news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Penemuan Makara di Pasaman, Pemkab Sebut Akan Dibangun Wisata Budaya

Konten Media Partner
4 Oktober 2019 19:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makara yang ditemukan di Sungai Batang Sibinail, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Foto: Humas Pemkab Pasaman)
zoom-in-whitePerbesar
Makara yang ditemukan di Sungai Batang Sibinail, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Foto: Humas Pemkab Pasaman)
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Pasaman - Pemerintah Kabupaten Pasaman meninjau penemuan Makara (makhluk dalam Mitologi Hindu) yang diperkirakan peninggalan Hindu Buddha abad ke-13 sampai 14 Masehi.
ADVERTISEMENT
Makara tersebut ditemukan di Sungai Batang Sibinail di Jorong III, Padang Nunang, Nagari Lubuk Layang, Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman.
Diketahui, Makara itu ditemukan dua orang warga, Isad dan Aad yang sedang mencari ikan di Sungai Batang Sibinail, Jumat (27/9/2019) sekira pukul 14.00 WIB.
Bupati Pasaman, Yusuf Lubis menyebutkan, benda bersejarah itu akan dirawat dan dikelola dengan baik. “Pemerintah setempat bersama Balai Arkeologi Medan serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar akan merawat arca tersebut,” ujarnya melalui rilis yang diterima Langkan.id, Jumat (4/10).
Kedepannya, kata Yusuf Lubis, akan dibangun pariwisata budaya di Pasaman. “Akan kita bangun wisata budaya, ini akan kita koordinasikan dengan pihak terkait,” jelasnya.
Yusuf mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama orang yang menemukan patung tersebut. “Saya ucapkan terima kasih, karena telah melaporkan hasil temuan ini ke pemrintah daerah, ini akan kita kelola,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kepala BPBC Sumbar, Nurmatias mengatakan, dalam ilmu arkeologi, temuan itu dapat dikatakan sebagai Makara. “Dalam buku R. Cecep Eka Permana (2016) Kamus Isitilah Arkelogi-Cagar Budaya, makara diartikan sebagai hiasan berbentuk ikan berkepala gajah yang dimaksudkan sebagai penolak bala. Sering dijumpai pada bangunan-bangunan candi, khususnya pada pipi tangga, gapura, pintu, relung, dan pancuran ari sebagai hiasan,” ujarnya.
Kamus besar Bahasa Indonesia, menurut Nurmatias, mengartikan Makara sebagai binatang dalam cerita yang bersifat mitologis dengan rupa mengerikan yang dipakai sebagai motif hiasan. Umumnya, pada candi atau arca pada zaman dahulu, baik dikombinasi dengan kepala kala maupun tidak.
“Namun secara umum, Makara dapat diartikan sebagai salah satu unsur bangunan candi yang biasanya berpasangan dengan kala yang berwujud makhluk mitologi. Merupakan kombinasi dua ekor binatang yaitu kombinasi ikan dengan gajah (gaja-mina) dengan variasi tertentu yang digambarkan dengan mulut terbuka lebar,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, Makara biasanya dipahatkan bersama-sama dengan kepala kala dan diletakkan pada bagian pintu masuk baik di kanan kiri maupun ambang pintu masuk candi, pada relung candi, dan di ujung pipi tangga candi.
Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber, lanjut Nurmatias, makara yang ditemukan di Sungai Sibanail merupakan makara berbentuk gaja-mina (kombinasi ikan dengan gajah).
“Makara ini berukuran tinggi sekitar 95 cm terbuat dari bahan Sandstone (batu pasir) yang banyak ditemukan di aliran Sungai Batang Sibinail. Dari morfologi, makara ini berbentuk kepala binatang dengan mulut terbuka lebar.” ungkap Nurmatias. (Zulfikar)