Bantuan Sosial Turunkan Angka Kemiskinan Pedesaaan di Sumbar

Konten Media Partner
16 Januari 2019 1:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bantuan Sosial Turunkan Angka Kemiskinan Pedesaaan di Sumbar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkanl.id, Padang - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada September 2018, mencapai 353,24 ribu orang. Jumlah itu berkurang sebesar 3,89 ribu orang jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 yang mencapai 357,13 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 4,86 persen. Naik menjadi 4,99 persen pada September 2018.
Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2018 sebesar 8,07 persen. Turun 7,90 persen pada September 2018.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumatera Barat Krido Saptono mengatakan penyebab naiknya angka kemiskinan di kota karena tidak meratanya bantuan sosial yang didapatkan masyarakat miskin, pada kebutuhan hidup seperti pembayaran listrik lainnya cukup tinggi.
Sementara di desa, kata dia, terjadi penurunan angka penduduk miskin, karena penyebaran sejumlah bantuan sosial ke masyarakat miskin dinilai cukup merata.
"Bantuan sosial yang tersebar itu cukup banyak, seperti Rastra dari Bulog, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan sejumlah bantuan sosial lainnya yang dijalankan oleh pemerintah daerah juga seperti bedah rumah," katanya, Selasa (15/1/2019).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan kondisi kemiskinan di Sumatera Barat yang diperoleh BPS itu setelah melakukan sampel terhadap 2.550 rumah tangga di Sumatera Barat. Rumah tangga yang dijadikan sampel tidak membedakan, pendatang atau bahkan penduduk asli. Semuanya dirangkum dan dijadikan sampel penghitungan kondisi penduduk miskin di Sumatera Barat.
Krido mengaku tidak menghitung kondisi kemiskinan yang dikelompokan berdasarkan kebupaten dan kota. Ia menyebutkan, kondisi penduduk miskin di kabupaten dan kota, akan dirilis pada bulan depan, karena akan ada rangkuman kondisi penduduk miskin di Sumatera Barat sepanjang 2018.
"Kita di BPS tentu berharap bantuan-bantuan sosial yang ada itu dapat terus dijalankan, sehingga penduduk miskin benar - benar dapat terbantu, terutama untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Krido menyebutkan pada periode 2007 – 2018 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan baik dari sisi jumlah, maupun persentasenya. Selama lebih satu dasarwarsa ini, jumlah penduduk miskin Sumatera Barat telah dapat ditekan cukup signifikan dari 529,2 ribu jiwa (tahun 2007), menjadi 353,24 ribu jiwa (September 2018).
"Secara persentase, penurunan yang terjadi bahkan hampir separuhnya, dari 11,9% (tahun 2007) menjadi 6,55 (September 2018)," jelasnya.
Sementara melihat dari penyumbang kondisi kemiskinan di Sumatera Barat, di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras memberi sumbangan terbesar dalam komponen komoditi penyusun Garis Kemiskinan (GK), sebesar 19,44 persen di perkotaan dan 27,48 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua terhadap GK di perdesaan (13,81 persen) dan di perkotaan (8,69 persen).
ADVERTISEMENT
Lalu posisi ke tiga komoditi dengan kontribusi terbesar di perkotaan dan perdesaan adalah daging sapi di perkotaan (5,08 persen) dan cabe merah di perdesaan (4,28 persen). Di perkotaan, sampai dengan posisi sepuluh besar kontributor utama penyusun GK meliputi daging ayam ras, telur ayam ras, tongkol/tuna/cakalang, cabe merah, gula pasir, roti, dan bawang merah, yang masing-masing menempati posisi ke 4 sampai dengan 10 dengan porsi terbesar penyusun GK perkotaan.
Komoditi yang hampir sama tapi menempati posisi yang berbeda, sebagai pemberi sumbangan terbesar kepada GK perdesaan dari posisi ke 4 sampai dengan 10 adalah tongkol/tuna/cakalang, telur ayam ras, roti, gula pasir, bawang merah, kelapa dan daging ayam ras.
"Jadi kalau untuk komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan serta perlengkapan mandi (perkotaan) dan pakaian jadi anak-anak (perdesaan)," ujar Krido. (M Hendra)
ADVERTISEMENT