Menyusuri Bangunan Tua di Kawasan Pecinan Padang

Konten Media Partner
13 Februari 2018 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menyusuri Bangunan Tua di Kawasan Pecinan Padang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Bangunan tua masih tampak berdiri kokoh di kawasan Pondok atau lokasi Pecinan di Kota Padang, Sumatera Barat. Kawasan ini banyak menyimpan sejarah perkembangan kota ini.
ADVERTISEMENT
Kawasan Pondok pernah didaulat sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan hiburan pada era kolonial Belanda. Muaro (kawasan pelabuhan) menjadi pusat pemerintahan, sedangkan Pondok menjadi pusat hiburan.
Rusli Amran dalam bukunya: Padang Riwayatmu Dulu, mencatat, "Opera Constantinopel" dan "Nyai Dasima" yang terkenal pada akhir abad 19 pernah dipentaskan di gedung komedi di kawasan Pondok. Kini, semuanya berubah. Kawasan Pondok lebih dekat dengan pusat perdagangan di Padang.
Berdasarkan data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar, bangunan di kawasan ini rata-rata dibangun pada akhir abad 19 dan awal abad 20.
Arsitekturnya bergaya eropa: klasik, neo klasik, art deco geometric, modern, hingga art deco streamline. Ada sekitar 75 bangunan tua yang mendapat perhatian khusus pemerintah.
ADVERTISEMENT
Ini bangunan tua di kawasan Pondok:
Masjid Muhammadan
Masjid Muhammadan diperkirakna berusia sekitar 200 tahun. Cagar budaya ini terletak di Kelurahan Pasar Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Masjid yang terletak di Kampung Keling ini menjadi saksi penyebaran Islam. Warna putih dan garis hijau mendominasi ornament masjid ini di setiap sudutnya. Mulai dari jendela, dinding, maupun tiang-tiang utama masjid, didominasi warna tersebut.
Kelenteng See Hin Kiong
Kelenteng See Hin Kiong merupakan bangunan heritage yang mencolok di Kampung China. Warna merah dan kuning memadati oranamen-ornamen yang dibalut aura naga.
Bangunan tua ini tempat beribadat tiga agama ini (Budha, Kong Hu Chu, Tao) dibangun sekitar 1861. Kelenteng yang awalnya bernama Kelenteng Kwan Im Tem dibangun kembali pada 1905 oleh Kapten Lie Goan Hoat.
ADVERTISEMENT
Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter September 2009 sempat merusak bangunan ini. Kini, Kelenteng See Hin Kiong difungsikan sebagai museum. Sedangkan kelenteng dengan corak serupa dibangun sekitar 100 meter dari bangunan lama.
Kapel Susteran St Leo
Kapel Susteran St Leo merupakan kapel tertua Belanda di Sumatera yang berdiri sejak 1903. Gempa bumi tahun 2009, menghancurkan gereja khusus biarawati ini.
Kapel ini mewakili arsitektur gothic. Sejumlah material dan peralatan di dalamnya berasal dari abad 19. Pasca gempa, bangunan ini dibangun kembali seperti semula dan kembali difungsikan.
Padangsche Spaarbank
Gedung Padangsche Spaarbank dibangun tahun 1908. Gedung yang berada di ujung jalan Batang Arau, sempat beralih fungsi menjadi Hotel Batang Arau.
Gedung tua ini bergaya neo klasik eropa yang berkembang pada awal abad 20. Tiga jendela berukuran lebar meghiasi lantai dua gedung ini. Pintu masuk berukuran besar diapit dengan dua jendela besar khas neo-klasik.
ADVERTISEMENT
Bagian atap berbentuk pyramid yang dibalut dengan sentuhan susunan kotak dihiasi fentilasi bulat dan setengah lingkaran berukuran besar. Bangunan ini terlihat sempurna dan terkesan kokoh hingga kini.
De Javasche Bank
Bangunan ini terlihat anggun dan berdiri kokoh di samping jembatan Siti Nurbaya. Javasche Bank dibangun pada 1864 dan kini difungsikan sebagai museum Bank Indonesia. Kantor cabang Javasche Bank ini dibangun pada Oktroi keempat—kebijakaan DJB yang berlaku dalam kurun waktu 10 tahun—sejak DJB diresmikan di Jakarta 24 Januari 1828.
DJB secara resmi beralih nama menjadi Bank Indonesia pada tahun 1953. Bangunan ini kembali dipugar pasca gempa 2009 lalu tanpa menghilangkan arsitektur aslinya.
NHM dan Gedung Belanda
Kantor Gubernur Belanda berada berseberangan dari gedung DJB, persis di samping jembatan Siti Nurbaya. Kini beralih fungsi jadi Kantor Inspektorat Wilayah Sumbar yang terkesan menutupi kesan aslinya. Di sekitar tepian Batang Arau berjejer gedung milik perdagangan Belanda.
ADVERTISEMENT
Yang menonjol yakni Nederlandche Handel-Maatschappij (NHM), perusahaan perdagangan Belanda yang menggantikan fungsi VOC. Saat ini, gedung NHM difungsikan sebagai gudang milik swasta.
Gedung yang berada di jajaran NHM ini merupakan perkantor perusahaan dagang Belanda: Steffan, Guntzel, Veth, Tels & Co, Hautten, Geowehry Jacobson van Den Berg, Tels & Co.
Deretan bangunan tua ini membawa pengunjung ke kejayaan masa lalu yang kini masih dipertahankan sebagai identitas kota. (Erinaldi)