Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Aula Barat Sebagai Tonggak Sejarah ITB
5 Januari 2023 13:07 WIB
Tulisan dari Lauren Marxoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aula Barat merupakan salah satu gedung ikonik di ITB yang dirancang oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda, Henri Maclaine Pont. Keistimewaan dari gedung ini terletak pada perpaduan arsitektur kolonial dan arsitektur lokal khas Indonesia. Maclaine Pont telah menggunakan logika struktur modern untuk menciptakan ruangan yang luas tanpa adanya penyangga di bagian tengah dengan tetap berupaya menanamkan nilai-nilai lokalitas, yakni dengan sistem patent laminated wooden arc construction parts.
ADVERTISEMENT
Setelah menyelesaikan proses pembangunan, gedung ini kemudian diresmikan pada 3 Juli 1920. Namun, gedung ini mendapat respon kurang baik dari C.P. Wolff Shcoemaker yang menganggap bahwa Maclaine Pont tidak konsisten dalam merancang karena karya arsitektur yang terbangun tidak sesuai dengan konteks lanskap di sekitarnya. Menurut Schoemaker, Aula Barat yang dibangun di Pulau Jawa memiliki bentuk atap yang terlihat seperti atap arsitektur Minangkabau yang ada di Pulau Sumatera. Meskipun demikian, gedung ini juga mendapat respon positif dari Ir. J. Gerber, seorang arsitek yang merancang gedung sate dan H.P. Berlage, seorang arsitek Belanda yang kala itu sedang mengunjungi Pulau Jawa. Menurut Berlage, Aula Barat karya Maclaine Pont merupakan sebuah pencetus gaya baru dalam langgam yang sangat didambakan olehnya, Indo-Europeesche.
ADVERTISEMENT
Aula Barat pernah mengalami restorasi besar-besaran pada tahun 2013. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan wujud arsitektur Aula Barat seperti kondisi awal saat gedung ini berdiri.
Salah satu hal yang dilakukan adalah pemudaran cat berwarna hitam yang melapisi beberapa elemen bangunan termasuk juga elemen penting yang menjadi ciri khas monumental aula ini, yaitu pada kolom lengkungnya. Pemudaran cat tersebut membuat keindahan alami dari lapisan-lapisan kayu glulam kembali terkespos sehingga dapat dinikmati oleh seluruh pasang mata yang sedang berkunjung. Bagian jendela pada gedung ini juga mengalami restorasi. Jendela awalnya ditutup secara permanen sehingga memberikan kesan ruangan yang gelap dan menyebabkan aktivitas di dalam gedung menjadi kurang nyaman. Oleh karena itu, penutup jendela tersebut kini sudah dilepas sehingga memberikan akses masuknya cahaya matahari sebagai pencahayaan alami di siang hari.
ADVERTISEMENT
Selain interior, restorasi pada gedung juga dilakukan pada elemen eksterior.
Umpak kolom yang awalnya dicat dengan warna hitam mengkilap kini diganti menjadi hitam doff sesuai dengan wujud awal. Perbaikan pada pergola-pergola kayu yang terletak di bagian atas kolom batu kali khas arsitektur di ITB juga dilakukan. Perbaikan ini bertujuan untuk menyediakan tempat bagi tumbuhnya tanaman merambat yang sengaja ditanam agar membentuk sebuah kepala kolom, seperti yang terlihat pada sketsa awal Maclaine Pont.
Beberapa keunikan yang terdapat pada gedung Aula Barat ini diantaranya, penggunaan laminated wood pada struktur kolom penyangga utama. Kolom lengkung dua sendi yang menjadi identitas Aula Barat ITB ini merupakan hasil perkembangan teknologi pada masa kemajuan revolusi industri di Eropa serta sumber daya masyarakat lokal saat itu.
Struktur utama Aula Barat terdiri atas lima kolom lengkung yang terbuat dari 35 lembar lapisan kayu jati dengan tebal 1 cm dan lebar 18 cm yang direkatkan oleh lem. Untuk menjaga kekokohan dan kekakuan struktur, lapisan-lapisan kayu ini juga diperkuat oleh pengikat besi pada jarak tertentu di sepanjang kolom dan di umpak kolom dengan baut khas teknologi Eropa kala itu.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kaca patri pada bagian atas Aula Barat, tepatnya pada pertemuan antara kolom dan atap menjadikan gedung ini seolah-olah “mengambang” dan memiliki kesan yang ringan. Kaca patri merupakan ciri arsitektur kolonial Belanda dan ornamentasi dari arsitektur Jawa.
Gedung Aula Barat juga dirancang untuk merespon iklim tropis dengan memperhatikan penghawaan serta pencahayaan alami. Penghawaan di dalam gedung dirancang oleh Maclaine Pont dengan keberadaan ventilasi pada bagian bawah dinding untuk menjaga suhu udara di dalam gedung tetap nyaman. Posisi jendela yang diletakkan pada bagian Utara dan Selatan juga dimaksudkan untuk mengurangi panas akibat banyaknya sinar matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan.
Dalam merespon iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, beberapa saluran air diletakkan menempel di beberapa kolom yang tersusun secara repetisi di sekeliling gedung. Mengingat jenis atap yang digunakan pada Aula Barat adalah dutch hip roof dengan kemiringan yang sama pada keempat sisinya, maka keberadaan saluran air yang banyak dapat mengimbangi volume air hujan agar dapat tersalurkan dengan baik ke tanah tanpa merusak atap. Aula Barat juga didesain dengan selasar yang berfungsi untuk mencegah masuknya cahaya matahari secara langsung ke dalam ruangan sehingga terhindar dari panas dan silau.
ADVERTISEMENT