Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang - Berdasarkan pantauan dalam rentang waktu 15-17 September 2019, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mencatat 106 titik api (hotspot) tersebar di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).
ADVERTISEMENT
Spesialis Manajemen Pengetahuan KKI Warsi, Nabhan Aiqani, menyebutkan pantauan tersebut berdasarkan analisis satelit National Aeronautics and Space Administration (NASA). “Pemetaan dilakukan untuk mempermudah memahami dan mengurai persoalan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk mencegah kabut asap semakin pekat di Sumbar,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Langkan.id , Selasa (17/9).
Catatan KKI Warsi, titik api terbanyak berada di Kabupaten Pesisir Selatan, jumlahnya mencapai 55 titik. Lalu, di Dharmasraya sebanyak 43 titik yang berada di areal perluasan lahan perkebunan.
Lalu, di Solok Selatan terpantau 3 titik api, di Kabupaten Solok 2 titik api, di Sijunjung ada 2 titik api serta di Kabupaten Kepulauan Mentawai satu titik api.
Spesialis Geographical Information System (GIS) KKI Warsi, Ahmad Salim Ridwan, mengungkapkan titik api yang terpantau di Sumbar, terbanyak berada di areal perkebunan. “Kebanyakan, titik api yang terpantau itu berada di areal perekebunan, untuk hutan alam primer, tidak ada,” ungkap Ahmad.
ADVERTISEMENT
Analisis juga menunjukkan, bahwa kabut asap yang terjadi di Sumbar sejak beberapa waktu belakangan, memang kiriman dari provinsi tetangga, seperti Riau dan Jambi. Namun, kata Ahmad, sikap waspada tetap harus dikemukakan. Karena musim kemarau panjang sedang berlangsung.
Dijelaskan Ahmad, bahwa titik api yang ada di Sumbar tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan provinsi tetangga. “Level confidence titik api di Sumbar rata-rata berada pada level nominal C<80 atau perlu diwaspadai. Level Confidence merupakan alat analisis untuk melihat tingkat kepercayaan terhadap lokasi yang menjadi titik api. Jadi, jika level confidence tinggi, maka semakin tinggi pula potensi titik api,” jelasnya.
Pembagian level confidence terhadap analisis titik api, menurut Ahmad terbagi tiga. Pertama, level convidence hotspot C<30 persen, artinya perlu perhatian. Lalu, level convidence C<80 persen, artinya perlu diwaspadai dan level convidence C<100 persen, artinya berada pada level tertinggi yang perlu tidakan penanggulangan segera.
ADVERTISEMENT
“Di Sumbar, hanya satu titik api yang berada pada level convidence C<100, berada di wilayah Pesisir Selatan. Sementara, titik api di daerah lain, berada pada level convidence C<80, artinya perlu diwaspadai,” ucap Ahmad.
Untuk itu, kata Ahmad, titik api yang ada di Sumbar, perlu diwaspadai, mengingat musim kemarau masih panjang serta masih ada ditemukan praktik pembakaran lahan untuk perluasan perkebunan, meskipun tidak terlalu signifikan.
Kedepannya, Ahmad berharap, penanganan karhutla lebih diseriuskan lagi. “Aturan dan kebijakan hukum harus benar-benar ditegakkan agar kelestarian hutan serta lingkungan dapat terjaga demi masa depan yang lebih baik,” katanya. (Zulfikar)