Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Dulu Ulama Bersyair, Kini Suka Nyinyir
16 Agustus 2018 8:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Jiwa dan budi pekerti yang halus dibangun melalui seni dan sastra. Mereka yang tak dekat dengan seni dan sastra akan kering jiwanya. Kesadaran sepert ini sudah tumbuh dalam diri ulama masa lalu, yang menyiarkan ilmu agama melalui syair-syair yang indah dan disukai ummat.
ADVERTISEMENT
"Dulu ulama bersyair dalam menyiarkan ajaran akhlak budi pekerti," ungkap Dr. Yulizal Yunus, M.Si, yang hari ini, Kamis (16/8) akan dikukuhkan menjadi Doktor Pendidikan Sastra Islam di Aula Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Kampus Jalan Sudirman Padang.
Yulizal Yunus mempertahankan disertasinya yang berjudul, Aspek-Aspek Pendidikan Islam dalam Sastra Ulama Minangkabau; Studi Syair Syekh Sulaiman al-Rasuli, di hadapan Ujian Promosi Doktor SPs UIN Padang. Karya ilmiah ini sudah melewati kajian akademik yang panjang sehingga mengantarkan Yuyu, demikian ia akrab disapa, menjadi seorang bergelar doktor.
Tampil sebagai penguji dalam Ujian Promosi ini, Guru Besar Sastra UNP, Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd dan Guru Besar Ilmu Pendidikan UIN, Prof. Dr. Syafruddin Nurdin, M.Pd. Keduanya merupakan penguji utama. Ujian ini akan diketuai oleh Direktur Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. Awiskarni, M.Ag, didampingi Prof. Dr. Zulmuqim, MA dan Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, keduanya merupakan promotor dari Promovendus Yulizal Yunus. Penguji selanjutnya, Prof. Dr. Yahya Jaya, MA dan Dr. Rehani, M.Ag.
ADVERTISEMENT
Gelar akademik tertinggi ini merupakan capaian baru bagi Yuyu, setelah gelar-gelar lain yang sudah lama melekat padanya. Yulizal Yunus dikenal budayawan, sastrawan, akademisi, yang aktif menulis di surat kabar dan menerbitkan buku-buku kajian sastra. Selain itu, ia juga bergelar adat, Dt. Rajo Bagindo, sebagai payung Suku Kampai Nyiur Gading Taluak Batang Kapas, Pesisir Selatan. Selama ini juga aktif dalam berbagai forum akademik, adat, budaya dan sastra. Aktif sebagai pengurus Lembaga Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kabupaten Pesisir Selatan dan LKAAM Sumbar.
"Sahabat dan taulan hendaklah sungguh/harapankan iman bertambah teguh/bacalah syair bersungguh hati/yang betul jangan tuan ingkari," ujar Yuyu, menukilkan satu dari sekian banyak syair Syeikh Sulaiman al-Rasuli yang ditelitinya.
“Dalam cerita sudahlah terang/manfaatnya banyak tidak terbilang/bagi sahabat segala tuanku/jangan suka tuan di situ/faqir terjemahkan dalam kitab/ di dalam hati gadanglah harap/bacalah tuan pagi dan petang/sungguhpun syair bahasa Melayu/keluar di kitab sudahlah tentu/bukan Jawi ialah Arab/supaya membaca siapa berhadap.”
ADVERTISEMENT
Menurut Yuyu, kajian akademik yang dilakukannya membuat kagum dengan semangat Syekh Sulaiman al-Rasuli. Pentolan Persatuan Tarbiyah (Perti) itu menggunakan syair-syair sebagai media pembelajaran materi ajar akidah, mental spiritual, ideologi, tata ibadah dan karakter akhlak mulia.
“Cara bersyair ulama adalah model pembelajaran modern cara fragment bersyair,” tegas Yuyu.
"Dulu ulama menulis juga, ceramah di mimbar juga. Tempat bertanya tempat mengadu. Kini ulama suka nyinyir," ujarnya setengah berseloroh. Tapi apa yang dikatakan dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang ini, adalah fakta, ketika isu ulama kini kian diusung kesana-kemari karena kepentingan politik kekuasaan setiap menjelang Pemilu tiba.
"Dulu ulama juga terlibat dalam kekuasaan dan politik praktis. Tetapi kharisma ulama tidak hilang. Dihormati dan disegani, malahan ditakuti. Kini bergeser karena kurenah segelintir ulama juga," sindir Yuyu. ABDULLAH KHUSAIRI
ADVERTISEMENT