Kisah Para Anak Mentawai di Panti Asuhan: Mualaf hingga Jadi PNS

Konten Media Partner
10 Juni 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai yang terletak di kawasan Purus Padang. (Irwanda)
zoom-in-whitePerbesar
Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai yang terletak di kawasan Purus Padang. (Irwanda)
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Langkan menyempatkan menyinggahi Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai untuk mengadakan buka bersama melalui campaign #BisaMakan yang merupakan gerakan bagi-bagi makanan berbuka puasa dan sahur untuk mereka yang membutuhkan. Kesempatan ini diinisiasi oleh kumparan yang bekerja sama dengan platform crowdfunding KitaBisa.
ADVERTISEMENT
Sedikitnya ada 45 anak panti yang berlokasi di Jalan Purus IV, Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat itu berkesempatan buka bersama. Mereka sumringah dan ceria dalam kegiatan yang diadakan tersebut.
Namun di balik keceriaan mereka, terdapat kisah latar belakang para anak Mentawai di panti ini yang menyentuh hati. Salah satunya, seluruh anak panti merupakan mualaf sejak memulai hidup di panti yang telah berdiri sejak tanggal 15 November 1968 silam itu.
Selain itu, mereka juga merupakan anak dari keluarga yang tak mampu dengan serba kekurangan di Kepulauan Mentawai. Dari panti inilah, anak-anak pulau ini memulai kehidupan yang lebih layak daripada di kampung halamannya serta mendapatkan pendidikan.
"Latar belakang anak-anak ini memang dari pulau, banyak yang ayah dan ibu mereka menganut agama Kristen. Namun mereka mau untuk masuk islam dengan dukungan keluarganya walaupun tidak secara tertulis. Rata-rata anak ini mualaf, yatim dan miskin," ungkap salah satu pengurus panti, Syahriwalsyarif.
ADVERTISEMENT
Di panti asuhan, anak Mentawai ini dibekali sikap disiplin dan mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam pembiayaan, semua didapat dari donatur masyarakat yang dermawan menyisihkan rezekinya.
"Kegiatan anak di samping sekolah, mereka rajin melaksanakan salat jemaah. Setelah salat Magrib jemaah hingga memasuki waktu salat Isya mereka selalu membaca ayat suci Alqur'an. Setelah itu mereka baru makan malam dan kemudian belajar di kamar," kata Syahriwalsyarif.
Anak-anak yang berasal dari Kepulauan Mentawai berada di Panti Asuhan. (Irwanda)
Walau serba keterbatasan, kata Syahriwalsyarif, para anak panti tidak pernah ditelantarkan. Mereka mendapat menu makanan yang layak tiga kali dalam sehari. Selain itu mereka juga diberikan ilmu berdakwah satu kali seminggu.
"Dari sumbangan masyarakat itu kami sisikan untuk belanja dapur kemudian untuk biaya listrik dan keperluan lainnya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Bangunan panti ini terbilang sederhana, bak rumah kontrakan dengan panjang ke belakang. Hanya terdapat dua ruangan yang cukup lebar yang dijadikan sebagai kamar bagi anak panti. Apabila tidak muat, kadang anak panti tidur di ruangan utama yang dijadikan tempat salat berjemaah.
Sedangkan untuk anak panti perempuan, dipisahkan di bangunan yang ada di seberang jalan atau tepatnya berupa bangunan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) YAPI.
YAPI merupakan Yayasan Pendidikan Islam (YAPI). Pendirinya bernama Safri Musa yang sekaligus pendiri Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai. Syahriwalsyarif mengungkapkan berdirinya panti asuhan ini berawal dari keinginan sang pendiri untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat Mentawai.
Sebab, kata Syahriwalsyarif, pendiri kala itu berhutang budi kepada Kepulauan Mentawai yang telah banyak menghasilkan bahan baku kelapa bagi usaha dari sang pendiri yaitu kilang minyak. Usaha Safri Musa kala itu di kisaran tahun 1960-an.
ADVERTISEMENT
"Jadi beliau (Safri Musa) berteman dengan Buya Hamka dan Muhammad Natsir. Karena kilang minyak milik pendiri telah sukses Pak Natsir dan Buya Hamka menyarankan agar Pak Safri bisa membantu balik Kepulauan Mentawai," cerita Syahriwalsyarif.
Maka beberapa tahun kemudian sesuai saran Buya Hamka dan Muhammad Natsir, Safri Musa mendirikan Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai. Hingga kini, panti masih tetap berdiri meski sang pendiri telah wafat pada tahun 1998.
Sejak berdirinya panti ini, telah banyak para anak Mentawai yang sukses setelah mendapat kehidupan dan pendidikan yang layak. Bahkan mereka ada yang menjadi anggota dewan, polisi, guru, hingga bekerja di pemerintahan Kepulauan Mentawai.
Silih berganti setiap tahunnya, anak Mentawai yang kurang mampu dan yatim selalu mengadu nasib ke panti ini. Usia mereka beragam, namun pada umumnya para anak Mentawai yang masuk ke panti ini berawal pada umur 10 tahun. Di usia itu mereka baru akan menempuh pendidikan Sekolah Dasar.
ADVERTISEMENT
"Karena pada umum anak Mentawai memang kayak gitu, usia sudah 10 tahun mereka baru akan menempuh pendidikan kelas satu sekolah dasar, jadi tamat SMA umur 21. Tidak bisa mereka disamakan dengan anak di kota-kota," ujarnya.
Tahun ini, setidaknya terdapat 45 anak anak Mentawai di panti ini yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pelbagai kesulitan terus dirasakan bagi pengurus panti, terutama soal keuangan. Namun meski demikian, segala upaya terus diakali pengurus agar para anak Mentawai di panti ini tetap mendapatkam kehidupan yang layaknya. Bantuan bagi para dermawan, saat ini sangat diperlukan untuk kesejahteraan mereka. (Irwanda)