Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kemacetan di Kota Besar: Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan
20 Oktober 2024 9:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Nuzila Rizqi Lana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemacetan adalah hal yang sering ditemukan dan dirasakan oleh pengendara. Kemacetan memang tidak terjadi di kota-kota besar saja, tetapi, kemacetan pasti terjadi di kota-kota besar karena menumpuknya kendaraan pribadi. Kemacetan di kota-kota besar ini merupakan suatu masalah yang sudah lama terjadi. Terdapat perbedaan rata-rata durasi waktu yang terbuang karena kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Misalnya, pada kota Surabaya, pengendara memiliki sekitar 38 jam waktu yang terbuang karena adanya kemacetan. Selain itu, di Jakarta, pengendara memiliki 28 jam, Denpasar 22 jam, Malang 18 jam dan Bogor 7 jam waktu yang terbuang akibat kemacetan (Muhamad, 2023).
ADVERTISEMENT
Kemacetan adalah terganggunya kelancaran arus lalu lintas yang dapat mempengaruhi individu yang menggunakan atau membawa kendaraan, maupun individu yang menggunakan kendaraan umum menjadi terganggu (Margareth et al., 2015). Hal tersebut, dapat membuat individu memiliki rasa tidak nyaman dan membuat perjalanan mereka menjadi lebih lama. Kemacetan juga dapat diartikan sebagai keadaan pada arus lalu lintas yang dipenuhi oleh kendaraan yang melebihi kapasitas jalan tersebut (Sambuaga, 2017). Dapat disimpulkan bahwa kemacetan adalah kondisi di mana arus lalu lintas tersendat yang dipengaruhi oleh kendaraan yang melebihi kapasitas jalanan (Sembiring, 2017). Adapun beberapa faktor yang menyebabkan adanya kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu faktor dari adanya kemacetan adalah menumpuknya jumlah kendaraan pada setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan karena jumlah penduduk yang ikut meningkat di beberapa kota besar (Mustikarani & Suherdiyanto, 2016). Di beberapa kota besar, salah satunya Jakarta, kemacetan disebabkan karena tidak sedikit penduduk yang lebih memilih untuk membawa kendaraan pribadi daripada menggunakan transportasi umum yang sudah disediakan (Sitanggang & Saribanon, 2018). Menurut (Sitanggang & Saribanon, 2018), kapasitas jalanan juga menjadi faktor penyebab dari kemacetan yang terjadi. Dengan adanya kapasitas jalan yang kurang memadai, menyebabkan adanya penumpukan kendaraan. Terdapat beberapa dampak yang terjadi akibat adanya kemacetan ini.
ADVERTISEMENT
Kemacetan memberikan dampak pada kesehatan manusia secara fisik, maupun mental. Kemacetan merupakan hal yang digolongkan ke dalam kepadatan atau keramaian (crowding). Secara fisik, individu yang mengalami kemacetan, cenderung akan mengalami tingkat kelelahan yang tinggi. Selain itu, kemacetan juga dapat meningkatkan tekanan dara, sakit kepala, nyeri punggung, kaki dan leher (Samodra, 2024). Menurut (Steg & Groot, 2019), individu yang berada dalam kondisi keramaian, cenderung akan mengalami stres secara fisiologis. Ketika seorang individu merasa bahwa kondisi di sekitarnya terlalu ramai, maka akan menimbulkan ketegangan dan perasaan cemas pada individu tersebut (Steg & Groot, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Haider (sebagaimana dikutip dalam (Bechtel & Churchman, 2002), menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kemacetan lalu lintas, cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pekerja yang jarang mengalami kemacetan. Kemacetan tidak berdampak hanya pada manusia, tetapi juga kepada lingkungan. Kemacetan cukup memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan. Penumpukkan kendaraan lalu lintas, membuat udara lingkungan menjadi tercemar karena adanya asap kendaraan yang menumpuk tersebut (Putra et al., 2016). Pencemaran udara tersebut akan dirasakan oleh individu yang bekerja sebagai pengamen, pedagang kaki lima, dan lain-lainnya. Adanya pencemaran udara yang disebabkan oleh polusi tersebut akan membuat kualitas udara menjadi buruk (Sulistyono, 2022).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis terhadap pengendara berinisial ARN, ia mengaku bahwa ia mengalami kemacetan hampir setiap hari pada saat ia berangkat kerja. Kemacetan tersebut ia alami karena menumpuknya kendaraan pada jam pergi dan pulang kerja. Sebagai pengendara motor, ia sangat merasakan dampak yang terjadi akibat adanya kemacetan tersebut. Ia merasa sangat lelah dan secara fisik ia juga merasa nyeri di bagian tangan, punggung, dan kaki. Selain itu, dampak lainnya yang ia rasakan adalah polusi udara yang berasal dari asap kendaraan di sekitarnya pada saat ia terjebak dalam kemacetan tersebut. Walaupun sudah menggunakan masker, ia merasa bahwa polusi tersebut tetap membuatnya merasa terganggu. ARN sempat merasa sesak nafas akibat asap kendaraan yang menumpuk. Setelah melihat penyebab dan dampak yang terjadi akibat kemacetan tersebut, diperlukan adanya solusi untuk mencegah atau menanggulangi kemacetan.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi solusi untuk mencegah dan menaggulangi dalam mengalami kemacetan. Contohnya adalah individu bisa menggunakan fasilitas transportasi umum yang sudah disediakan. Dengan melakukan hal tersebut, dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang menumpuk di jalan. Selain itu, dapat diberlakukan juga arus one way dengan tujuan untuk memrbanyak atau memperluas kapasitass jalan yang tadinya 2 arah (Author, 2023). Menaati rambu lalu lintas yang ada juga merupakan langkah yang mudah dilakukan untuk mengurangi kemacetan. Misalnya rambu dilarang putar balik dan dilarang parkir. Selain itu, infrastruktur yang memadai atau layak juga dapat mengurangi tingkat kemacetan, karena jalan yang berlubang atau tidak rata, dapat menyebabkan penumpukkan kendaraan (Gischa, 2024).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemacetan didefinisikan sebagai terganggunya kelancaran arus lalu lintas yang disebabkan oleh beberapa faktor, terutama menumpuknya jumlah kendaraan pribadi dan kapasitas jalan yang tidak memadai. Dampak kemacetan meliputi aspek kesehatan fisik seperti kelelahan, peningkatan tekanan darah, dan nyeri tubuh, serta dampak psikologis berupa stres dan kecemasan. Selain itu, kemacetan juga berkontribusi pada pencemaran udara yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi yang diusulkan antara lain penggunaan transportasi umum, penerapan sistem arus satu arah, kepatuhan terhadap rambu lalu lintas, dan perbaikan infrastruktur jalan.
ADVERTISEMENT