serta perwakilan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Gantjang Amanullah. Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek “Penguatan Kapasitas Perencanaan Kebijakan untuk Implementasi Agenda 2030 di Indonesia dan Negara-Negara Selatan Tahap II (SDGs-SSTC Tahap II)”, yang dilaksanakan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Di tingkat lokal, proyek ini diadopsi menjadi Proyek KEM11LAU (Kemitraan Multi-Pihak untuk Inovasi SDGs 11 di Provinsi Lampung) yang dijalankan oleh SDGs Center UBL dari Desember 2024 hingga Februari 2027. Simposium ini juga mencakup Lokakarya Kemitraan Multi-Pihak (MSP), yang bertujuan untuk mempertemukan para mitra utama proyek guna membangun pemahaman bersama terkait pelaksanaan kolaboratif dan eksplorasi peran masing-masing pemangku kepentingan dalam mewujudkan kota berkelanjutan. Rektor UBL, Prof. M. Yusuf S. Barusman, menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam perencanaan pembangunan berbasis SDGs. “Kita berkolaborasi untuk bisa berkontribusi pada pembangunan, khususnya di Provinsi Lampung. Kita tahu bahwa pembangunan harus dilakukan secara terencana. Permasalahan selama ini adalah kurangnya perencanaan yang cukup. Melalui frame SDGs, kita ingin mendorong perencanaan dan kebijakan yang berkelanjutan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rektor Universitas Bandar Lampung, Prof. M. Yusuf S. Barusman dalam kegiatan Simposium Internasional SDGs | Foto : Eka Febriani / Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Rektor Universitas Bandar Lampung, Prof. M. Yusuf S. Barusman dalam kegiatan Simposium Internasional SDGs | Foto : Eka Febriani / Lampung Geh
Ia juga menekankan, partisipasi berbagai pihak adalah kunci dalam pelaksanaan pembangunan yang efektif. “Tema ini menekankan partisipasi multi-pihak yang menjadi pola penting dan inklusif. Kita harap partisipasi publik juga kuat dalam mengawal implementasi dari perencanaan yang telah ditentukan,” tambahnya. Mewakili Gubernur Lampung, Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung, Sulpakar menyatakan, dukungan Pemerintah Provinsi terhadap agenda ini. “Salah satu isu kunci dalam SDGs adalah mewujudkan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Kota-kota dituntut menjadi motor inovasi dan pusat kolaborasi lintas sektor dalam menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketimpangan sosial,” katanya. Ia menambahkan bahwa teknologi menjadi bagian penting dalam mendorong inovasi perkotaan. “Teknologi telah mengubah wajah kota dan masyarakat. Para pemangku kepentingan pemerintah, akademisi, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas akar rumput memiliki peran vital dalam membangun ekosistem kolaboratif,” pungkasnya. (Cha)
ADVERTISEMENT