Sosok Inyiak Canduang di Mata Sejarawan

Konten Media Partner
4 Maret 2018 0:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosok Inyiak Canduang di Mata Sejarawan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang- Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau dikenal Inyiak Canduang layak dianugerahi pahlawan nasional. Inyak Canduang dikenal sebagai ulama besar dari Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Inyak Canduang lahir pada tahun 1871 di Canduang. Ia mangkat pada 1 Agustus 1970.
Inyiak Canduang dikenal sebagai pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada 1928. Organisasi ini menjadi rujukan bagi berbagai sekolah agama di Sumatera Barat dan provinsi lainnya.
Sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Nopriyasman mengatakan, ada enam catatan yang bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam menganugerahi Inyak Canduang sebagai pahlawan nasional.
‌Pertama, kata dia, Inyiak Canduang konsisten dalam memajukan bangsa dari bidang pendidikan. Baginya, agama Islam adalah pondasi penting dalam upaya memajukan martabat bangsa.
"Sumbangsih beliau tidak terbantahkan sejak masa penjajahan Belanda, bahkan Madrasyah Tarbiyah Islamiyah (MTI) binaan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli tetap eksis mengemban misi pendidikannya pada era kemerdekaan ini," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kedua, aktivitas politik dari Inyiak Canduang sudah dimulai sejak masa kolonial. Dia pernah menjadi pengurus dan ketua anak cabang dari organisasi Syarikat Islam (SI) di Baso (Agam).
Meskipun Inyiak Canduang dicatat sejarah sebagai orang yang beraliran tua, namun dalam praktik perjuangannya, ternyata bersifat moderat. Dia mampu bekerjasama dengan ulama-ulama aliran muda.
"Syarikat Islam merupakan salah satu organisasi politik yang turut membidani kebangkitan nasionalisme Indonesia, dan Inyiak Canduan pun ikut terjun menjadi pemimpin di anak cabang organisasi itu," ujarnya.
Ketiga, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli banyak memberi masukan bagi pembenahan pemerintahan dan strategi-strategi berhadapan dengan Belanda pada masa revolusi. Perti yang dahulunya organisasi sosial keagamaan disetujui menjadi partai politik.
"Hal ini membuktikan bahwa Inyiak Canduang, percaya bahwa berjuang secara politis dan kepartaian diperlukan untuk menjaga sikap konsistennya memerdekakan republik dan anti terhadap penjajahan," ulasnya.
ADVERTISEMENT
Keempat, Inyiak Canduang juga berjasa dalam memberikan pemikiran dalam upaya mencari solusi terhadap persoalan perkembangan negara pasca revolusi. Beberapa solusi yang ditawarkan menyangkut soal kelayakan seorang menjadi pemimpin negara, penegakan keadilan, pemeratan pembangunan, hingga perlunya masyarakat kembali menerapkan nilai-nilai adat dan syarak, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Berkat suaranya dalam berbagai kesempatan, termasuk di media massa, maka ungkapan “adat bersyandi syarak, syarak bersandi kitabullah” menjadi populer dan masyhur sebagai identitas orang Minangkabau," imbuhnya.
Kelima, kata dia, Inyiak Canduang sebagai ulama besar, sepanjang hayatnya hadir sebagai pengayom umat, dengan mengedepankan semangat persaudaraan dan perdamaian antara berbagai kelompok masyarakat bangsa.
Berbagai pencerahan masyarakat telah dilakukan sejak masa kolonial, sebagai Qhadi, Ketua Mahkamah Syari’ah dan anggota onstituante.
ADVERTISEMENT
"Bahkan diusia senjanya setelah pensiun dari Ketua Mahkamah Syari’ah Sumatera Tengah pada 1960, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli tetap mengasuh pesantren Tarbiyah Islamiyah di daerah asalnya, Candung," ujarnya.
Keenam, Inyiak Canduang juga meninggalkan warisan untuk kejayaan bangsa dengan karya tulisnya. Berupa buku atau pun karangan yang diterbitkan media massa.
Beberapa dari karya itu masih tersimpan dan terawat baik di Pesantren Tarbiyah Islamiyah (Perti). Karya-karya itu, diantaranya Dhiyaus Siraj fil Isra' wal Mi'raj, Tsamaratul Ihsan fi wiladah Sayyidil Insan, Dawa-ul Qulub fi qishah Yusuf wa Yaqub, Risalah al Aqwal al-Washitah fidz Dzikri war-Rabithah.
"Masih banyak karyanya yang belum tersebutkan, secara ontologis tulisan yang Inyiak Canduang buat memberikan pencerahan umat manusia. Secara aksiologis memperterang makna filosofi dari zaman ke zaman, dan secara epistemologi memberi pengetahuan tentang berbagai nilai dan ketajaman analisis praktik agama dan masyarakat," ujarnya. (Almurfi Syofyan)
ADVERTISEMENT