Konten Media Partner

KKI Warsi: Sumbar Kehilangan 27.447 Hektare Tutupan Hutan Sepanjang Tahun 2022

23 Desember 2022 15:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Manajer Komunikasi KKI Warsi Sumbar Rudi Syaf saat memaparkan catatan akhir tahun Warsi Sumbar 2022 di Padang, Jumat (23/12/2022). Foto: Ariyanti
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Komunikasi KKI Warsi Sumbar Rudi Syaf saat memaparkan catatan akhir tahun Warsi Sumbar 2022 di Padang, Jumat (23/12/2022). Foto: Ariyanti
ADVERTISEMENT
Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI Warsi) Sumbar melaporkan kondisi tutupan hutan di Provinsi Sumatera Barat sepanjang tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan tersebut, Sumbar dinyatakan kehilangan sebanyak 1,5 persen hutan atau sebesar 27.447 hektare dari total 1.744.549 hektare luasan tutupan hutan pada tahun 2021.
Penurunan tutupan hutan dari tahun-ke tahun itu dianalisis KKI Warsi melalui Citra Sentinel II yang dilakukan oleh tim Geographic Information System.
Salah satu hal yang disoroti dalam kondisi hutan tahun ini adalah aktivitas tambang emas illegal yang berdampak pada perubahan bentang alam.
“Selain mengubah bentang alam karena umumnya dilakukan di pinggir sungai, risiko limbahnya yang langsung dibuang ke sungai menyebabkan ada sedimentasi, limbah kimia, itu dampaknya menjadi lebih banyak,” ungkap Manajer Komunikasi KKI Warsi Sumbar Rudi Syaf, Jumat (23/12/2022).
Sebelumnya Rudi menjelaskan, peningkatan penambang emas itu terlihat dari jumlah yang sebelumnya 6.968 menjadi 7.622 hektare.
ADVERTISEMENT
“Penambangan punya kecenderungan mengikuti badan sungai. Badan sungai yang awalnya lebarnya 15 meter, dalamnya tiga meter, sekarang lebarnya bisa menjadi 30 meter bahkan 50 meter namun kedalamannya tinggal 50 cm,” jelasnya.
Kondisi menurut Rudi karena diisi oleh lumpuran limbah dari pencucian batuan aktivitas tambang emas. Dan itu mengubah bentang alam.
“Ketika manusia mengubah bentang alam, maka itu akan menimbulkan bencana. Ada sungai yang tadinya airnya harus belok dengan terpotong, langsung airnya lurus, risiko banjir bandang tinggi,” kata Rudi.
Ia menambahkan, menambang dengan mengikuti badan sungai dan mengubah badan sungai itu memang menyebabkan potensi bencana terutama bencana hidrometeorologi, ada tambahan masalah lain terkait bahan kimia.