Misteri Remaja Enggan Terbuka dengan Orang Tua

Latifatul Chasanah S Psi
Anggota bidang gender dan konseling keluarga Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat
Konten dari Pengguna
9 Maret 2023 18:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Latifatul Chasanah S Psi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Remaja berada pada rentang usia 13-18 tahun. Kondisi ini merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa. Pada usia ini, remaja berproses dengan melakukan berbagai macam eksplorasi untuk menemukan jati dirinya, sehingga memberi kesan tidak takut pada apa pun dan cenderung meledak-ledak.
ADVERTISEMENT
Perilaku ini membuat orang-orang di sekitarnya kewalahan terutama orang tua. Hal ini kemudian menimbulkan kesalahpahaman, pertengkaran hingga berujung kekerasan. Tidak sedikit anak yang lebih memilih keluar dari rumah, mencari kenyamanan di tempat lain, bertemu komunitas yang salah dan berakhir di jalan.
Orang tua seringkali berdalih bahwa remaja tidak dapat diajak bicara, selalu berkata kasar menyakiti perasan orang tua, berperilaku semaunya dan tidak tahu aturan. Sehingga orang tua merasa berhak mendidik dan mendisiplinkan remaja dengan cara apa pun. Namun jika kita melakukan instropeksi, sebenarnya ada beberapa kekeliruan dalam membangun hubungan dengan remaja yang menyebabkan orang tua berpikir bahwa remaja sangat susah dipahami.

Tidak membangun komunikasi sejak dini

Ilustrasi Remaja ngobrol dengan Orang Tua. Foto: Getty Images
Remaja tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan ia tumbuh bersama dengan cara bicara dan perilaku orang tua serta lingkunganya. Pada masa anak belajar bicara yaitu di mulai saat usia 2-3 bulan atau saat anak memahami sedang diajak komunikasi oleh orang lain. Dengan kata lain, usia tersebut adalah waktu yang paling tepat untuk membangun komunikasi dengan anak.
ADVERTISEMENT
Meski anak tidak memahami apa yang dibicarakan namun anak akan belajar bahwa ia diajak komunikasi seperti cara menatap, cara menyentuh, cara menggerakan bibir dan raut wajah lawan bicara. Semua terekam pada anak yang pada suatu hari akan ditirunya.
Membangun komunikasi dengan anak sedini mungkin dapat memberikan manfaat pada fase-fase perkembangan anak selanjutnya seperti pada saat anak harus belajar MPASI, toilet training, belajar berjalan, anak sedang sakit dan lainya.
Dengan melakukan komunikasi yang baik, orang tua tidak akan kesulitan menyampaikan maksud dan tujuan dalam melakukan sesuatu yang baru menurut anak atau melewati hal yang tidak nyaman. Anak juga akan dengan mudah mengatakan perasaannya dan keinginan soal cara orang tua memperlakukanya.
ADVERTISEMENT
Termasuk saat anak memasuki usia remaja, ia akan mudah dipahami karena terjalin komunikasi yang baik. Remaja mampu mengatakan hal yang ingin dilakukan dan ingin dicapainya. Orang juga mampu menjelaskan perilaku-perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka tidak akan ada kesalahpahaman anatara remaja dan orang tua.

Orang tua tidak mau mendengarkan

Ilustrasi remaja rebel. Foto: Shutter Stock
Seringkali orang tua hanya memperhatikan garis besar apa yang dilakukan remaja dan mengabaikan bagian-bagian penting. Misalnya saat remaja bergadang tidak keluar kamar, saat orang tua meminta penjelasan apa yang sedang dilakukannya. Orang tua merasa apa yang dilakukan tidak ada manfaatnya dan mengabaikan penjelasan. Hal ini membuat anak tidak lagi ingin berbicara, karena merasa percuma.
Mengabaikan apa yang dibicarakan remaja, sama halnya dengan tidak menghargai dan percaya pada apa yang dilakukan remaja. Obrolan seringan apapun akan sangat berharga bagi remaja jika didengarkan dan diberikan masukan atau timbal balik dari apa yang dibicarakan. Ia adalah cerminan bagaimana cara kita berbicara dengan orang lain. Karena ia akan melakukan apa yang kita lakukan saat berbicara dengan orang lain
ADVERTISEMENT
Luangkan waktu untuk mendengarkan cerita remaja tentang apa yang dikerjakan dan meminta remaja melibatkan orang tua dengan apa yang ingin dilakukanya. Misalnya remaja bergadang karena sedang belajar membuat konten, cari tahu bagaimana kita sebagai orang tua bisa membantunya, mendengarkan keluh kesahnya, memuji sekecil apapun pencapaianya, menemani prosesnya dan jangan hujat kegagalanya.
Pentingnya komunikasi yang sehat antara anak dan orang tua harus disadari sedini mungkin. Bukan dimulai saat ada masalah atau musibah. Remaja bukan tidak terbuka dengan orang tua, melainkan orang tua tidak mengajari mereka bagaimana cara mengutarakan pendapat.