5 Tanda Anak Dapat Kekerasan dari Orang Terdekat

Latifatul Chasanah S Psi
Anggota bidang gender dan konseling keluarga Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat
Konten dari Pengguna
6 Maret 2023 11:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latifatul Chasanah S Psi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Anak adalah sosok yang paling rentan menerima kekerasan dari orang dewasa. Tidak hanya kekerasan fisik, namun juga kekerasan dalam bentuk verbal dan seksual. Hal ini dikarenakan secara fisik anak tidak mampu melawan orang dewasa sedangkan secara mental, anak masih dalam tahap perkembangan.
ADVERTISEMENT
Orang dewasa di sekitar anak, sudah seharusnya memberikan perlindungan seperti rasa aman dan nyaman pada anak. Akan tetapi, tidak jarang kekerasan pada anak justru dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya bahkan orang terdekat anak seperti orang tua, kakek dan tetangga.
Pemicunya bisa karena beberapa hal seperti emosi yang tidak dapat ditahan, anak melakukan kesalahan, menghadapi masalah yang dilampiaskan pada anak dan lainya.
Meski kadang orang tua atau orang terdekat anak melakukan kekerasan tanpa sengaja seperti mengumpat karena kesal atau memukul karena ingin mendisiplinkan anak, namun ada cara lain yang seharusnya lebih bijak dipilih dalam menghadapi anak.
Untuk itu sebagai orang dewasa kita dapat membantu anak yang mendapatkan kekerasan dari orang terdekat dengan mengenali ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan seperti:
ADVERTISEMENT

1. Tidak Betah di Rumah

Ilustrasi dampak buruk medsos bagi anak. Foto: Dragana Gordic/Shutterstock
Anak yang mengalami kekerasan oleh orang terdekat terutama yang tinggal dalam satu rumah, tidak akan betah berada di rumah meski sudah waktunya pulang.
Ia lebih suka bermain ke rumah teman, tetangga, saudara atau berada di luar rumah dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan ia merasa tidak aman jika berada di rumah.

2. Sering Terlihat Murung dan Tidak Ceria

Ilustrasi anak sedih, anak stres, anak jadi korban bully. Foto: Shutterstock
Dunia anak adalah dunia bermain, ia akan senang saat bisa bermain dengan teman atau memainkan permainan yang ia suka. Sehingga anak yang murung dan tidak ceria adalah ciri-ciri anak yang memiliki masalah.
Bisa jadi anak takut melaporkan kekerasan yang ia terima karena pelakunya orang yang dekat dengannya dan ia memilih untuk diam, sehingga membuat ia terlihat murung.
ADVERTISEMENT

3. Memiliki Bekas Luka Tidak Wajar

Ilustrasi luka bakar pada anak. Foto: NikomMaelao Production/Shutterstock
Saat bermain kadang anak melukai badannya sehingga meninggalkan bekas luka. Namun bekas luka pantas dicurigai jika berada di bagian-bagian yang tidak seharusnya atau bentuk luka yang tidak wajar seperti luka bakar karena setrika atau rokok, luka hantaman benda tajam, luka lebam dan luka pada kemaluan.

4. Takut Bertemu Orang Tertentu

Ilustrasi anak takut. Foto: Shutter Stock
Bila anak ceria saat bermain namun tiba-tiba terdiam atau takut ketika bertemu orang tertentu, anda pantas mencurigai orang tersebut. Bisa jadi anak merasa takut atau trauma karena pernah mendapatkan kekerasan dari orang tersebut.

5. Gelisah atau Gugup

Ilustrasi anak praremaja mudah emosi. Foto: BearFotos/Shutterstock
Perasaan tidak aman berada di sekitar orang terdekatnya menimbulkan kegelisahan sepanjang hari pada anak. Hal ini dikarenakan anak selalu memikirkan kekerasan yang ia alami dan ia tidak memiliki tempat berlindung dan melarikan diri. Sehingga ia merasa tidak ada jalan keluar, selain menerima kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
ADVERTISEMENT
Dengan mengenali ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan dari orang-orang terdekatnya, kita dapat membantu agar anak berada di tangan yang tepat.
Bekas luka pada tubuh anak akan dapat sembuh seiring berjalannya waktu, namun luka batinnya akan menimbulkan trauma yang tidak disadari hingga dewasa bahkan menikah dan memiliki anak. Jangan sampai kekerasan yang diterima anak, akan diteruskan saat ia menjadi orang tua.