Puskesmas dan RS di Mentawai Tak Punya APD untuk Tangani Pasien Corona

Konten Media Partner
21 Maret 2020 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di tengah maraknya wabah virus corona (COVID-19), tentunya segala upaya akan dilakukan untuk pencegahan. Apalagi, daerah-daerah yang diminati turis asing, seperti Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Saat ini, tim medis memang menjadi garda terdepan dalam penangan wabah COVID-19. Tak jarang, mereka merupakan orang-orang yang paling rentang tertular wabah yang telah mendunia itu, apalagi ketika mereka tak dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
Hal itulah saat ini yang dirasakan di 15 puskesmas di Kabupaten Kepulauan Mentawai, mereka tak memiliki APD yang memadai, hanya menggunakan jas hujan plastik sebagai pelindung diri. Bahkan, di pusat ibu kota kecamatan, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mentawai, hanya memiliki baju operasi untuk menghadang virus corona.
Meskipun diketahui, Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Kepulauan Mentawai belum ada yang dinyatakan positif COVID-19. Namun, antisipasi lebih awal tentunya menjadi hal yang lebih penting. Apalagi, Mentawai satu-satunya daerah yang sangat dilirik wisatawan mancanegara ketika menginjakkan kaki di Sumbar.
ADVERTISEMENT
Lalu, di RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai, orang yang diduga terjangkit COVID-19 hanya bisa dirawat dalam rentang waktu 24 jam. Mereka harus segera dikirim ke Padang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, karena memang peralatan di rumah sakit tersebut tidak memadai.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar menyebutkan, saat ini Mentawai sangat membutuhkan APD, karena hingga sekarang, petugas medis di Mentawai hanya memiliki APD berupa masker dan sarung tangan.
“Kalau untuk APD corona masih kurang, kami masih sangat membutuhkan, apalagi dengan kondisi sekarang. Kami hanya ada masker dan sarung tangan,” ujarnya saat dihubungi Langkan.id via telepon, Sabtu (21/3).
Baju Hazardous material suit dan Hazmat Suit, kata Lahmuddin, hingga saat ini tak pernah dimiliki Mentawai. Para petugas medis hanya memanfaatkan baju operasi, itupun di RSUD Mentawai. Sementara, petugas medis yang ada di masing-masing puskesmas, hanya menggunakan jas hujan plastik.
ADVERTISEMENT
“Semua sarana dan prasarana itu harus ada. Kita tidak tahu kasus yang terjadi, tapi mudah-mudahan tidak ada. Baju Hazmat tidak ada. Sebelumnya, kami pakai baju operasi, kalau di puskesmas pakai jas hujan dan di RSUD pakai baju bedah,” ungkapnya.
Salah satu kasus yang pernah ditangani, kata Lahmuddin, saat evakuasi warga negara asing di Mentawai beberapa waktu lalu. Tim medis hanya mengunakan jas hujan. Evakuasi warga negara asing itu berlangsung di Siberut.
Meskipun para warga negara asing tersebut hanya mengalami gejala sakit perut, karena diketahui baru selesai menyantap daging babi. Mereka dinyatakan bukan terjangkit virus corona (Covid-19). Namun setidaknya, kejadian ini membuktikan betapa ngerinya perjuangan para tim medis di Bumi Sikerei.
ADVERTISEMENT
“Ya mau tidak mau, itulah risiko petugas tim medis kami yang masih butuh perhatian, baik sarana dan prasarana. Belum lagi memikirkan transportasi ke Padang, memang kerja berat bagi kami,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, katanya, hanya bisa memperketat pengawasan dalam mengantisipasi penyebaran virus corona masuk ke wilayah itu. Salah satunya, menutup semua pintu masuk di seluruh pelabuhan di Kota Padang ke Mentawai.
Keputusan itu telah tertuang dalam surat edaran yang ditanda tangani Ketua Gugus Tugas COVID-19, yaitu Wakil Bupati Mentawai, Kortanius Sabeleake. Dalam surat itu, kapal-kapal pesiar maupun reguler dilarang memberangkatkan wisatawan mancanegara ke Mentawai. Ini berlaku mulai 20 Maret hingga 5 April 2020.
Dijelaskan Lahmuddin, di Mentawai terdapat sebanyak enam Orang Dalam Pemantauan (ODP), diketahui baru pulang dari daerah terjangkit COVID-19. Mereka saat ini terus dimonitoring tim medis selama masa inkubasi 14 hari.
ADVERTISEMENT
“Kalau masyarakat dari daerah terjangkit dan tertular yang berada di Mentawai, totalnya ada 117 orang, 37 diantaranya merupakan warga negara asing. Itu data kemarin sore. Kalau Pasien Dalam Pengawasan (PDP), tidak ada,” ungkapnya.
Upaya dalam penanganan untuk mengantisipasi wabah virus corona ini terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai di tengah serba keterbatasan. Termasuk, menyediakan satu unit ruang isolasi di RSUD Mentawai.
Namun, ruang isolasi itu hanya dipergunakan dalam penanganan sementara, yaitu hanya untuk 24 jam. Selanjutnya, pasien akan dibawa ke rumah sakit rujukan corona, seperti di RSUP M Djamil Padang yang memiliki fasilitas yang memadai meskipun dalam keadaan darurat atau malam hari sekalipun.
“Kita berharap tidak ada kasus ya (COVID-19). Masyarakat Mentawai semua kami edukasi untuk hidup sehat. Termasuk menghindari kegiatan kerumunan masyarakat, dan kami juga telah meliburkan sekolah,” jelas Lahmuddin.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, masyarakat juga turut saling bahu membahu dalam penanganan wabah tersebut. “Mari kita sama-sama berdoa, dan kita harapkan masyarakat bahu membahu dengan mandiri menolong dirinya. Kalau sakit, segera datang ke petugas kesehatan, kerja sama ini yang sangat kita harapkan sekarang,” katanya.
Diketahui sebelumnya, hingga saat ini sebanyak 200 turis asing masing berada di Mentawai. Pemerintah akan segera berkoordinasi dengan pihak imigrasi untuk perpanjangan visa mereka. Para turis itu juga diminta agar tidak kontak langsung dengan masyarakat setempat.