Berkunjung ke Sumbar, Jokowi 3 Kali Tegaskan Bukan Kader PKI

Konten Media Partner
21 Mei 2018 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Presiden RI Joko Widodo kembali menegaskan dirinya bukan kader atau anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) saat berkunjung ke Sumatera Barat, Senin 21 Mei 2018.
ADVERTISEMENT
Jokowi membantah isu keanggotaan PKI yang menyerang dirinya di 3 lokasi kunjungannya di Sumatera Barat, yakni di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.
Awalnya Jokowi menyebutkan dalam pidato peresmian pengoperasian Kereta Api Bandara Minangkabau di Kabupaten Padang Pariaman. Kemudian Jokowi juga membantah sebagai anggota PKI saat membagikan sertifikat wakaf Masjid Jami'atul Huda Ketaping, Kuranji Padang.
Jokowi juga kembali menegaskan tidak terlibat dalam keanggotaan PKI saat meresmikan gedung SMP, SMA, rusun dan masjid Pondok Pesantren Prof Dr Hamka di Koto Tangah, Kota Padang.
“Pagi ini sudah ngomong 3 kali, tapi ingin saya ulang. Di provinsi lain juga sering saya sampaikan, mengenai isu-isu yang berkembang yang berkaitan dengan diri saya,”.
“Saya pernah datang ke sebuah pondok. Pimpinan pondok pernah bisik-bisik ke saya, ingin bicara 4 mata. Lalu di kamar beliau bertanya apakah benar Presiden Jokowi PKI? Syukur ada yang tanya, sehingga saya bisa blak blakan. Ternyata di bawah hal-hal seperti ini masih terus berjalan,” ujarnya di Pesantren Prof Dr Hamka.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, PKI dibubarkan pada 1965. Sedangkan dia lahir 1961. Artinya, kata dia, usianya baru 4 tahun saat PKI dibubarkan.
“Apa ada PKI balita? Ini namanya isu kan,” ujarnya.
Jokowi juga mengklarifikasi isu orang tuanya. Ia mengaku dituding keturunan Oey Hong Liong, dari Singapura.
Padahal, kata dia, orang tuanya orang desa. Bapaknya dari Karanganyar dan ibunya asal Boyolali.
“Dua-duanya dari desa. Saya orang kampung. Apa adanya saya dari kampung yang saya ngomong dari kampung,” ujarnya.
Ia mengatakan yang sering dikembangkan selalu prasangka buruk, berpikiran negatif, berpikir dengan kebencian lewat ujaran kebencian.
Harusnya, kata dia, masyarakat berpikir dengan penuh kecintaan dan kebaikan. Semakin dewasa dan matang berpolitik. Bisa memilah-milah. (Almurfi Syofyan)
ADVERTISEMENT