Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Jualan Kapal Otok-otok di Jaman Now
17 Februari 2018 15:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Ibrahim 35 tahun terlihat sedang asyik menyusun puluhan mainan di atas meja berukuran satu meter persegi, di kawasan Pasar Raya Padang. Ia menjual mainan jadul, kapal otok-otok.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi yang makin pesat tidak menyurutkan Ibrahim menjajakan mainan asli Indonesia itu. Ia bertahan menjual kapak otok-otok karena memiliki sejarah yang tinggi.
"Ingin mempertahankan dan memperkenalkan mainan buatan lokal," ujarnya Sabtu 17 Februari 2018.
Ia mengaku anak-anak "jaman now" sudah kurang tertarik dengan mainan jadul tersebut. Jika tidak dikenalkan, mainan tradisional akan hilang tanpa bekas.
"Sekarang banyak anak-anak yang tidak mengenal mainan ini karena sudah jarang orang tua yang memperkenalkannya. Padahal mainan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Mainan ini sudah ada sejak jaman Belanda. Makanya dibilang mainan asli Indonesia," ujarnya.
Kapal otok-otok merupakan mainan tradisional Indonesia dengan panjang 20 cm, lebar 5-6 cm, dan tinggi 4 cm. Beredar sejak tahun 1980-an.
ADVERTISEMENT
Mainan yang terbuat dari seng atau kaleng bekas ini umumnya berbentuk kapal perang dengan dua meriam kecil yang menghadap ke depan, dan bendera Indonesia yang dipasang di ekor kapal.
Nama otok-otok diambil dari bunyi "klotok...klotok.." yang dihasilkan ketika kapal berlayar. Mainan ini juga memiliki tenaga penggerak yang berasal dari kapas yang diberi minyak goreng dan dinyalakan. Sehingga bergerak layaknya kapal mesin uap.
Meskipun tidak secanggih mainan saat ini, kata dia, kapal otok-otok masih memiliki peminat. Mainan tersebut juga dapat bertahan lebih lama dibanding mainan modern.
"Jika tenggelam hanya perlu mengganti kapas dan menambah minyak goreng sebagai bahan bakarnya saja," ujarnya.
Baim mengatakan, memesan mainan tersebut langsung dari Cirebon. Ia memesan sebanyak 400 buah mainan dalam satu bulan.
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, Baim menjual sekitar 5-6 buah mainan. Kapal otok-otok ukuran kecil dijual seharga Rp 20 ribu dan untuk ukuran besar Rp 30 ribu.
"Kalau hari libur bisa sampai 10 buah. Tapi kalau sedang sepi bisa tidak sama sekali," ucapnya.
Seorang pembeli kapal otok-otok, Adrian, 37, mengatakan membeli mainan tersebut untuk keponakannya di rumah. Baginya mainan tersebut memiliki kenangan tersendiri.
Semasa kecil, kata dia, senang bermain kapal otok-otok ini. Sayangnya perkembangan zaman membuat mainan ini mulai terpinggirkan.
"Ini mainan saya waktu SD dulu. Sekarang sudah sulit menemukannya. Jadi waktu lihat saya rasanya seperti kembali pada masa kanak-kanak dulu," ujarnya. (Almurfi Syofyan)