Konten dari Pengguna

Indonesia Darurat Premanisme, Agama dan Keluarga Sebagai Prediktor Solusi Utama

Lauren David Rangga Wardhana
Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Airlangga - Tidak bermaksud menggurui, hanya ingin berbagi melalui sedangkal pemikiran, ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Kebenaran yang absolut hanya milik Allah semata.
1 Oktober 2024 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lauren David Rangga Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://cpps.ugm.ac.id/premanisme-makin-meresahkan-masyarakat-suara-merdeka/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://cpps.ugm.ac.id/premanisme-makin-meresahkan-masyarakat-suara-merdeka/
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang telah dikenal dunia memiliki toleransi yang baik dalam hidupan bermasyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya berbagai macam keragaman suku, ras, agama dan budaya tidak menjadikan kehidupan bermasyarakat di Indonesia mengalami perpecahan.
ADVERTISEMENT
Menurut indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) tahun 2023, persentase tingkat toleransi di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 73,09 persen dan mengalami peningkatan menjadi 76,02 persen pada tahun 2023.
Nyatanya hal tersebut semata-mata tidak menjamin bahwa tingginya toleransi antar masyarakat menjadikan kehidupan bermasyarakat berjalan dengan damai dan aman sebagaimana mestinya.
Kemang - 29 September 2024, dalam kegiatan diskusi forum tanah air yang dihadiri oleh beberapa tokoh nasional terjadi tindakan premanisme yang dilakukan oleh sekelompok preman. Puncak dari tindakan tersbut yaitu pembubaran acara secara paksa.
Fenomena tersebut mengindikasikan banyak pertanyaan. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan premanisme yang terjadi?, apakah ada solusi terkait dengan pencegahan premanisme? dan berbagai pertanyaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejatinya khasus premanisme tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat dalam suatu negara. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya catatan kejahatan yang selalu ada di setiap negara. Walaupun begitu bukan berarti tindakan premanisme ini tidak dapat dicegah. Permasalahan premanisme sejatinya menjadi tanggung jawab semua warga negara. Pemerinta mempunyai kewjiban untuk memberikan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi secara layak, menyediakan pelatihan kerja dan lapangan pekerjaan yang memdai, dan tentunya mengadakan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan pola pengasuhan anak kepada setiap orang tua agar penerus bangsa dapat tumbuh menjadi individu yang berkualitas.
Selain pemerintah. Orang tua juga memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya premanisme sejak dini yaitu mendidik anak dengan cara menerapkan pola pengasuhan yang tepat dan senantiasa menanamkan nilai-nilai yang positif serta memberikan contoh beperilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui peran orang tua pergaulan anak juga akan dapat di kendalikan dan di arahkan untuk memilih pergaulan yang positif.
ADVERTISEMENT
Pola pengasuhan yang baik adalah pola pengasuhan yang menerapkan proses seringnya bertukar pendapat dengan anak, sering mengkomunikasikan hal yang bersifat sederhana sampai bersifat sangat penting. Membantu anak jika ada kesulitan, dan memberikan anak kesempatan untuk bependapat tentang apa yang mereka pahami. Pola pengasuhan tersebut dikenal sebagai pengasuhan otoritatif.
Sumber: https://www.haibunda.com/parenting/20210422110536-61-207705/5-cara-mendidik-anak-dalam-islam-bunda-perlu-tahu
Behasilnya pola pengasuhan otoritatif juga dapat dilihat dari bagaimana orang tua mengenalkan pentingnya untuk senantiasa mengenal agama yang dianut dengan penuh pemaknaan. Orang tua harus senantiasa untuk terus memberikan anak pemahaman terkait dengan konsep taat menjalan setiap apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi setiap larangan yang diperintahkan oleh Allah.
Jika kedua aspek ini dapat berjalan dengan baik, maka tindakan premanisme pada anak sejak awal sudah dapat di hindari.
ADVERTISEMENT
Lauren David R. Wardhana, Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Airlangga.