news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Upaya Turunkan Angka Stunting, 9 NGO Indonesia Gelar Deklarasi Genting

Konten Media Partner
29 Maret 2019 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deklarasi Gerakan NGO Indonesia Peduli Stunting yang berlangsung di Emersia Hotel, jumat (29/3) | foto: Latifah Desti Lustikasari/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Deklarasi Gerakan NGO Indonesia Peduli Stunting yang berlangsung di Emersia Hotel, jumat (29/3) | foto: Latifah Desti Lustikasari/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Sembilan orang perwakilan dari YKWS-Lampung, MitraBentala-Lampung, PKBI-Sumatra Barat, L2M-Padang, Konsepsi-NTB, Transform-NTB, YPPS-Flores Timur, Bengkel APPEK-Kupang dan AYO Indonesia-Manggarai gelar deklarasi Gerakan NGO Indonesia Peduli Stunting (Genting) pada Jumat (29/3).
ADVERTISEMENT
Pada acara yang berlangsung di Emersia Hotel itu, Febrilia Ekawati dari YKWS yang memandu konferensi pers menyatakan, sembilan NGO yang tergabung dalam deklarasi tersebut menyikapi kondisi stunting ini sebagai ancaman bonus demografi di tahun 2025-2030 mendatang.
"Stunting merupakan permasalahan yang bukan menjadi tanggung jawab satu sektor saja, tetapi seluruh elemen baik pemerintah, NGO, media dan seluruh lapisan masyarakat yang ada," tuturnya.
Terlebih Lampung bersanding dengan NTT dan NTB merupakan satu dari beberapa provinsi di Indonesia yang angka stunting-nya cukup tinggi, dan akan menjadi perhatian untuk bersama-sama diupayakan penurunan angkanya.
Ia menambahkan," YKWS, MitraBentala, LP2M di pulau Sumatera saat ini sedang konsen terhadap peningkatan sanitasi yang lebih baik di Provinsi Lampung, karena ada keterkaitan erat antara sanitasi dan stunting."
ADVERTISEMENT
Dr. Moh Taqimodin dari Konsepsi-NTB, selaku juru bicara konferensi pers tersebut mengatakan bahwa sembilan NGO ini siap peduli terhadap stunting.
Ia menjelaskan, "stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh terhadap anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya."
Data dari WHO pada tahun 2017, mencatat angka stunting di Indonesia mencapai 36,4% menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi tertinggi di Asia setelah Timor Leste dan India.
Sementara hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 yang dipublikasikan pada tahun 2019, menyatakan prevalensi stunting di Indonesia menurun hingga 30,8%. Meski sudah menurun signifikan, namun angka itu masih berada di atas batas toleransi WHO yaitu 20%.
Pencegahan dan penanganan stunting tidak cukup sebatas sektor kesehatan saja, melainkan perlu adanya keterlibatan sektor-sektor lainnya. Bahkan intervensi di luar sektor kesehatan dinilai memiliki kontribusi lebih besar hingga 70%.
ADVERTISEMENT
Mengingat stunting berkaitan pula dengan masalah sanitasi, ketahanan pangan, tingkat pendidikan orang tua, pola asuh, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh sebab itu Febrilia menambahkan perlu adanya pernyataan dan deklarasi, agar pemerintah melalui kebijakannya dan program CSR pihak swasta dapat ikut menyoroti dan berfokus pada penurunan angka stunting. (*)
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra