Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Warga Sabah Balau Harap Akses Kendaraan Dibuka Kembali Pascapenggusuran
17 Februari 2025 16:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Lima hari pasca penggusuran di Desa Sabah Balau, akses keluar masuk ke wilayah tersebut masih dijaga ketat oleh aparat keamanan, Senin (17/2).
ADVERTISEMENT
Warga yang terdampak berharap pembatasan ini segera dicabut agar mereka dapat mengambil kembali barang-barang yang tersisa dan membangun tempat tinggal sementara.
Penjagaan Ketat di Akses Masuk Desa
Pantauan Lampung Geh di lapangan menunjukkan posko keamanan, telah didirikan tepat di depan akses masuk ke Desa Sabah Balau. Petugas berjaga untuk mengawasi pergerakan warga yang ingin masuk ke area penggusuran.
Menurut keterangan pihak keamanan, hanya warga setempat yang ingin mengambil puing-puing bangunan yang masih bisa dimanfaatkan yang diperbolehkan masuk. Selain itu, masyarakat umum, termasuk mereka yang ingin membawa kendaraan, tidak diperkenankan memasuki lokasi.
"Mulai Rabu nanti, atau tujuh hari pasca penggusuran, masyarakat sudah tidak diperbolehkan lagi melakukan aktivitas apa pun di area tersebut,"ujar seorang petugas yang enggan disebutkan namanya.
ADVERTISEMENT
Kesulitan Warga Pascapenggusuran
Salah satu warga yang terdampak, Legiyem berharap akses kendaraan dibuka kembali. Ia ingin membawa puing-puing bangunan untuk mendirikan hunian sementara.
"Saya merasa tidak enak terus-menerus menumpang di rumah saudara. Saya ingin membangun kembali tempat tinggal, meskipun hanya sementara," ungkapnya.
Legiyem, yang kini tinggal berdua dengan suaminya, mengaku kebingungan mencari tempat tinggal setelah rumahnya digusur.
"Apa iya kami harus tinggal di kolong jembatan?" ucapnya.
Selain kehilangan tempat tinggal, ia juga menyebut banyak barang berharganya yang tidak terselamatkan, termasuk kulkas, surat-surat tanah, hingga kendaraan. Bahkan, ia kini hanya memiliki satu stel pakaian untuk berganti.
Harapan kepada Pemerintah
Legiyem merasa penggusuran ini tidak adil dan menganggap tanahnya dirampas tanpa solusi yang jelas. Ia berharap pemerintah, baik di tingkat provinsi maupun pusat, memberikan perhatian terhadap kondisi warga yang terdampak.
"Saya sangat berharap ada perhatian dari Gubernur dan Presiden, setidaknya untuk memberikan perlindungan dan bantuan membangun hunian sementara,"pungkasnya.
Hingga saat ini, warga yang terdampak masih menunggu kepastian dari pemerintah terkait solusi pascapenggusuran. Mereka berharap ada kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kecil agar tidak semakin terpuruk akibat kehilangan tempat tinggal. (Fan/Ansa)
ADVERTISEMENT