Konten dari Pengguna

Film Horor Found Footage: Ketika Kamera Menjadi Saksi Bisu Kengerian!

Victoria Martha Laura Alone
Victoria Martha adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta jurusan ilmu komunikasi yang suka sekali dunia film dan make-up. Ia sering bereksperimen dengan berbagai gaya makeup serta menonton dan mengamati berbagai macam film, khususnya horor!
14 Oktober 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Victoria Martha Laura Alone tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua anak kecil yang menonton film horor hingga ketakutan. Foto: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Dua anak kecil yang menonton film horor hingga ketakutan. Foto: freepik.com
Kamu suka film horor?! Film horor found footage telah berhasil membuat penontonnya bergidik ketakutan dan merinding. Dengan kamera sebagai saksi bisu, genre ini menghadirkan pengalaman menonton yang begitu nyata dan intens, seakan-akan kita ikut berada di dalam kejadian mengerikan yang sedang berlangsung.
ADVERTISEMENT
Genre horor sendiri menjadi salah satu genre dalam dunia perfilman yang paling popular khususnya Indonesia. Film Indonesia dengan penonton terbanyak saat ini pun dipegang oleh genre horror berjudul KKN di Desa Penari (2022). Film-film dengan genre horor dirancang menggunakan elemen-elemen yang secara psikologis dan emosional menekan audiens, memunculkan ketegangan yang bisa membuat jantung berdebar kencang. Mulai dari ancaman fisik seperti monster dan pembunuh, hingga teror psikologis yang tak terlihat, genre horor menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam, sering kali menggali ketakutan manusia yang paling mendasar.
Istilah "horor" berasal dari bahasa Latin, "horrere," yang berarti "berdiri bulu kuduk karena takut." Makna ini tepat menggambarkan tujuan utama genre ini, yaitu membangkitkan reaksi fisik dan emosional yang intens, seperti ketegangan, rasa cemas, atau bahkan kepanikan (Costanzo, 2014: 209). Reaksi semacam ini kerap disebabkan oleh berbagai unsur dalam film horror mulai dari suasana menyeramkan, musik menegangkan, hingga kemunculan sosok-sosok mengerikan yang mengejutkan. Genre horror sendiri memiliki beberapa sub-genre, seperti horror thriller, horror found footage, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Genre horror found footage adalah sebuah teknik pembuatan film dimana seluruh atau sebagian besar adegan dalam film disajikan seolah-olah merupakan rekaman peristiwa nyata yang ditemukan secara kebetulan serta di kemas dengan kesan horror atau menegangkan (Muzakki et al., 2023). Bayangkan kamu menemukan sebuah kamera video tua di gudang dan di dalamnya terdapat rekaman-rekaman peristiwa aneh atau menyeramkan. Nah, film found footage berusaha menciptakan efek seperti itu.
Genre horor found footage, dengan gaya sinematografinya yang khas dan kemampuannya menciptakan atmosfer mencekam, telah berhasil memikat hati penonton di seluruh dunia. Di Indonesia, genre ini juga semakin populer dan mengalami perkembangan yang menarik. Dengan mengandalkan rekaman yang seolah-olah ditemukan secara kebetulan, film-film horor found footage berhasil menghadirkan pengalaman menonton yang imersif dan menggugah rasa penasaran.
ADVERTISEMENT
Salah satu film dengan genre horor found footage yang paling ikonik adalah The Blair Witch Project yang dirilis pada 1999 menceritakan kisah tiga mahasiswa film yang hilang saat membuat dokumenter tentang legenda penyihir Blair di hutan Black Hills, Maryland. Rekaman video amatir mereka yang ditemukan setelah mereka dinyatakan hilang menjadi satu-satunya bukti petualangan mengerikan yang mereka alami.
Jika dibandingkan dengan negara-negara Barat, horor found footage di Indonesia mungkin masih terbilang baru. Namun, seiring dengan berkembangnya industri perfilman Tanah Air, genre ini mulai mendapatkan perhatian yang lebih serius. Film Keramat (2009) maupun sekuelnya Keramat 2: Caruban Larang (2022) menjadi salah satu pionir genre horor found footage di Indonesia.
Keramat (2009) mengisahkan sekelompok anak muda yang membuat film dokumenter tentang tempat-tempat angker di Yogyakarta. Selama perjalanan mereka, kejadian-kejadian mistis mulai menghantui. Sementara itu, Keramat 2: Caruban Larang (2022) mengikuti sekelompok mahasiswa yang melakukan penelitian tentang tarian tradisional di Cirebon. Penyelidikan mereka membawa mereka ke dalam dunia mistis yang penuh dengan misteri dan bahaya. Kedua film ini sama-sama menggunakan format found footage untuk menciptakan atmosfer mencekam dan mengajak penonton untuk ikut merasakan pengalaman horor yang dialami para karakter.
ADVERTISEMENT
Genre horor found footage membuktikan bahwa ketakutan paling mencekam justru hadir dalam bentuk yang sederhana: rekaman yang terlihat amatir, cahaya yang berkedip, dan suara-suara aneh yang samar. Dengan mengandalkan imajinasi penonton, film seperti The Blair Witch Project dan Keramat sukses menciptakan ketakutan yang nyata dan pengalaman menonton yang sulit dilupakan. Seiring perkembangan teknologi, kita bisa menantikan lebih banyak film horor found footage yang segar dan inovatif di dunia perfilman Indonesia. Pertanyaannya, seberapa jauh kita berani menjelajahi rasa takut yang tersembunyi di balik rekaman-rekaman misterius itu?
Ditulis oleh: Victoria Martha Laura Alone (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Referensi
Costanzo, William V. (2014). World Cinema through Global Genres. West Sussex: Wiley Global Research.
ADVERTISEMENT
Muzakki, M. A., Pradhono, C., & Adriyandi, A. (2023). Unsur Sinematik dalam Membentuk Genre Found Footage pada Film Keramat Karya Monty Tiwa. Rolling, 6(2), 104. https://doi.org/10.19184/rolling.v6i2.42645.