LKAAM Sumbar Kritik Kreasi Kebaya 'Suntiang' Anne Avantie

Konten Media Partner
7 April 2018 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LKAAM Sumbar Kritik Kreasi Kebaya 'Suntiang' Anne Avantie
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat Sayuti Datuak Rajo Panghulu, mengkritik kreasi Anne Avantie yang memadukan antara kebaya terbuka dengan hiasan kepala menyerupai ‘Suntiang’ khas Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Kebaya terbuka rancangan Anne Avantie diperagakan artis Sophia Latjuba, dalam acara 29 tahun desainer Anne Avantie berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Kamis 29 Maret 2018 lalu.
"Kami sangat menyayangkan ‘Suntiang’ yang selama ini dikenal sebagai hiasan kepala dalam pakaian adat Minangkabau dikreasikan seperti itu. Pada dasarnya pakaian adat Minangkabau itu tertutup," ujar Sayuti Datuak Rajo Panghulu, kepada Langkan.id, Sabtu 7 April 2018.
Menurut Sayuti, pakaian adat Minangkabau itu harusnya menutup seluruh aurat perempuan. Sedangkan, kebaya Anne yang dikenakan Sophia Latjuba terbuka atau tidak menutup aurat. Sehingga tak layak untuk menggunakan 'Suntiang' yang menjadi simbol pakaian adat Minangkabau.
"Meskipun aktivitasnya di luar dan dalam ruangan seperti bersilat ataupun pakaian keseharian, pakaian adat Minangkabau itu tertutup dan menutup aurat. Hal itu telah sesuai dengan falsafah hidup Minangkabau, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah," ujarnya.
LKAAM Sumbar Kritik Kreasi Kebaya 'Suntiang' Anne Avantie (1)
zoom-in-whitePerbesar
Sayuti mengatakan kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dinas Kebudayaan Sumbar harus melakukan inventarisasi terhadap pakaian adat Minangkabau.
ADVERTISEMENT
"Nanti kalau sudah diinventaris dan dihak patenkan, kami bisa memperkarakan orang-orang yang melecehkan adat Minang,” ujarnya.
Kata Sayuti, inventarisasi itu penting, karena jika memiliki hak paten Sumbar bisa mengatur mengenai tata tertib pemakaian ‘Suntiang’ dan pakaian adat Miangkabau lainnya.
"Apalagi, kalau tidak inventarisasi bakal sulit. Pasalnya, simbol-simbol adat kita itu akan hilang dimakan zaman di tengah gempuran budaya asing," ujarnya. (Almurfi Syofyan)