Konten dari Pengguna

Apakah Micromanagement Berbahaya?

Laurencia Stefiany
Mahasiswi Manajemen
3 Januari 2022 13:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laurencia Stefiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi micromanagement. source: https://www.istockphoto.com/vector/micromanagement-culture-that-monitor-and-control-you-in-every-single-step-of-your-gm1308509792-398472719
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi micromanagement. source: https://www.istockphoto.com/vector/micromanagement-culture-that-monitor-and-control-you-in-every-single-step-of-your-gm1308509792-398472719
ADVERTISEMENT
Dalam suatu organisasi atau pekerjaan, umumnya terdapat seseorang yang seringkali kita sebut sebagai atasan atau pemimpin. Dengan keberadaan mereka, kita tentunya berharap bahwa ia dapat menjadi panutan serta dapat membantu kita dalam menghadapi permasalahan. Seperti yang kita ketahui, setiap orang pastinya memiliki sifat yang berbeda antara satu sama lain. Hal itu menyebabkan adanya perbedaan gaya kepemimpinan, seperti otokratis, demokratis, micromanagement, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari, micromanagement merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang cukup sering saya temukan. Baik itu dalam lingkup organisasi, maupun lingkup pertemanan. Menurut Sidhu (2012), micromanagement merupakan gaya kepemimpinan yang terlalu mengontrol atau terlalu memperhatikan detail-detail kecil. Dalam dunia kerja, gaya kepemimpinan yang berfokus pada pengawasan berlebih ini perlu diwaspadai, karena dapat mengurangi potensi para pekerja.
Sebenarnya terdapat banyak sekali dampak negatif dari gaya kepemimpinan micromanagement yang masih belum kita ketahui. Saya sendiri pernah berada di bawah pimpinan micromanagement merasa kurang nyaman dengan lingkungan saya. Berikut ini merupakan dampak negatif dari gaya kepemimpinan micromanagement yang pernah saya rasakan:
1. Kemampuan yang kita miliki sulit untuk dikembangkan.
Sudah seharusnya bagi kita semua memiliki ruang bebas untuk menggali apa yang menjadi bakat dan kemampuan kita. Namun, apabila kita berada di bawah pimpinan yang terlalu mengekang atau memperhatikan kita secara berlebihan, akan lebih sulit bagi kita untuk mengembangkan bakat dan potensi yang kita miliki. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang menggunakan gaya micromanagement ini dapat dianggap sebagai penghalang bagi anggotanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
2. Pekerjaan yang diberikan tidak sesuai bakat dan minat.
Menurut penelitian, terdapat sekitar 73% karyawan di Indonesia yang tidak puas dengan pekerjaan yang mereka miliki. Selain itu, sekitar 63% orang Indonesia tidak bekerja sesuai dengan minat mereka. Tentunya terdapat banyak alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Namun, menurut saya salah satu alasan utama hal tersebut bisa terjadi karena masih banyak pemimpin-pemimpin di Indonesia yang hanya mementingkan keuntungan diri sendiri dan tidak menghargai apa yang sebenarnya menjadi minat dari para anggotanya. Hal ini sebaiknya dapat dihindari, karena hasil kinerja yang dilakukan tidak akan maksimal.
Albert Einstein pernah berkata, “Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid.” Artinya, semua orang itu jenius, namun jika kita menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya bahwa itu merupakan hal bodoh. Dari kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa mempekerjakan seseorang sesuai bakat dan kemampuan mereka merupakan hal yang penting dan harus kita perhatikan.
ADVERTISEMENT
3. Tidak terdapat rasa saling percaya dengan pimpinan yang ada.
Gaya kepemimpinan micromanagement ini dapat dikatakan sebagai salah satu bukti bagi seorang pemimpin yang tidak memiliki rasa kepercayaan terhadap para pekerjanya. Sebagai contohnya, saya pernah berada di posisi di mana pimpinan organisasi yang saya ikuti terlalu takut dan tidak percaya kepada para anggotanya. Dengan adanya rasa ketakutan berlebih tersebut, ia tidak pernah memberikan kesempatan kepada kami sebagai anggotanya untuk membuat keputusan sendiri. Meskipun terlihat sepele, hal tersebut sebaiknya dihindari karena karena dapat membuat lingkungan pekerjaan menjadi kurang nyaman dan mengakibatkan performa anggota atau karyawannya menurun.
Itulah beberapa alasan menurut saya, mengapa gaya kepemimpinan micromanagement sebaiknya dapat kita hindari. Meski begitu, menurut saya terdapat beberapa cara yang bisa kita lakukan agar tidak "terjerumus" dalam gaya kepemimpinan yang salah, antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Menghargai pendapat dan usaha orang lain.
2. Memberikan ruang bebas bagi setiap orang untuk mengembangkan minat dan bakatnya.
3. Tidak fokus pada diri sendiri.
4. Mau memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang.
5. Berusaha untuk memiliki rasa saling percaya dengan orang lain.
Steve Jobs pernah berkata, “It doesn’t make sense to hire smart people and then tell them what to do; we hire smart people so they can tell us what to do.” Artinya, tidak masuk akal apabila kita mempekerjakan orang pintar lalu memberi tahu mereka apa saja yang harus mereka lakukan, kita mempekerjakan orang pintar agar mereka bisa memberi tahu kita apa yang seharusnya kita lakukan. Oleh sebab itu, saya mengajak setiap kita untuk lebih berhati-hati dalam bertindak apalagi jika kita berada dalam posisi sebagai seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT