Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Aku diteror Makhluk Hitam Menyeramkan di Kamis Malam
6 Oktober 2022 10:32 WIB
Tulisan dari Laurentius Damar Parthasiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasakan, mimpi yang membuat kamu tidak bisa bangun dari tidurmu?
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu dicengkeram dan dicekik oleh makhluk halus?
Aku pernah melaluinya, lewat mimpi yang sangat mengerikan, membuatku hampir tidak bisa membuka mata.
***
Hai semua, namaku Damar dan ini adalah cerita horror pertamaku.
Aku adalah anak tunggal dari sebuah keluarga di Jakarta Selatan. Keseharianku adalah bekerja dari pukul 8.00-17.00 sebagai sebuah buruh pabrik di perusahaan swasta yang mengolah sawit.
Kisah ini terjadi ketika aku berada di Batam, saat aku merantau beberapa bulan yang lalu. Tepatnya di bulan Juni, di hari Kamis malam di pertengahan bulan.
Pekerjaanku sebagai buruh pabrik terkadang memaksaku untuk pulang lembur dalam beberapa kesempatan.
Hari itu aku pulang pukul 20.00 karena ada suatu proyek besar. Setelah berkemas dan berpamitan dengan rekan, aku pulang dan menunggu bus jemputan.
ADVERTISEMENT
Malam itu sangat sunyi. Aku menunggu bus jemputan untuk pulang. Bus berangkat pukul 20.30.
Sesampainya di bus, aku memutuskan untuk tidur karena kelelahan. Mataku terpejam tidak sadarkan diri.
Hari itu sangat melelahkan. Selepas makan malam tadi, yang aku pikirkan hanyalah tidur, tidur, dan tidur.
Tak terbayang pekerjaanku yang melelahkan ini masih harus berlanjut keesokan harinya.
Terkadang kelelahanku membawaku kepada mimpi aneh. Misalkan aku pernah mimpi mengerjakan pekerjaan proyek dengan mengenakan baju piama.
Aku sering mendapatkan mimpi horror. Salah satu mimpiku bercerita tentang sebuah desa yang tak berpenghuni dan di dalamnya terdapat pengorbanan manusia dan kultus pemuja setan.
Mimpiku yang lain adalah tentang...
Pocong.
Suatu ketika aku pernah merasakan ada yang bergerak-gerak di sampingku sewaktu tidur. Dan saat kubalikkan badanku...
ADVERTISEMENT
Si Pocong telah menggantikan posisi gulingku.
Tidak hanya itu, tentang pocong yang melompat, pocong yang wajahnya berjarak 5 cm dari wajahku, pocong yang melayang dari jauh dan menutupi jalan.
Wajahnya yang sangat mengerikan membuat aku terbayang-bayang.
Kata salah seorang temanku, mimpiku menggambarkan kondisi kejiwaanku yang lelah dan terlalu banyak tekanan.
***
Begitu aku tiba, supir membangunkanku dan aku segera bergegas untuk turun dari bus.
Aku pulang dengan motor yang kuparkir di salah satu pusat perbelanjaan di Batam. Begitu sampai, aku langsung mandi dan berganti baju. Aku tidur cepat malam itu.
***
Malam yang gelap dan dingin itu mencekam. Aku hanya mendengar suara kipas dalam kondisi badanku yang lemah itu. Di sela-sela bunyi kipas, tiba-tiba...
ADVERTISEMENT
Kretek...
kretek...
kretek.
Bunyi apa itu?
Aku terbangun dan memeriksa keadaan di luar kamar. Kubuka jendela yang terdapat di sebelah kanan tempat tidurku.
Oh, hanya tokek. Seringkali aku kaget dengan kehadiran hewan itu di rumah tinggalku.
Aku kembali tidur dan berusaha memejamkan mata. Kini, lampu kamar aku matikan total.
Saat itu aku hanya bersama dua hal: aku dan kegelapan.
Atau...
Mungkin sesuatu yang lain yang berada di dalam kamar ini.
Entahlah, ketika sedang terlelap kau tidak bisa merasakan apa-apa bukan?
Tetapi, kali ini berbeda. Aku tidak benar-benar merasa sendirian.
Kucoba memejamkan mataku semakin erat dan mengabaikan pikiran-pikiran aneh. Aku tidak bisa membayangkan ada yang tidur disebelahku, di kasur berukuran King Sized Bed ini.
ADVERTISEMENT
Aku tidak berani meraba ke belakang, ataupun membalik tubuhku, ataupun membuka mata saat itu juga.
Saat itu aku merasa ada sesuatu yang berdiri di jendela yang tirainya masih terbuka.
Sial, aku lupa menutup tirai saat ingin memastikan bunyi aneh tadi.
***
Malam semakin larut. Aku sadari, dari tadi aku hanya bolak-balik posisi tidur. Aku mencoba membuka mata perlahan dan memeriksa telepon pintarku.
00.14
Rupanya sudah lewat jam dua belas malam. Anehnya aku tidak mendengar ada bunyi tiang listrik dipukul pertanda ronda sedang berlangsung.
Apakah aku sedang bermimpi?
Tidak. Aku masih bisa menggerakkan anggota tubuhku.
Aku juga bisa melihat seisi kamarku. Kali ini aku cukup bisa merasakan samar-samar penampakan kamarku yang berukuran 5 x 5 meter ini.
ADVERTISEMENT
Lelah dengan keadaan insomnia ini, aku terlelap ke dalam alam tidur yang gelap.
Dan di kamar ini, hanya ada aku.
Hanya aku.
Aku kali ini meyakinkan diriku bahwa di kamar ini memang hanya ada aku.
Dan akupun tertidur...
***
Aku berada di bangunan bertembok putih, dan memiliki banyak ruangan lain di dalamnya. Sejenak aku berpikir, apakah ini apartemen atau losmen?
Kurasa tidak, aku melihat pintu-pintunya tidak bertuliskan nomor. Semuanya berwarna hitam, dan tempatnya tidak beraturan.
Ruangan ini cukup panjang, tetapi tidak terlalu luas. Untuk sebuah apartemen, aku meragukan ada ruangan seperti ini di Kota Batam.
Aku bergerak maju, melangkahkan kedua kakiku yang saat ini beralaskan sepatu keselamatan industri. Langkahnya yang tegap membuat gema di ruangan ini.
ADVERTISEMENT
Prok.
Prok.
Prok.
Bunyinya yang berulang-ulang setiap kali aku menapakkan kaki di atas lantai keramik ini membuat pikiranku terhipnotis.
Bukan cuma itu, aku sedang tidak tahu aku berada di mana. Yang aku pikirkan hanyalah berlari.
Ternyata tidak semudah itu berlari dengan sepatu Safety ini. Selain karena kakiku sangat pegal, langkahku juga berasa sangat berat.
Berharap saja diriku ini tidak sedang dikejar-kejar.
Prok-
prok-
prok...
Bunyinya semakin cepat, begitu juga dengan detak jantungku yang semakin cepat.
Akupun berhenti. Aku menghentikan diriku pada ujung ruangan ini, yang ternyata memiliki tangga putar ke arah bawah.
Sekilas aku berpikir, ruangan ini seperti gedung jurusanku dulu waktu kuliah dulu. Susunan tangganya memang mirip, bedanya tidak ada Ruang Kuliah Umum maupun kamar mandi di sekitar tangganya.
ADVERTISEMENT
Hanya ada tangga, yang mengarah ke bawah. Sebuah basement.
Jujur saja, aku benci dengan basement. Dalam kepalaku, hanya ada ruang yang luas, kosong, tanpa cahaya matahari, dan suram.
Aku sangat paranoid apabila memasuki tempat yang sepi dan hanya ada aku seorang diri. Pikiranku sedang membaca situasi, tentang di mana aku berada saat ini.
Tangga ini tidak terlalu lebar, hanya selebar 1 meter saja. Untuk orang dengan badan besar sepertiku, mustahil untuk bisa berpapasan mulus dengan orang lain yang sama besarnya.
Berharap saja tidak ada seseorang atau sesuatu yang berdiri di tengah tangga.
Membayangkannya saja sudah ngeri, berharap aku tidak menemukan apa-apa sampai bawah.
Aku berjalan menuruni tangga ini, berharap segera sampai di ujungnya. Ujung sebelah bawah maksudku, berharap aku bisa menemukan pintu keluar.
ADVERTISEMENT
Setelah cukup banyak melewati anak tangga, kira-kira dua putaran, aku bertemu dengan salah seorang teman yang aku kenal.
Namanya Ica. Wanita yang berbadan agak tinggi dengan rambut yang lurus panjang. Dia adalah teman kantorku, berbeda departemen namun kami sering bercakap-cakap di luar jam kerja.
Ica menyapaku di tangga, katanya.
"Hai Damar, sendirian aja nih"
"Hah? Halo Ica, kok kamu ada di sini? Kita sebenarnya di mana sih?"
"Oh, sebenarnya kamu lagi ada di tempat yang nggak asing. Nanti kamu tahu kok ini tempat apaan"
"Maksud kamu apa Ca?"
"Udah nanti juga tahu kok Mar. Sampai jumpa yah?"
Ica melesat mendahuluiku. Ternyata badannya yang ramping mampu melewatiku di tangga ini. Mungkin juga karena badanku agak ditekan ke sisi tangga. Namun sebenarnya keadaan ini cukup memaksa.
ADVERTISEMENT
Tunggu sebentar.
Seingatku di atas tidak ada pintu masuk ataupun pintu keluar yang berarti. Hanya ada sekumpulan kamar, atau mungkin ruangan.
Apakah Ica tinggal di sini?
Entahlah, rasa penasaranku yang tinggi membuatku mengejar Ica ke atas.
Dengan napas terengah-engah, aku naik ke atas.
Aneh, selang beberapa menit saja aku tidak bertemu dengan anak itu.
Badanku yang merinding ketakutan menyadari kalau ini bukan tempat yang biasa. Aku baru saja berpapasan dengan ... entahlah.
Terlalu cepat untuk menamainya hantu, karena aku tidak tahu apa-apa soal tempat ini.
***
Aku kembali menuruni tangga lagi. Ternyata pada putaran tangga keempat, aku sudah berada di basement.
Basement ini aneh. Dia hanya berukuran 4 x 4 meter, dan hanya memiliki satu buah pintu coklat besar dengan dua daun pintu.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah itu, aku melihat ada tiga orang yang tidak aku kenal. Dua pria, satu wanita. Mereka bertiga sedang mengobrol dengan topik obrolan yang tidak aku ketahui.
Mereka berjalan setelah membuka pintu ke arah tangga, dan naik tangga.
Aku melongo kembali melihat tiga orang itu berjalan menjauh dari pintu, naik tangga dan pelan-pelan menghilang.
Aku bahkan tidak tahu ke mana mereka berjalan.
Pasalnya, aku sendiri tidak yakin bahwa yang aku lihat baru saja adalah manusia.
Rasa penasaranku membuat aku ingin mengikuti mereka bertiga dari jauh.
Padahal firasatku mengatakan buruk ketika ingin mengikuti tiga orang ini. Tiba-tiba, saat aku akan berbelok di putaran tangga kedua...
Mereka menghilang.
Benar saja, mereka menghilang di balik putaran tangga kedua dair bawah.
ADVERTISEMENT
Tempat ini semakin ngeri saja.
***
Begitu melihat suatu lorong di balik pintu yang terbuka, aku putuskan untuk melangkah masuk melewati pintu itu.
Ternyata, ruangan ini masih panjang.
Kini aku melihat suatu lorong panjang seperti di salah satu mall di Depok.
Bedanya, lorong ini remang-remang. Cahaya lampu kuning menaunginya dari langit-langit lorong.
Diterangi lampu temaram, aku berjalan menyusuri lorong.
Di tengah-tengah lorong, terdapat dua pintu menuju kamar mandi. Satu untuk laki-laki dan yang lain untuk perempuan.
Aku bisa mengenali pintu itu adalah pintu kamar mandi, karena terdapat penanda di daun pintu yang sudah mulai agak pudar tergerus oleh waktu.
Aku berjalan masuk menuju kamar mandi laki-laki. Begitu masuk, aku merasakan ada hawa aneh di toilet ini. Hawanya berbeda.
ADVERTISEMENT
Ketika ruangan lain di luar sana terasa panas, di sini aku merasakan udara lebih dingin daripada kamar AC bersuhu 16 derajat.
Bukan hanya itu, ruangan ini juga bau. Tidak hanya bau pesing,
Aku bisa mencium bau, aneh...
Baunya seperti.
Darah...
Rasa penasaranku mendorongku untuk masuk lebih dalam. Selain itu, aku memang ingin buang air kecil.
Ada tiga bilik kamar mandi. Di bilik ketiga ini aku membuang air kecilku.
Saat aku membuang air, lampu terasa aneh karena setiap lampu kamar mandi berkedip-kedip. Kedipan itu terasa janggal, karena bukan berasal dari bola lampu normal.
Ketika bola lampu normal berkedip-kedip dengan ritme yang teratur, bola lampu ini berkedip dalam waktu yang tidak tentu. Rasanya seperti, ada yang sengaja membuatnya begitu.
ADVERTISEMENT
Begitu lampu menyala normal kembali, aku merasakan bahwa aku tidak sendirian di sana. Seperti ada yang menungguku di luar.
Ada seseorang yang mengamatiku selama ini.
Atau mungkin, sesuatu.
***
Setelah menunggu agak lama, aku memberanikan diri untuk keluar dari bilik ketiga, yang letaknya paling ujung ini.
Begitu aku membuka pintu, kupejamkan mataku karena aku tidak ingin melihat seseorang--bukan--sesuatu yang berdiri di depan pintu yang kusadari sejak tadi.
Dengan mata yang sebentar-bentar ditutup, aku keluar kamar mandi yang sempit itu. berharap aku tidak menabrak siapapun, atau apapun.
Aku menyadari, langkahku dalam berlari sangat-sangat lemah, entah apa penyebabnya.
Belum sempat aku memegang gagang pintu ketika aku berada di pintu keluar, leherku ditarik.
ADVERTISEMENT
Tangan hitam besar dan berbulu menahan badanku untuk keluar. Tangannya dingin, dan cengkeramannya kuat.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Aku mencoba memekik, tetapi tidak ada suara yang keluar.
Aku takut kalau-kalau aku tidak bangun dari mimpi atau alam ini.
Yang aku rasakan saat itu, dadaku sangat sesak. Aku meronta-ronta sambil melepaskan tangannya.
Kini "sesuatu" itu memegang kedua tanganku karena tanganku melepas tangannya dengan mudah, kendati aku telah kehabisan napas.
Badanku terasa lemas, akibat tadi leherku dicengkeram oleh makhluk ini. Cengkeramannya kuat karena dia hampir mencekik leherku dan membuatku kehabisan napas. Aku kehabisan tenaga untuk melawan kedua tangan ini.
Tangan makhluk itu menyeramkan. Tidak hanya berkuku panjang, tetapi juga berbulu lebat dan mengeluarkan aroma busuk.
ADVERTISEMENT
Aroma seperti darah.
Tidak salah lagi, berarti aroma tadi ditimbulkan oleh makhluk ini. Makhluk yang aku tidak tahu apa namanya.
Masih berusaha melepaskan diri, meskipun aku tak tahu berapa lamanya. Tiga detik? Lima detik? Satu menit? Atau satu jam?
Aku menyadari sesuatu, bahwa ruangan ini perlahan menjadi gelap.
Bukan karena lampu yang dimatikan, tetapi aku menyadari sekelilingku perlahan menjadi gelap. Seperti layar ponselmu yang brightness-nya menurun.
Secara perlahan, sekitarku menjadi gelap. Entah karena aku yang akan pingsan, atau makhluk ini membawaku ke kegelapan.
Anehnya aku masih bisa merasakan tanganku. Kakiku sendiri, sudah lemas sejak tadi dan tak bisa menendang.
Kakiku seakan terborgol belenggu.
***
Tangan kananku aku ayunkan sekuat tenaga untuk bisa lepas dari makhluk ini. Dengan tenaga sisa-sisa, aku mengeluarkan tenaga untuk melakukan apa saja.
ADVERTISEMENT
Memelintir, mengayun, menggoyang-goyangkan, dan menjepit. Aku ingin tangan kananku ini lepas dari tangannya.
Berhasil.
Tangan kananku terlepas darinya. Sekarang saatnya tangan kananku membantu tangan kiriku untuk melepaskan diri.
Saat itu juga kedua tangan dan kakiku lepas, dan aku berlari dengan tenaga yang tersisa ke pintu keluar.
Saat aku membalikkan badanku, aku melihat makhluk itu secara utuh dari atas hingga ke bawah.
Dia mirip seperti Genderuwo tetapi tidak begitu mirip, karena tidak berbentuk kera. Dia lebih seram lagi, karena rambutnya tidak beraturan dan mukanya seperti mengeluarkan nanah.
Mukanya hitam, menunjukkan ekspresi kemarahan. Badannya tinggi besar, kepalanya menyentuh langit-langit kamar mandi. Kulitnya dipenuhi rambut di sekujur tubuhnya. Rambutnya juga panjang, melebihi pundak dan agak gimbal.
ADVERTISEMENT
Dalam hitungan detik saja aku kabur dan berlari sekuat tenaga.
Berlari ke mana? Di atas saja tidak ada pintu keluar.
Saat itu juga aku menyadari kalau ini adalah mimpi dan aku harus bangun dari mimpi ini.
***
Dalam keadaan setengah sadar, aku melihat langit-langit kamarku. Hanya dengan melihat, aku sudah menyadari bahwa aku kini berada di kamarku.
Setelah aku menyadari sesuatu, ternyata badanku tidak bisa bergerak. Aku mengalami tindihan.
Aku berusaha untuk berteriak meminta pertolongan, tetapi leherku tercekat. Kedua tangan dan kakiku tak bergerak dan rasanya seperti dipasung.
Aku sadar, sepertinya memang sejak sebelum tidur aku diawasi oleh seseorang atau sesuatu di ruangan ini. Untuk memastikannya, kuputar bola mataku ke arah sudut kiri kamar.
ADVERTISEMENT
Samar terlihat, sesuatu berwarna hitam itu ada di sudut kiri kamarku, dekat pintu.
Aku terlalu takut untuk melihatnya makhluk itu lagi di dalam kamarku. Yang aku lakukan hanyalah berdoa Salam Maria dengan mulut yang masih terkatup dan mencoba komat-kamit.
Aku tidak ingin sosok hitam tersebut mendekat. Aku meneteskan air mata karena terlalu takut.
***
Sorot mentari pagi menembus jendela kamar dan menyinari kamarku. Dalam ruangan bermandikan cahaya ini, aku membuka mataku.
Terror makhluk hitam tadi malam telah menguras energiku, dan kini aku harus bekerja kembali dalam keadaan setengah mengantuk.
Aku menyadari bahwa terror makhluk hitam telah menembus mimpiku. Aku sendiri tidak sempat memastikan bahwa apakah makhluk itu berdiri di sudut kamarku, atau itu hanya bayangan dan rasa takutku saja.
ADVERTISEMENT
Aku menceritakan mimpi ini pada temanku, dan dia berkata bahwa sepertinya aku belum berdoa sebelum tidur, sehingga makhluk tadi datang menghampiri.
Sungguh terror makhluk hitam yang menyeramkan. Aku tidak tahu ternyata aku telah diawasi sebelum aku tidur.
Sejak saat itu aku mulai menertibkan kembali kebiasaan doa sebelum tidurku.